Sunday, December 30, 2012

4. Dengan Sebuah Kidung Anna Mengumumkan Bahwa Ia Adalah Seorang Ibu


4. Dengan Sebuah Kidung, Anna Mengumumkan Bahwa Ia Adalah Seorang Ibu

24 Agustus 1944

            Aku melihat rumah Yoakim dan Anna sekali lagi. Tidak ada yang berubah di dalamnya, dengan pengecualian bahwa ada banyak ranting-ranting dipenuhi bunga-bunga, ditempatkan di dalam amphora di sana-sini, pastilah buah meranum di pohon-pohon kebun buah, semuanya bermekaran: sebuah awan bervariasi dari putih salju sampai warna merah koral tertentu.
            Juga pekerjaan Anna berbeda. Pada dua alat tenun yang lebih kecil ia sedang menenun kain linen yang indah dan ia bernyanyi, menggerakkan kaki-kakinya sesuai dengan ritme lagu itu. Ia bernyanyi dan tersenyum. Pada siapa? Pada dirinya sendiri, pada sesuatu yang ia sadari berada di dalam dirinya.
            Aku telah menulis secara terpisah lagu pelan namun indah, agar aku dapat mengikutinya, sebab ia mengulangi lagu ini beberapa kali seperti ia bersukacita di dalamnya. Ia menyanyikannya lebih dan lebih keras lagi dan dengan kepastian, seperti seseorang yang menemukan sebuah melodi di dalam hatinya dan pada mulanya berbisik pelan dan kemudian, karena semakin yakin, menjadi semakin cepat dengan nada yang lebih tinggi. Lagu yang pelan namun indah (yang aku catat, sebab lagu itu begitu manis di dalam kesederhanaannya) berbunyi:
           
Kemuliaan Kepada Allah Maha Kuasa Yang memiliki kasih bagi anak-anak Daud. Kemuliaan kepada Allah!
            Rahmat Yang Maha Kuasa telah mengunjungi aku dari Surga
            Pohon tua telah menghasilkan sebuah ranting baru dan aku diberkati.
            Pada Pesta Cahaya-cahaya harapan menebarkan semaian;
            Kini harum-haruman Nisan melihatnya bertumbuh.
            Bagai sebuah pohon almond dagingku dihiasi bunga-bunga musim semi
            Pada waktu malam ia mendapatkan bahwa ia mengandung buahnya.
            Pada ranting itu ada sebuah mawar, di sanalah sebuah apel yang termanis.
            Ada sebuah bintang terang, seorang anak kecil polos.
            Ada sukacita dari rumah, dari suami dan istri.
            Terpujilah Tuhan, Allahku, Yang memiliki belas kasih bagiku.
            CahayaNya berkata kepadaku: “Sebuah bintang akan datang padamu.
            Mulia, mulia! MilikMulah yang akan menjadi buah dari pohon ini.
            Yang pertama dan terakhir, kudus dan murni sebagai sebuah pemberian dari Allah.
            MilikMu itulah dan semoga sukacita dan damai datang ke bumi.
            Terbanglah, menjemput. Kencangkanlah benang bagi kain sang bayi.
            Sang bayi akan dilahirkan. Semoga nyanyian hatiku naik pada Tuhan
[menyanyikan puji-pujian.>>

            Yoakim datang ketika Anna hendak mengulangi nyanyian itu untuk ke-empat kalinya. “Apakah engkau sedang gembira, Anna? Engkau terlihat seperti seekor burung di musim semi. Nyanyian apakah itu? Aku tidak pernah mendengar orang menyanyikannya. Berasal dari manakah itu?”
            “Dari hatiku, Yoakim.” Anna berdiri dan sekarang berjalan menuju suaminya, tersenyum dengan gembira. Anna terlihat lebih mudah dan lebih cantik dari biasanya.
            “Aku tidak tahu bahwa kau seorang penyair” ucap suaminya sambil melihat padanya dengan rasa kagum yang nyata. Mereka tidak terlihat seperti pasangan tua. Di dalam tatapan-tatapan mereka ada keceriaan pasangan-pasangan muda. “Aku datang dari ujung kebun buah ketika aku mendengar engkau bernyanyi. Selama bertahun-tahun aku tidak mendengar suaramu, bagaikan sebuah merpati kura-kura yang sedang jatuh cinta. Sudikah engkau mengulanginya lagi untukku?”
            “Aku akan mengulanginya lagi bahkan jika kau tidak memintanya. Anak-anak Israel selalu mempercayakan nyanyian-nyanyian untuk jeritan-jeritan yang tulus akan harapan, sukacita dan sakit mereka. Aku mempercayakan sebuah nyanyian untuk mempercayakan sebuah tugas untuk berkata pada diriku dan engkau sebuah sukacita besar. Ya, juga untuk berkata pada diriku sendiri sebab hal ini adalah sesuatu yang besar yang bahkan aku kini yakin akan hal itu, tetapi tampaknya bagiku seolah tidak nyata...”, dan ia mulai bernyanyi lagi. Ketika ia sampai pada syair: “Pada ranting itu ada sebuah mawar, di sanalah sebuah apel yang termanis. Ada sebuah bintang terang...” nada suara kontralto-nya yang bagus pertama-tama bergetar, kemudian terpecah, dan dengan tangisan sukacita ia melihat Yoakim dan membuka tangannya dan berkata: “Aku adalah seorang ibu, sayangku!” Dan Anna bersandar pada dada Yoakim, di antara lengan-lengan yang terbuka dan kini memeluk istrinya yang bergembira. Ini adalah pelukan yang paling murni dan bahagia yang pernah kulihat di dalam hidupku, murni dan membara di dalam kemurniannya.
            Dan sebuah protes lembut dibisikkan pada rambut abu-abu Anna: “Dan kau tidak mengatakannya padaku?”
            “Karena aku ingin memastikannya. Setua aku... tahu bahwa aku adalah seorang ibu... aku tak percaya hal itu benar... aku tidak ingin memberikanmu kekecewaan yang paling pahit. Sejak akhir Desember aku telah merasakan bahwa rahimku telah menjadi baru dan aku mengandung, seperti yang kukatakan, sebuah ranting baru. Tetapi sekarang pada ranting itu benar-benar ada buah... Lihat? Linen ini untuk ia yang akan datang.”
            “Bukankah itu linen yang kau beli di Yerusalem pada bulan Oktober?”
            “Ya, benar. Kucampur tenun ketika aku sedang menunggu... dan sedang berharap. Aku menunggu karena hari terakhir saat aku berdoa di Bait Allah, aku berada sedekat mungkin bagi seorang wanita di Rumah Tuhan, dan waktu itu sudah malam... aku ingat bahwa aku berkata: “Sedikit lagi, sedikit lagi”. Aku tidak dapat menarik diri dari tempat itu tanpa menerima rahmat! Ya, dalam keadaan yang semakin gelap, dari dalam tempat suci, dimana aku sedang melihat dari kedalaman jiwaku, untuk memperoleh persetujuan dari Tuhan yang selalu hadir, aku melihat sebuah cahaya, sebuah pancaran cahaya yang indah. Seputih bulan namun di dalamnya ada semua terang mutiara-mutiara dan batu-batu permata yang ada di dunia. Tampaknya itulah satu dari bintang-bintang berharga akan sang Cadar, bintang-bintang diletakkan di bawah kaki-kaki Kerubim telah terlepas dan terang dengan sebuah cahaya supernatural... tampaknya melebih Cadar kudus itu, berasal dari Kemuliaan itu sendiri, sebuah api segera datang dengan cepat kepadaku dan saat menembus udara, ia bernyanyi dengan sebuah suara surgawi mengumandangkan: “Semoga apa yang kauminta, datang padamu”. Itulah mengapa aku bernyanyi: “Sebuah bintang akan datang padamu”. Anak apa yang akan menjadi milik kita, karena ia menyatakan dirinya sendiri sebagai cahaya sebuah bintang di dalam Bait Allah dan di dalam Pesta Cahaya-cahaya berkata: “Aku-lah”? Bagaimanakah kita akan menamai mahkluk kita ini, yang aku dapati berbicara padaku di dalam rahimku semanis melodi air-air, dengan detak jantung kecilnya berulang-ulang seperti jantung merpati-kura-kura yang sedang dipegang orang?”
            “Jika itu anak laki-laki, kita namai Samuel... Jika anak perempuan, Bintang. Kata yang menghentikan nyanyianmu untuk memberikanku kebahagiaan mengetahui bahwa aku adalah seorang ayah. Bentuk yang dinyatakannya sendiri di bayangan kudus Bait Allah.”
            “Bintang. Bintang kita, karena, aku sendiri tidak tahu mengapa, tetapi aku pikir ini adalah anak perempuan. Aku berpikir belaian lembut yang sedemikian manisnya hanya mungkin datang dari anak perempuan yang paling manis. Sebab aku tidak terbebani karenanya, tidak ada rasa sakit. Dialah yang mengambil aku dari sebuah jalan berbunga-bunga biru, seolah aku didukung oleh para malaikat kudus dan bumi telah menjauh... Aku selalu mendengar para wanita berkata bahwa mengandung dan melahirkan itu menyakitkan. Tetapi aku tidak merasakan sakit. Aku merasa kuat, muda, dan lebih segar dibandingkan saat aku mempersembahkan padamu keperawarananku saat mudaku dahulu. Putri Tuhan – sebab mahkluk ini dilahirkan dari orangtua yang mandul, lebih merupakan milik Tuhan daripada milik kita – ia tidak memberikan rasa sakit pada ibunya. Ia hanya memberikan damai dan berkat-berkat: buah-buah akan Tuhan, Ayahnya yang sejati.”
            “Maria, jadi, kita akan memanggilnya demikian! Bintang dari laut, mutiara, kebahagiaan kita. Nama dari wanita hebat pertama di Israel. Tetapi ia tidak pernah berdosa melawan Allah dan hanya bagiNya saja ia akan memberikan nyanyian-nyanyiannya, sebab ia dipersembahkan bagiNya: sebagi korban sebelum dilahirkan.”
            “Ya, ia dipersembahkan bagiNya. Laki-laki atau perempuan, apapun itu, setelah bersukacita selama tiga tahun bagi mahkluk kita, kita akan memberikannya kepada Allah. Korban-korban kita sendiri dengannya, untuk kemuliaan Tuhan.”
-------------------

            Yesus berkata:
            “Kebijaksanaan, setelah menerangi mereka dengan mimpi-mimpi di malam hari, telah turun “nafas dari  kuasa Tuhan, ciptaan murni akan kemuliaan Yang Maha Kuasa”, dan menjadi Sabda bagi yang mandul. Ia, yang telah melihat waktu penebusanNya telah dekat: Aku, Kristus, cucu Anna, hampir 50 tahun kemudian, dengan cara ini sang Sabda, akan mengerjakan mukjizat-mukjizat kepada wanita-wanita yang mandul, yang sakit, yang kerasukan, yang terbuang dan semua kemalangan-kemalangan dunia.
            Namun sementara itu, untuk sukacita memiliki seorang Ibu Aku membisikkan sebuah kata misterius di dalam bayangan Bait Allah yang berisikan harapan-harapan Israel, Bait Allah yang sekarang berada di ujung akhir kehidupannya, sebab sebuah Bait Allah yang baru dan sejati akan datang ke bumi, tidak lagi berisi harapan-harapan akan satu bangsa, tetapi kepastian Firdaus bagi orang-orang di seluruh dunia, dan selama berabad-abad dan berabad-abad sampai akhir dunia. Dan Sabda ini mengerjakan mukjizat dengan membuat subur yang mandul. Dan juga mukjizat yang memberikan aku seorang Ibu, Yang tidak hanya memiliki sifat yang terbaik, juga alami, dilahirkan dari dua para kudus, mahkluk unik, yang memiliki jiwa baik yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang, tidak hanya terus menerus meningkatkan kebaikan karena niat baiknya, tetapi juga sebuah tubuh yang dikandung tanpa noda, sebuah jiwa yang dikandung tanpa noda.
            Engkau telah melihat keterusan generasi jiwa-jiwa dari Tuhan. Sekarang pikirkan apakah yang  menjadikan keindahan jiwa ini yang Bapa senang melihatnya sebelum waktu ada, yang membentuk kesukaan bagi Trinitas, yang Trinitas rindukan untuk menghiasinya dengan pemberian-pemberianNya, memberikan baginya DiriNya sendiri. Oh! Maria yang terkudus yang Tuhan ciptakan bagi DiriNya sediri dan kemudian bagi keselamatan manusia! Yang mengandung Juru Selamat, Engkaulah keselamatan yang pertama. Firdaus yang hidup, dengan senyummu engkau mulai menguduskan dunia.
            Jiwa itu diciptakan untuk menjadi Ibu Tuhan! Dimana pancaran vital ini diturunkan dari denyut yang lebih hidup akan Tiga rangkai Kasih dari Trinitas, para malaikat bersukacita karena Firdaus tidak pernah melihat sebuah cahaya yang lebih terang. Seperti sebuah kelopak mawar surgawi, sebuah kelopak mistikal dan berharga yang adalah sebuah permata dan sebuah nyala api, nafas Tuhan turun untuk memberikan kehidupan kepada sebuah tubuh yang sangat berbeda daripada yang lainnya. Ia turun begitu penuh kuasa dengan kesungguhannya sehingga Kesalahan tidak akan mencemarinya, ia datang melalui surga-surga dan melekatkan DiriNya sendiri ke dalam satu rahim kudus.
Dunia memiliki Bunga-bunganya, tetapi belum mengetahuinya, Bunga sejati, unik yang mekar abadi: bunga lili dan mawar, melati dan violet yag harum manis, helianthus dan cyclamen berpadu bersama dan dengan mereka semua bunga-bunga di bumi menjadi satu hanya satu Bunga: Maria, yang padanya setiap rahmat dan kebajikan dikumpulkan bersama.
            Pada bulan April tanah Palestina terlihat seperti sebuah taman besar dan keharuman dan warna-warna menyukakan hati orang. Tetapi yang paling indah adalah Mawar yang masih belum diketahui. Ia telah sedang berbunga bagi rahasia Tuhan di dalam rahim ibunya, sebab IbuKu telah mengasihi sejak ia dikandung. Tetapi hanya saat anggur memberikan darahnyalah hal itu menghasilkan wine dan bau-bauan manis yang keras memenuhi halaman-halaman dan tercium hidung, ia akan pertama-tama tersenyum kepada Tuhan dan kemudian kepada dunia, berkata dengan senyumannya yang paling polos: “Inilah, Aggur yang akan memberikanmu anggur-anggur berlimpah untuk diperas di dalam perasan wine, sehingga ia akan menjadi obat abadi bagi penyakitmu, berada di antaramu”.
            Aku berkata: “Maria telah mengasihi sejak ia dikandung!” Apakah yang telah memberikan cahaya dan pengetahuan bagi jiwa? Rahmat. Apakah yang menyingkirkan Rahmat? Dosa asal dan abadi. Maria, yang dikandung tanpa noda, tidak pernah hilang dari ingatan Tuhan, dari kedekatan denganNya, KasihNya, CahayaNya, KebijaksanaanNya. Dengan demikian ia dapat mengerti dan mengasihi saat ia masih membentuk daging, sebuah jiwa yang dikandung tanpa noda terus mengasihi.
            Nanti, Aku akan membiarkanmu berkontemplasi secara mental dengan kedalaman keperawanan Maria. Engkau akan memiliki sebuah mantra kenikmatan surgawi, dimana Aku mengijinkanmu untuk memikirkan keabadian kami. Sementara ini pikirkanlah perihal bagaimana mengandung sebuah mahkluk yang tanpa Noda yang menyingkirkan seseorang dari Tuhan,  memberikan sang ibu sebuah kepandaian superior dan membuatnya menjadi seorang nabi baginya, walaupun ia dikandung dengan cara manusia yang alami. Sang nabi bagi putrinya, yang ia sebut: “Putri Tuhan”. Dan pikirkanlah apa yang akan terjadi jika seorang anak tak bersalah dikandung oleh Orangtua pertama, sebagaiman Tuhan menghendaki.
            Manusia, engkau menyatakan bahwa engkau ingin menjadi manusia super (superman), dan dengan kejahatan-kejahatanmu engkau hanya menjadi iblis super (superdemon), tidak menginginkan lebih dari apa yang Tuhan telah berikan untukmu dan yang sedikit kurang dari yang tak terbatas. Sehingga dengan demikian, di dalam sebuah evolusi menuju kesempurnaan, engkau akan dapat menghasilkan anak-anak yang akan menjadi manusia di dalam tubuh mereka dan anak-anak akan Kepandaian di dalam jiwa-jiwa mereka: pemenang-pemenang, kuat, raksasa-raksasa melampaui Setan, yang seharusnya sudah dikalahkan ribuan abad yang lalu sebelum jam dimana ia dipermalukan, dan semua kejahatan ada padanya.”

Merpati Kura-kura

Rumpun bunga Helianthus

Rumpun bunga Cyclamen


Nisan: adalah bulan di penanggalan Yahudi biasanya jatuh antara Maret dan April





Bergabunglah untuk mendapat cuplikan tulisan Maria Valtorta di e-mail anda: http://groups.yahoo.com/group/penayesus/
Atau cuplikan tulisan dapat dilihat di: http://www.penayesus.blogspot.com/

3. Anna, Berdoa di Bait Allah, Permohonannya Dikabulkan


3. Anna, Berdoa di Bait Allah, Permohonannya Dikabulkan

23 Agustus 1944

Sebelum menulis berikut ini, aku ingin membuat catatan.
Rumah itu tidak terlihat seperti rumah orang terkenal di Nazaret. Lokasinya, paling tidak, sedikit berbeda. Juga kebun buahnya sedikit lebih besar dan melampaui padang-padang yang bisa terlihat, tetapi tidak banyak, namun ada. Saat kemudian, ketika Maria menikah, hanya ada kebun buah, besar, tetapi tidak lebih dari sebuah kebun buah saja: dan tidak pernah di visiun-visiun lain kulihat ruangan itu. Aku tidak tahu apakah karena alasan-alasan keuangan orangtua Maria membuang bagian dari properti mereka atau mungkin Maria, ketika ia meninggalkan Bait Allah, telah pindah ke rumah lain yang mungkin diberikan oleh Yosef. Aku tidak ingat apakah di visiun-visiun dan instruksi-instruksi terdahulu aku memiliki tanda yang jelas bahwa rumah di Nazaret itu adalah rumah dimana Maria dilahirkan.

            Kepalaku sungguh terasa berat karena kelelahan. Dan kemudian, secara khusus akan dikte-dikte itu, aku segera lupa akan kata-kata, walaupun perintah-perintah tetap terekam di pikiranku dan menerangi jiwaku. Tetapi detil-detil segera memudar. Jika setelah satu jam aku harus mengulang apa yang aku dengar, dengan pengecualian satu atau dua kalimat, aku tidak akan mengetahui apa-apa lagi. Sebaliknya, visiun-visiun, tetap dapat kuingat jernih sebab aku harus melihatnya sendiri. Aku mendengarkan dikte-dikte tetapi melihat visiun-visiun. Itulah sebabnya hal itu tinggal jernih di dalam pikiranku yang berfungsi untuk mengikuti semua itu melalui fase-fase yang bervariasi.
            Aku berharap akan ada pernyataan akan visiun kemarin. Tetapi nyatanya, tidak ada.
            Aku mulai melihat dan aku menulis.

            Di luar tembok-tembok Yerusalem, di bukit-bukit dan di antara pohon-pohon zaitun, ada sebuah kerumunan besar. Tampaknya seperti pasar yang besar. Tetapi tidak ada teriakan para penjual atau pedagang kaki lima. Tidak ada permainan. Ada tenda-tenda wol yag kasar, pastilah tahan air, bergelantungan di tiangnya ke tanah, dan terikat di tiang-tiang itu ranting-ranting hijau, yang menyediakan baik ornamen dekorasi dan gaya yang indah. Di tenda-tenda lainnya, malah, terbuat dari seluruhnya ranting-ranting yang ditegakkan dari tanah dan diikat dengan gaya tertentu sehingga membentuk terowongan-terowongan hijau kecil. Di bawah setiap tenda ada orang-orang dari berbagai usia dan kondisi, berbicara pelan dan sopan, ada tangisan seorang anak yang memecahkan keheningan sekarang dan sekali lagi.
            Malam telah datang dan cahaya-cahaya dari lampu-lampu minyak berpendar di sana-sini di seluruh perkemahan ganjil itu. Di sekitar cahaya-cahaya ada beberapa keluarga sedang menikmati makan malam mereka dengan duduk di tanah, para ibu memegan anak-anak kecil di pangkuan mereka. Kebanyakan anak-anak kecil ini telah kelelahan dan tertidur sambil memegang potongan-potongan roti di jari-jari kecil merah muda mereka sementara kepala-kepala kecil mereka jatuh di dada-dada ibu mereka, seperti anak-anak ayam kecil di bawah induknya. Para ibu menyelesaikan makan mereka sedapat mungkin, hanya satu tangan mereka saja yang kosong, sementara tangan lainnya memeluk anaknya. Sementara itu keluarga yang lain belum juga makan dan sedang berbicara di dalam temaram langit, menunggu makanan siap untuk dimakan. Api-api kecil dinyalakan di sana-sini dan para wanita sibuk di sekitar mereka. Perlahan terdengar lantunan nina bobo menenangkan anak-anak yang kesulitan tidur.
            Jauh di ketinggian sebuah langit jernih yang indah, yang menjadi semakin dan semakin biru legam sampai kelihatan seperti sebuah velarium beludru lembut besar hitam kebiruan. Pada kain ini, lambat laut, para pengrajin dan para dekorator yang tak terlihat membenahi batu-batu permata dan cahaya-cahaya malam, sebagian terisolasi, sebagian ada pada pola-pola geometris yang ganjil, di antaranya tampak mencolok Beruang Besar dan Beruang Kecil, di dalam bentuk sebuah sebuah pedati, dengan poros-nya tersandar di tanah dekat kerbau-kerbau yang telah dibebaskan dari kuk-nya. Sang Bintang kutub tersenyum dengan segala terangnya.
            Aku menyadari bahwa saat itu bulan Oktober karena suara nyaring seorang laki-laki berkata demikian: “Bulan Oktober ini indah jarang terjadi di tahun-tahun lampau!”
            Datanglah Anna dari sebuah perapian dengan sesuatu di tangannya, olesan di atas sebongkah roti yang besar dan datar seperti kue dan juga berguna sebagai nampan. Alphaeus kecil memegangi rok-nya dan bergumam dengan suara kecilnya. Yoakhim, ketika melihat Anna mendekat, bergegas menyalakan lampunya; ia berada di jalan masuk dari pondok kecilnya yang terbuat dari ranting-ranting dan sedang berbicara dengan seorang laki-laki berusia tiga puluh tahun, yang disapa Alphaeus dari kejauhan dengan suara melengkingnya mengucapkan: “Ayah.”
            Anna berjalan anggun melewati deretan pondok-pondok. Ia anggun, namun rendah hati. Dia tidak sombong terhadap siapapun. Ia kemudian menggendong seorang anak dari seorang wanita yang sangat miskin, seperti landak yang jatuh pada kakinya saat berlarian bagai berandal kecil. Karena ia telah mengotori mukanya dan menangis, Anna membersihkan dia, menghiburnya dan mengembalikannya kepada ibu anak itu yang berlari mengejarnya dan meminta maaf. Anna berkata padanya: “Oh! Tidak apa. Aku senang ia tidak terluka. Ia anak yang baik. Berapa usianya?”
            “Tiga tahun. Dia anak kedua yang termuda dan aku sedang mengandung satu lagi. Aku punya enam anak. Sekarang aku ingin memiliki seorang anak perempuan... Seorang perempuan sangat berarti bagi ibunya...”
            “Yang Maha Tinggi telah menghiburmu sungguh, perempuan!” Anna menghela nafas.
            Dan perempuan itu melanjutkan: “Ya. Aku miskin, tetapi anak-anak adalah sukacita kami dan anak-anak yang lebih besar telah menolong kami bekerja. Dan, nyonya, (sangatlah terlihat bahwa Anna berasal dari kalangan sosial yang lebih tinggi dan perempuan itu menyadarinya), berapa anak yang kaumiliki?”
            “Tidak ada.”
            “Tidak ada.” Bukankah ini anakmu?”
            “Bukan, dia putera tetanggaku yang baik. Ia penghiburanku...”
            “Apakah anakmu meninggal atau...?”
            “Aku tidak pernah punya .”
            “Oh!” Wanita miskin itu melihatnya dengan rasa iba.
            Anna mengucapkan perpisahan padanya, mengela nafas dengan sangat berat, dan pergi ke pondoknya.
            “Aku telah membuatmu menunggu, Yoakim. Aku tertahan oleh seorang wanita miskin, ibu dari enam anak laki-laki. Indah kan! Dan dia sedang mengandung.”
            Yoakim menghela nafas.
            Ayah Alphaeus memanggilnya, tetapi ia menjawab: “Aku akan tinggal dengan Anna. Aku akan membantunya.” Semua orang tertawa.
            “Biarkanlah dia. Dia tidak menganggu kami. Dia belum terikat oleh Hukum. Ke sana kemari ia bagaikan seekor burung kecil yang sedang makan” kata Anna. Dan Anna duduk dengan anak itu di pangkuannya dan memberikannya kue dan, kupikir, sedikit ikan panggang. Saya melihat ia melakukan sesuatu sebelum ia memberikannya pada anak itu; mungkin ia membuang tulang ikannya. Ia telah terlebih dahulu melayani suaminya. Kemudian ia yang terakhir makan.
            Malam semakin dan semakin dipenuhi dengan bintang-bintang dan perkemahan itu dipenuhi cahaya-cahaya. Kemudian sedikit-sedikit, banyak cahaya dipadamkan. Itulah lampu-lampu dari mereka yang telah makan terlebih dahulu dan yang kini pergi tidur. Suara-suara mulai menghilang. Tidak ada lagi suara anak-anak yang terdengar. Hanya beberapa bayi masih terdengar sesekali bagai anak domba kecil bersuara mencari susu ibunya. Malam menghembuskan nafasnya di seluruh tempat dan orang-orang dan menghilangkan rasa sakit dan kenangan-kenangan, harapan-harapan dan perasaan-perasaan yang sakit. Mungkin juga dua orang yang terakhir ini bertahan di dalam mimpi-mimpi, meskipun tidur menghentikannya.
            Anna berkata kepada suaminya sambil menina-bobokan Alphaeus yang tertidur di lengannya: “Tadi malam aku bermimpi bahwa tahun depan aku akan datang ke Kota Suci dengan dua perayaan, bukan hanya satu. Satunya adalah mempersembahkan seorang mahkluk milikku ke Bait Allah... Oh! Yoakim!”
            “Berharaplah, Anna. Tidakkah kau menerima lainnya? Apakah Tuhan berbisik hal lain di hatimu?”
            “Tidak ada. Hanya sebuah mimpi...”
            “Besok adalah hari doa yang terakhir. Semua persembahan telah dilakukan. Namun kita akan membaruinya lagi besok, dengan tulus hati. Kita akan mendapatkan pertolongan dari Tuhan kita karena kasih kita penuh iman. Aku selalu berpikir bahwa ini akan terjadi padamu seperti telah terjadi pada Anna dari Elkanah.”
            “Semoga Tuhan mengabulkannya... dan aku berharap akan ada orang yang berkata kepadaku sekarang: “Pergilah dalam damai. Tuhan Allah Israel telah mengabulkan rahmat yang kau mintakan!”“
            “Jika rahmat itu datang, anakmu akan mengatakannya padamu saat ia terbentuk pertama kali di rahimmu; dan itulah suara dari yang tak bersalah, jadi itulah suara Tuhan.”
            Perkemahan itu kemudian hening di dalam kegelapan. Anna membawa Alphaeus ke pondok yang bersambungan dan meletakkannya di tempat tidur dekat saudara-saudara kecilnya yang lain yang telah tertidur. Kemudian Anna berbaring di samping Yoakim dan lampu mereka pun padam: satu dari bintang-bintang kecil di bumi. Lebih indah lagi, bintang-bintang di kubah langit tetap menatap manusia yang sedang tidur.

----------------------

            Yesus berkata:
            “Mereka selalu bijaksana, karena, sebagai sahabat-sahabat Tuhan, mereka hidup di dalam pertemananNya dan diajarkan olehNya, ya, olehNya, Kebijaksanaan tak terbatas.
            Kakek-nenekKu orang baik sehingga mereka memiliki kebijaksanaan. Mereka dapat dengan tepat mencuplik dari Buku, bernyanyi dan memuji Kebijaksanaan dari konteksnya: “Dia itulah yang Aku kasihi dan Kucari dari masa mudaKu: aku tentukan dia sebagai mempelaiKu.”
            Anna dari Harun adalah seorang wanita yang kuat yang dibicarakan oleh para nenek moyang. Dan Yoakim, seorang keturunan raja Daud, tidak mencari banyak pikatan dan kemakmuran sebagai kebajikan. Anna memiliki sebuah kebajikan yang hebat. Semua atribut kudus seperti sebuah rangkaian bunga-bunga yang manis-harum berpadu menjadi sesuatu yang indah yang adalah: kebajikan yang luar biasa. Kebajikan yang sejati, layak ditempatkan di hadapan tahkta Tuhan.
            Sehingga Yoakim telah menikahi kebijaksanaan dua kali, “mengasihi dia lebih daripada wanita lainnya”: Kebijaksanaan Tuhan yang menetap di dalam hati seorang wanita yang baik. Anna dari Harun tidak mencari hal lainnya tetapi menggabungkan hidupnya pada ia seorang pria yang hidup benar, sungguh kebahagiaan keluarga itu ada pada kebenaran itu. Dan menjadi bagian dari “wanita yang kuat” ia hanya kurang mahkota anak-anak, kemuliaan dari perempuan yang telah menikah, suatu pembenaran pernikahan, hal yang dibicarakan oleh Salomo, dan baginya kebahagiaan hanya ia tidak mempunyai anak, bunga-bunga dari pohon yang telah menyatu dengan pohon yang berpaut dan karenanya menghasilkan buah baru berkelimpahan, dimana dua kualitas baik berpadu menjadi satu, sebab ia tidak pernah mengalami kekecewaan apapun terhadap suaminya.
            Walaupun ia telah mendekati usia tuanya dan telah menjadi istri Yoakim sejak bertahun-tahun lamanya, ia selalu ada untuk Yoakim “pasangan dari masa mudanya, sukacitanya, pendukung yang paling dikasihi, dan bagai anak rusanya yang paling berahmat”, yang belaiannya selalu memiliki pikatan segar seperti malam pernikahan dan dengan manis kasihnya mengagumkan, tetap menjaganya segar seperti sekuntum bunga diperciki embun dan membara seperti api yang tetap terus membakar. Untuk itulah, di dalam kesedihan mereka, keadaan tanpa anak, mereka berbicara satu sama lain “kata-kata penghiburan di dalam pikiran-pikiran dan kesulitan-kesulitan mereka.”
            Dan Kebijaksanaan Abadi, saat waktunya tiba, di samping mengajarkan mereka untuk membangunkan hati nurani, menerangi mereka juga dengan mimpi-mimpi di malam hari, visiun-visiun dari puisi kemuliaan yang akan datang dari mereka yang adalah: Maria Terkudus, Ibuku. Bila kerendahan hati mereka membuat mereka ragu-ragu, hati mereka bergetar di dalam harapan pada tanda pertama dari janji Tuhan. Sudah ada kepastian di dalam kata-kata Yoakim: “Berharaplah... Kita akan mendapatkan pertolongan dari Tuhan karena kasih kita penuh iman”. Mereka memimpikan seorang anak: mereka mendapatkan Bunda Tuhan.
            Kata-kata dari Kitab Kebijaksanaan tampak tertulis bagi mereka: “Dengan cara itu darinya aku akan mendapatkan kemuliaan di hadapan orang-orang... dengan cara itu darinya, keabadian akan menjadi milikku dan aku akan meninggalkan kenangan selama-lamanya bagi para penerusku”. Namun untuk mendapatkan ini mereka semua harus menjadi guru-guru akan sebuah kebajikan yang benar dan abadi yang tidak dapat dirusak oleh peristiwa apapun. Kebajikan akan iman. Kebajikan akan amal. Kebajikan akan harapan. Kebajikan akan kemurnian. Kemurnian dari pasangan yang menikah! Mereka memilikiya, sebab tidaklah perlu menjadi perawan untuk menjadi murni. Dan ranjang-ranjang murni malam pernikahan dijaga oleh para malaikat, dan dari mereka turunlah anak-anak yang baik yang membuat kebajikan orangtua mereka menjadi aturan hidup mereka.
            Tetapi dimanakah mereka sekarang? Sekarang ini anak-anak tidak lagi diinginkan, juga kemurnian. Untuk itu Aku berkata tentang kasih dan pernikahan yang rusak.

Contoh Velarium: awning pelindung matahari sering terbuat dari terpal


-----------
Bergabunglah untuk mendapat cuplikan tulisan Maria Valtorta di e-mail anda: http://groups.yahoo.com/group/penayesus/
Atau cuplikan tulisan dapat dilihat di: http://www.penayesus.blogspot.com/

Saturday, December 29, 2012

2. Yoakim dan Anna bersumpah pada Tuhan


2. Yoakim dan Anna bersumpah pada Tuhan
22 Agustus 1944

            Aku melihat ke dalam sebuah rumah. Di dalamnya ada seorang wanita tua duduk di dekat alat tenun. Aku berkata, sambil memperhatikan rambutnya, yang pastilah sebelumnya berwarna hitam legam, kini menjadi agak abu-abu dan wajahnya, walaupun tidak berkerut, memiliki gravitasi yang datang bersama dengan usia, sehingga ia pastilah berusia lima puluh-tahunan. Tidak lebih.
            Saat memperkirakan usia wanita itu, aku mendapatkan diriku menghitung-hitung wajah ibuku, yang gambarannya lebih  hadir bagiku di saat-saat ini yang mengingatkan aku pada akhir hari-harinya di samping tempat tidurku... Lusa akan menjadi satu tahun sejak aku melihatnya terakhir kali... Ibuku memiliki wajah yang awet muda, tetapi rambutnya menjadi abu-abu lebih awal. Ketika ia berusia lima puluh tahun rambutnya se-abu-abu seperti saat akhir hidupnya. Tetapi, terlepas dari kedewasaan penampilannya, tidak ada yang mengkhianati usianya. Jadinya aku bisa salah memperkirakan usia wanita tua itu.
            Wanita yang aku lihat di dalam sebuah ruangan, terang dengan cahaya berasal dari sebuah pintu yang terbuka lebar pada sebuah taman yang besar – sebuah kebun kusebut begitu sebab segera terhubung dengan mulus pada naik turun sebuah lereng hijau – wanita itu cantik dalam perawakan yang pasti nya Yahudi. Matanya berwarna hitam dan mendalam dan sementara aku tidak tahu mengapa, mereka mengingatkanku pada Baptis. Tapi, meskipun mereka bangga memiliki mata-mata bagai ratu, mereka juga manis, seperti kerudung biru telah diletakkan pada kilatan elang: manis dan agak menyedihkan, seperti seseorang yang memikirkan sesuatu dan menyesal telah kehilangan hal itu. Kulitnya berwarna coklat, tapi tidak begitu berlebihan. Mulutnya, sedikit besar, terbentuk dengan baik dan tidak bergerak dalam pengendalian diri, yang, bagaimanapun, bukanlah merupakan hal yang sulit. Hidungnya panjang dan tipis, melorot sedikit, bengkok yang sesuai dengan matanya. Dia juga berperawakan bagus, tidak gemuk, proporsional dan saya pikir tinggi, jika menilainya dalam posisi duduk.
            Aku pikir ia sedang menenun sebuah tirai atau sebuah karpet. Banyak warna bergerak cepat pada alat tenun berwarna coklat, dan bagian yang telah ditenunnya memperlihatkan sebuah untaian kerja senar-senar Yunani dan mawar-mawar berwarna hijau, kuning, merah dan biru mendalam saling tertenun dan berbaur di dalam satu mosaik.
            Wanita itu memakai pakaian gelap biasa, sebuah warna merah violet, gradasi warna-warna bunga dari spesies istimewa.
            Ia berdiri ketika ia mendengar seseorang mengetuk pintu. Ia sungguh tinggi. Ia membuka pintu.
            Seorang wanita bertanya padanya: <<Anna, berikan padaku amphoramu. Aku akan mengisinya untukmu.>>
            Wanita itu mempunyai seorang anak baik berusia lima tahun bersamanya, yang segera bergelayut pada pakaian Anna, dan ia membelainya sambil berjalan menuju ruangan yang lain, dan kembali dengan sebuah amphora tembaga yang diberikannya pada wanita tadi sambil berkata: <<Kamu selalu baik pada Anna yang tua ini, sungguh kamu baik. Semoga Tuhan membalasmu dan puteramu ini dan anak-anakmu yang lainnya, engkau beruntung!>> Anna menghela nafas.
            Wanita itu melihat padanya dan tidak tahu harus berkata apa pada keadaan itu. Untuk mengalihkan perhatian dari situasi mencemaskan yang ia sadari itu, ia berkata: <<Aku titip Alphaeus denganmu, jika kau tidak keberatan, agar aku bisa lebih cepat dan aku akan penuhi banyak tempayan dan kendi untukmu.>>
            Alphaeus sangat senang untuk tinggal sementara dan alasannya jelas. Segera setelah ibunya pergi, Anna menggendongnya dan membawanya ke kebun buah. Mengangkatnya ke sebuah pergola anggur keemasan seperti topaz dan berkata padanya: <<Makan, makan, anggurnya enak>>, dan ia menciumnya di wajah kecilnya yang berlumur sari anggur yang dimakan anak itu. Kemudian ia tertawa sepenuh hati dan sekali lagi ia terlihat lebih muda dengan sederetan gigi indah yang ia perlihatkan, kegembiraan terpancar dari wajahnya, menyingkirkan tahun-tahunnya, kemudian anak itu bertanya: <<Apa yang akan kauberikan padaku sekarang?>> dan anak itu memandang pada matanya yang terbuka lebar berwarna abu-abu biru pekat. Ia tertawa dan bermain dengan anak itu dan menekuk lututnya dan terus: <<Apa yang akan kauberikan padaku jika aku memberikan padamu? ...jika Aku memberikan padamu? ... Tebak!>> Dan anak itu, menepuk tangannya, dengan sebuah senyuman lebar menjawab: << Ciuman, ciuman akan kuberikan padamu, Anna yang baik, Anna yang baik, mama Anna!...>>
            Anna, saat ia mendengar anak itu berkata: <<Mama Anna>>, berteriak gembira penuh kasih dan bercanda dengan si kecil sambil berkata: << Sayangku! Sayang! Sayang! Sayang>> Di setiap << sayang>> sebuah ciuman mendarat di pipi-pipinya yang mawari.
            Kemudian mereka pergi ke sebuah lemari dan dari sebuah piring ia mengambil kue-kue madu. <<Aku membuatkannya untukmu, sayang, dari Anna yang malang, sebab engkau sayang padaku. Tetapi katakan padaku, seberapa sayangnya engkau padaku?>> Dan anak itu berpikir akan apa yang telah sungguh mengesankan baginya: <<Sebanyak Bait Allah.>> Anna menciumnya lagi pada mata-mata kecilnya yang hidup, bibir-bibir merahnya yang kecil dan anak itu bermanjaan padanya seperti seekor anak kucing.
            Ibu anak itu mondar-mandir dengan sebuah tempayan yang penuh dan tersenyum tanpa berkata apa-apa. Ia meninggalkan mereka pada keasyikkan mereka.
            Seorang laki-laki tua datang dari kebun buah. Ia sedikit lebih kecil daripada Anna, dan rambut tebalnya putih semua. Wajahnya memiliki raut yang jernih dengan potongan janggut persegi; mata-matanya berwarna seperti biru turquis dan bulu-bulu matanya berwarna coklat muda, hampir tersaru. Jubahnya berwarna coklat tua.


            Anna tidak melihat dia sebab ia membelakangi pintu dan pria itu mendekatinya dari belakang bertanya: <<Dan tidak ada untukku?>> Anna berputar dan berkata: <<O Yoakim! Sudah selesai pekerjaanmu?>> Pada saat yang sama Alphaeus kecil berlari pada lutut laki-laki tua itu berkata: <<Untukmu juga, untukmu juga.>> Dan ketika laki-laki itu membungkuk untuk menciumnya, anak itu bergelayut di lehernya, memainkan janggutnya dengan tangan-tangan kecilnya dan ciuman-ciumannya.
            Yoakim juga memiliki hadiahnya. Ia membawa tangan kirinya dari belakang punggungnya dan memberikan kepada anak itu sebuah apel yang indah, yang terlihat bagai terbuat dari porselain yang terbaik. Tersenyum ia berkata kepada anak itu yang mengulurkan tangannya dengan antusias: <<Tunggu, aku potongkan untukmu! Engkau tidak bisa mengambilnya seperti itu. Itu lebih besar daripadamu!>> Dengan sebuah pisau pemotong, yang dibawanya di ikat pinggangnya, ia memotong buah itu menjadi potongan-potongan kecil. Ia terlihat meringkuk sambil memberikan makanan itu, penjagaannya yang begitu hati-hati untuk menaruh potongan-potongan buah itu ke dalam mulut kecil yang terbuka lebar yang menggigit dan mengunyah itu.
            <<Lihat matanya, Yoakim! Tidakkah terlihat seperti dua ombak kecil Laut Galilea saat angin malam menarik sebuah cadar awan dari langit?>> Anna berbicara, menempatkan satu tangannya pada pundak suaminya, dan ia juga bersandar sedikit padanya: sebuah perilaku yang memperlihatkan kasih istri yang sangat dalam, sebuah cinta yang masih sempurna setelah bertahun-tahun pernikahan.
            Yoakim melihatnya dengan penuh kasih dan setuju, berkata: << Yang paling indah! Dan gelombang-gelombang rambutnya? Tidakkah seperti warna panenan kering pada matahari? Lihat: Di dalamnya ada campuran bagai emas dan tembaga.>>
            <<Ah! Jika saja kita memiliki seorang anak, aku juga akan memiliki seperti dia: dengan mata-mata dan rambut ini...>> Anna membungkuk, berlutut dan dengan helaan nafas yang dalam mencium dua mata besar berwarna abu-abu biru itu.
            Yoakim juga menghela nafas. Tetapi ia ingin menghibur Anna. Ia menaruh tangannya pada rambut abu-abu tebal bergelombang dan berbisik padanya: <<Kita harus terus berharap. Tuhan bisa melakukan apa saja. Saat kita hidup, mukjizat bisa terjadi, terutama jika kita mengasihi Dia dan kita saling mengasihi.>> Yoakim menekankan kalimat yang terakhir.
            Namun Anna terdiam, sedih, dan ia berdiri, kepalanya tertunduk, untuk menutupi dua tetes air mata yang turun di wajahnya. Hanya Alphaeus kecil yang melihat mereka dan ia kebingungan dan sedih karena teman besarnya menangis, seperti ia juga kadang-kadang menangis. Ia mengangkat tangan-tangannya dan menghapus air mata.
            <<Jangan menangis, Anna! Kita tetap saja bahagia. Paling tidak aku bahagia, karena aku memilikimu.>>
            <<Juga aku memilikimu. Tetapi aku belum memberikanmu seorang anak... Kupikir aku telah mendukakan Tuhan, sebab Ia telah membuat rahimku mandul...>>
            <<Oh istriku! Bagaimana engkau mendukakan Dia, engkau wanita kudus? Dengar. Marilah kita pergi sekali lagi ke Bait Allah. Untuk alasan ini. Tidak hanya untuk Tabernakel-tabernakel! Mari kita ucapkan sebuah doa yang panjang... Mudah-mudahan hal itu akan terjadi padamu seperti telah terjadi pada Sarah... seperti telah terjadi pada Anna dari Elkanah. Mereka menunggu untuk waktu yang lama dan mereka berpikir bahwa mereka malang karena mereka mandul. Malahan seorang anak yang kudus tumbuh bagi mereka di dalam Surga-surga Tuhan. Tersenyumlah, istriku. Tangisanmu adalah hal yang lebih menyedihkan bagiku daripada hidup tanpa anak-anak... Kita akan bawa Alphaeus dengan kita. Kita akan membuatnya berdoa, karena ia polos... dan Tuhan akan mendengarkan doanya dan doa kita bersama dan akan mengabulkannya.>>

            Aku mengerti bahwa siklus kelahiran Maria dimulai. Dan aku sangat bahagia karena aku sangat menginginkannya. Dan aku memikirkan bahwa (3) engkau pun akan bahagia.
            Sebelum aku mulai menulis aku dengar Ibuku berkata padaku: <<Jadi, puteriku, tulislah tentang aku. Semua dukamu akan dihiburkan.>> Dan sambil berkata demikian ia meletakkan tangannya di kepalaku dan membelaiku dengan ramah. Visiun mulai. Tetapi pertama-tama, itulah, sampai aku mendengar seorang wanita tua berusia lima puluh tahun dipanggil namanya, aku tidak menyadari bahwa aku berada di keberadaan ibu sang Ibu dan yang menyebabkan rahmat kelahirannya.

(1) Amphora: Tempayan yang mempunyai dua pegangan, biasa digunakan oleh orang-orang Yunani dan Romawi.

(2) Pergola: Rambatan-rambatan pohon anggur yang ditopang oleh tiang-tiang yang membentuk seperti atap dengan daun-daun mereka.

(3) Untuk diperhatikan bahwa Maria Valtorta sering membahas bapa rohaninya dalam pekerjaannya.
===========


Bergabunglah untuk mendapat cuplikan tulisan Maria Valtorta di e-mail anda: http://groups.yahoo.com/group/penayesus/
Atau cuplikan tulisan dapat dilihat di: http://www.penayesus.blogspot.com/
Fanpage facebook: http://www.facebook.com/MariaValtortaBahasaIndonesia

1. Pengantar



<<Tuhan telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya>>
(Amsal 8:22)

1. Pengantar
22 Agustus 1944

Yesus menyuruhku: <<Ambillah buku catatan yang benar-benar baru. Tulislah halaman pertama apa yang telah Aku diktekan pada tanggal 16 Agustus. Ia akan dibicarakan di dalam buku ini.>>
Aku patuh dan aku menulis.
------------

16 Agustus 1944

Yesus berkata:
<<Hari ini tulis ini saja. Kemurnian mempunyai sebuah nilai, bahwa rahim seorang mahkluk dapat mengandung Ia yang Tak dapat Terkandung, sebab dia memiliki kemurnian terhebat yang dapat dimiliki oleh mahkluk Tuhan.>>
Tri Tunggal Maha Kudus turun dengan kesempurnaan-kesempurnaanNya, tinggal bersama Tiga PribadiNya, disertai keabadianNya di dalam sebuah ruang yang kecil. Namun Ia tidak merendahkan DiriNya dengan melakukan hal itu, sebab kasih dari sang Perawan dan kehendak Tuhan memperlebar ruang kecil ini sampai mereka memberikannya sebuah Surga. Dan Tri Tunggal Maha Kudus membuat DiriNya diketahui dengan karakteristik-karakteristikNya:
Bapa, menjadi sekali lagi sang Pencipta mahkluk, sebagaimana hari ke-enam Penciptaan, memiliki seorang anak perempuan sejati yang layak dibentuknya seturut gambaran sempurnaNya. Tanda Tuhan terkesan pada Maria secara utuh dan benar-benar,  hingga  hanya di dalam yang Terlahir-Pertamalah ia lebih besar. Ia dapat disebut sebagai yang Terlahir-Kedua dari Bapa karena, berhutang pada kesempurnaan yang diberikan kepadanya dan yang dijaganya, dan terhadap martabatnya sebagai Pasangan dan Ibu Tuhan dan Ratu Surga, ia datang kedua setelah Putera Bapa dan kedua di dalam pikiran abadiNya, yang ab aeterno bergirang di dalam dia.
            Putera, juga menjadi “Puteranya”, telah mengajarkannya, oleh misteri Rahmat, kebenaran dan kebijaksanaanNya, ketika IA masih sebagai satu Embrio, bertumbuh di dalam rahimnya.
Roh Kudus tampil di tengah manusia, bagi sebuah Pentakosta yang lama dinantikan: Kasih bagi “dia yang Dia kasihi”, Penghiburan bagi manusia karena Buah Rahimnya, Pengudusan bagi Kandungan Yang Kudus.
Tuhan, mengungkapkan DiriNya sendiri kepada manusia di dalam bentuk baru dan utuh, yang memulai era Penebusan, tidak memilih bagi tahktaNya sebuah bintang di langit, atau sebuah istana dari seorang yang penuh kuasa. Tidak juga Ia ingin sayap-sayap para malaikat sebagai dasar kaki-kakiNya. Ia menginginkan sebuah rahim yang tanpa noda.
Juga Hawa telah diciptakan tak bercela. Tetapi ia ingin menjadi busuk dari kehendak bebasnya sendiri. Maria, yang hidup di dalam sebuah dunia busuk – Hawa waktu itu berada di dunia yang murni – tidak ingin melanggar kemurniannya, bahkan tidak juga dengan sebuah pemikiran yang berkaitan dengan dosa. Ia tahu bahwa dosa itu ada. Ia melihat berbagai bentuk mengerikan dan akibat-akibatnya. Ia melihatnya semua, termasuk yang paling mengerikan: deicide. Tetapi ia mengetahui mereka semua semata-mata untuk menebus mereka dan untuk menjadi, selamanya, sang Perempuan yang memiliki belas kasih pada para pendosa dan berdoa bagi penebusan mereka.
Pemikiran ini menjadi sebuah pengantar bagi semua hal yang kudus yang Aku berikan untuk keuntunganmu dan kesejahteraan banyak orang.>>

Abaeterno: Dari Keabadian
Deicide: Pembunuhan Tuhan
========

Bergabunglah untuk mendapat cuplikan tulisan Maria Valtorta di e-mail anda: http://groups.yahoo.com/group/penayesus/
Atau cuplikan tulisan dapat dilihat di: http://www.penayesus.blogspot.com/
Fanpage facebook: http://www.facebook.com/MariaValtortaBahasaIndonesia

Friday, December 28, 2012

Kata-kata Maria Valtorta

"Semuanya, semuanya memiliki alasan dalam Penciptaan, dan semuanya memiliki misi yang diberikan kepadanya oleh Sang Pencipta. Dan aku punya alasan bagiku: menderita, untuk menebus dan mencintai. Untuk menderita bagi mereka yang tidak dapat menderita, menebus bagi mereka yang tidak mampu menebus, dan mencintai bagi mereka yang tidak mampu untuk mencintai. Aku tidak berpikir tentang diriku sendiri. Aku berkata kepada Tuhan yang baik - "Aku percaya padamu 'dan itu adalah semua yang aku katakan kepada-Nya".

“Jika kita mengasihi Tuhan, kehangatan mengalir dari pusat ke luar, dan dalam cara ini kita mengasihi sesama kita, tidak sebagaimana harganya dia, tetapi sebagaimana adanya dia: yang adalah pekerjaan Tuhan, ditebus oleh Kristus, tempat Roh Kudus menetap. Kita perlu mengasihi dia, sebab dengan memiliki Tuhan di dalam kita- bagi siapapun yang memiliki amal memiliki Tuhan- kita memiliki belas kasihNya, yang menutupi di dalam sebuah jubah gaib perbuatan-perbuatan dasar [penuh dosa] orang lain, dan menutupi badan-badan, bahkan jika mereka menjijikkan karena penyakit moral sekalipun.”


“…Aku tidak menjadi putus asa jika aku jatuh sekali lagi ke dalam ketidaksempurnaan-ketidaksempurnaan baru. Hal ini meningkatkan kerendahan hatiku dan rasa syukurku ketika aku melihat betapa Yesus penuh belas kasih kepada siapapun yang mengandalkanNya. Ia adalah sang “Penyelamat” dan aku mempersembahkan kesalahan-kesalahanku kepadaNya jika aku melakukannya agar IA dapat menghapuskannya, dan meneruskan pekerjaanNya sebagai Penyelamat di dalam aku… Semakin aku menyadari bahwa aku tidak sempurna, semakin aku pergi kepadaNya, menangis ‘Yesus kasihanilah aku!’. Jika jiwa-jiwa mengetahui dengan kasih apa Yesus mengasihi mereka, tidak akan ada satu jiwa pun yang akan hilang, sebab semua orang yang melakukan kesalahannya akan berteduh di dalam HatiNya yang penuh belas kasih. Kesalahannya adalah orang-orang bukannya percaya, tetapi malah takut akan Tuhan dan hukuman-hukumanNya.”




Bergabunglah untuk mendapat cuplikan tulisan Maria Valtorta di e-mail anda: http://groups.yahoo.com/group/penayesus/
Atau cuplikan tulisan dapat dilihat di: http://www.penayesus.blogspot.com/
Fanpage facebook: http://www.facebook.com/MariaValtortaBahasaIndonesia