Sunday, December 30, 2012

3. Anna, Berdoa di Bait Allah, Permohonannya Dikabulkan


3. Anna, Berdoa di Bait Allah, Permohonannya Dikabulkan

23 Agustus 1944

Sebelum menulis berikut ini, aku ingin membuat catatan.
Rumah itu tidak terlihat seperti rumah orang terkenal di Nazaret. Lokasinya, paling tidak, sedikit berbeda. Juga kebun buahnya sedikit lebih besar dan melampaui padang-padang yang bisa terlihat, tetapi tidak banyak, namun ada. Saat kemudian, ketika Maria menikah, hanya ada kebun buah, besar, tetapi tidak lebih dari sebuah kebun buah saja: dan tidak pernah di visiun-visiun lain kulihat ruangan itu. Aku tidak tahu apakah karena alasan-alasan keuangan orangtua Maria membuang bagian dari properti mereka atau mungkin Maria, ketika ia meninggalkan Bait Allah, telah pindah ke rumah lain yang mungkin diberikan oleh Yosef. Aku tidak ingat apakah di visiun-visiun dan instruksi-instruksi terdahulu aku memiliki tanda yang jelas bahwa rumah di Nazaret itu adalah rumah dimana Maria dilahirkan.

            Kepalaku sungguh terasa berat karena kelelahan. Dan kemudian, secara khusus akan dikte-dikte itu, aku segera lupa akan kata-kata, walaupun perintah-perintah tetap terekam di pikiranku dan menerangi jiwaku. Tetapi detil-detil segera memudar. Jika setelah satu jam aku harus mengulang apa yang aku dengar, dengan pengecualian satu atau dua kalimat, aku tidak akan mengetahui apa-apa lagi. Sebaliknya, visiun-visiun, tetap dapat kuingat jernih sebab aku harus melihatnya sendiri. Aku mendengarkan dikte-dikte tetapi melihat visiun-visiun. Itulah sebabnya hal itu tinggal jernih di dalam pikiranku yang berfungsi untuk mengikuti semua itu melalui fase-fase yang bervariasi.
            Aku berharap akan ada pernyataan akan visiun kemarin. Tetapi nyatanya, tidak ada.
            Aku mulai melihat dan aku menulis.

            Di luar tembok-tembok Yerusalem, di bukit-bukit dan di antara pohon-pohon zaitun, ada sebuah kerumunan besar. Tampaknya seperti pasar yang besar. Tetapi tidak ada teriakan para penjual atau pedagang kaki lima. Tidak ada permainan. Ada tenda-tenda wol yag kasar, pastilah tahan air, bergelantungan di tiangnya ke tanah, dan terikat di tiang-tiang itu ranting-ranting hijau, yang menyediakan baik ornamen dekorasi dan gaya yang indah. Di tenda-tenda lainnya, malah, terbuat dari seluruhnya ranting-ranting yang ditegakkan dari tanah dan diikat dengan gaya tertentu sehingga membentuk terowongan-terowongan hijau kecil. Di bawah setiap tenda ada orang-orang dari berbagai usia dan kondisi, berbicara pelan dan sopan, ada tangisan seorang anak yang memecahkan keheningan sekarang dan sekali lagi.
            Malam telah datang dan cahaya-cahaya dari lampu-lampu minyak berpendar di sana-sini di seluruh perkemahan ganjil itu. Di sekitar cahaya-cahaya ada beberapa keluarga sedang menikmati makan malam mereka dengan duduk di tanah, para ibu memegan anak-anak kecil di pangkuan mereka. Kebanyakan anak-anak kecil ini telah kelelahan dan tertidur sambil memegang potongan-potongan roti di jari-jari kecil merah muda mereka sementara kepala-kepala kecil mereka jatuh di dada-dada ibu mereka, seperti anak-anak ayam kecil di bawah induknya. Para ibu menyelesaikan makan mereka sedapat mungkin, hanya satu tangan mereka saja yang kosong, sementara tangan lainnya memeluk anaknya. Sementara itu keluarga yang lain belum juga makan dan sedang berbicara di dalam temaram langit, menunggu makanan siap untuk dimakan. Api-api kecil dinyalakan di sana-sini dan para wanita sibuk di sekitar mereka. Perlahan terdengar lantunan nina bobo menenangkan anak-anak yang kesulitan tidur.
            Jauh di ketinggian sebuah langit jernih yang indah, yang menjadi semakin dan semakin biru legam sampai kelihatan seperti sebuah velarium beludru lembut besar hitam kebiruan. Pada kain ini, lambat laut, para pengrajin dan para dekorator yang tak terlihat membenahi batu-batu permata dan cahaya-cahaya malam, sebagian terisolasi, sebagian ada pada pola-pola geometris yang ganjil, di antaranya tampak mencolok Beruang Besar dan Beruang Kecil, di dalam bentuk sebuah sebuah pedati, dengan poros-nya tersandar di tanah dekat kerbau-kerbau yang telah dibebaskan dari kuk-nya. Sang Bintang kutub tersenyum dengan segala terangnya.
            Aku menyadari bahwa saat itu bulan Oktober karena suara nyaring seorang laki-laki berkata demikian: “Bulan Oktober ini indah jarang terjadi di tahun-tahun lampau!”
            Datanglah Anna dari sebuah perapian dengan sesuatu di tangannya, olesan di atas sebongkah roti yang besar dan datar seperti kue dan juga berguna sebagai nampan. Alphaeus kecil memegangi rok-nya dan bergumam dengan suara kecilnya. Yoakhim, ketika melihat Anna mendekat, bergegas menyalakan lampunya; ia berada di jalan masuk dari pondok kecilnya yang terbuat dari ranting-ranting dan sedang berbicara dengan seorang laki-laki berusia tiga puluh tahun, yang disapa Alphaeus dari kejauhan dengan suara melengkingnya mengucapkan: “Ayah.”
            Anna berjalan anggun melewati deretan pondok-pondok. Ia anggun, namun rendah hati. Dia tidak sombong terhadap siapapun. Ia kemudian menggendong seorang anak dari seorang wanita yang sangat miskin, seperti landak yang jatuh pada kakinya saat berlarian bagai berandal kecil. Karena ia telah mengotori mukanya dan menangis, Anna membersihkan dia, menghiburnya dan mengembalikannya kepada ibu anak itu yang berlari mengejarnya dan meminta maaf. Anna berkata padanya: “Oh! Tidak apa. Aku senang ia tidak terluka. Ia anak yang baik. Berapa usianya?”
            “Tiga tahun. Dia anak kedua yang termuda dan aku sedang mengandung satu lagi. Aku punya enam anak. Sekarang aku ingin memiliki seorang anak perempuan... Seorang perempuan sangat berarti bagi ibunya...”
            “Yang Maha Tinggi telah menghiburmu sungguh, perempuan!” Anna menghela nafas.
            Dan perempuan itu melanjutkan: “Ya. Aku miskin, tetapi anak-anak adalah sukacita kami dan anak-anak yang lebih besar telah menolong kami bekerja. Dan, nyonya, (sangatlah terlihat bahwa Anna berasal dari kalangan sosial yang lebih tinggi dan perempuan itu menyadarinya), berapa anak yang kaumiliki?”
            “Tidak ada.”
            “Tidak ada.” Bukankah ini anakmu?”
            “Bukan, dia putera tetanggaku yang baik. Ia penghiburanku...”
            “Apakah anakmu meninggal atau...?”
            “Aku tidak pernah punya .”
            “Oh!” Wanita miskin itu melihatnya dengan rasa iba.
            Anna mengucapkan perpisahan padanya, mengela nafas dengan sangat berat, dan pergi ke pondoknya.
            “Aku telah membuatmu menunggu, Yoakim. Aku tertahan oleh seorang wanita miskin, ibu dari enam anak laki-laki. Indah kan! Dan dia sedang mengandung.”
            Yoakim menghela nafas.
            Ayah Alphaeus memanggilnya, tetapi ia menjawab: “Aku akan tinggal dengan Anna. Aku akan membantunya.” Semua orang tertawa.
            “Biarkanlah dia. Dia tidak menganggu kami. Dia belum terikat oleh Hukum. Ke sana kemari ia bagaikan seekor burung kecil yang sedang makan” kata Anna. Dan Anna duduk dengan anak itu di pangkuannya dan memberikannya kue dan, kupikir, sedikit ikan panggang. Saya melihat ia melakukan sesuatu sebelum ia memberikannya pada anak itu; mungkin ia membuang tulang ikannya. Ia telah terlebih dahulu melayani suaminya. Kemudian ia yang terakhir makan.
            Malam semakin dan semakin dipenuhi dengan bintang-bintang dan perkemahan itu dipenuhi cahaya-cahaya. Kemudian sedikit-sedikit, banyak cahaya dipadamkan. Itulah lampu-lampu dari mereka yang telah makan terlebih dahulu dan yang kini pergi tidur. Suara-suara mulai menghilang. Tidak ada lagi suara anak-anak yang terdengar. Hanya beberapa bayi masih terdengar sesekali bagai anak domba kecil bersuara mencari susu ibunya. Malam menghembuskan nafasnya di seluruh tempat dan orang-orang dan menghilangkan rasa sakit dan kenangan-kenangan, harapan-harapan dan perasaan-perasaan yang sakit. Mungkin juga dua orang yang terakhir ini bertahan di dalam mimpi-mimpi, meskipun tidur menghentikannya.
            Anna berkata kepada suaminya sambil menina-bobokan Alphaeus yang tertidur di lengannya: “Tadi malam aku bermimpi bahwa tahun depan aku akan datang ke Kota Suci dengan dua perayaan, bukan hanya satu. Satunya adalah mempersembahkan seorang mahkluk milikku ke Bait Allah... Oh! Yoakim!”
            “Berharaplah, Anna. Tidakkah kau menerima lainnya? Apakah Tuhan berbisik hal lain di hatimu?”
            “Tidak ada. Hanya sebuah mimpi...”
            “Besok adalah hari doa yang terakhir. Semua persembahan telah dilakukan. Namun kita akan membaruinya lagi besok, dengan tulus hati. Kita akan mendapatkan pertolongan dari Tuhan kita karena kasih kita penuh iman. Aku selalu berpikir bahwa ini akan terjadi padamu seperti telah terjadi pada Anna dari Elkanah.”
            “Semoga Tuhan mengabulkannya... dan aku berharap akan ada orang yang berkata kepadaku sekarang: “Pergilah dalam damai. Tuhan Allah Israel telah mengabulkan rahmat yang kau mintakan!”“
            “Jika rahmat itu datang, anakmu akan mengatakannya padamu saat ia terbentuk pertama kali di rahimmu; dan itulah suara dari yang tak bersalah, jadi itulah suara Tuhan.”
            Perkemahan itu kemudian hening di dalam kegelapan. Anna membawa Alphaeus ke pondok yang bersambungan dan meletakkannya di tempat tidur dekat saudara-saudara kecilnya yang lain yang telah tertidur. Kemudian Anna berbaring di samping Yoakim dan lampu mereka pun padam: satu dari bintang-bintang kecil di bumi. Lebih indah lagi, bintang-bintang di kubah langit tetap menatap manusia yang sedang tidur.

----------------------

            Yesus berkata:
            “Mereka selalu bijaksana, karena, sebagai sahabat-sahabat Tuhan, mereka hidup di dalam pertemananNya dan diajarkan olehNya, ya, olehNya, Kebijaksanaan tak terbatas.
            Kakek-nenekKu orang baik sehingga mereka memiliki kebijaksanaan. Mereka dapat dengan tepat mencuplik dari Buku, bernyanyi dan memuji Kebijaksanaan dari konteksnya: “Dia itulah yang Aku kasihi dan Kucari dari masa mudaKu: aku tentukan dia sebagai mempelaiKu.”
            Anna dari Harun adalah seorang wanita yang kuat yang dibicarakan oleh para nenek moyang. Dan Yoakim, seorang keturunan raja Daud, tidak mencari banyak pikatan dan kemakmuran sebagai kebajikan. Anna memiliki sebuah kebajikan yang hebat. Semua atribut kudus seperti sebuah rangkaian bunga-bunga yang manis-harum berpadu menjadi sesuatu yang indah yang adalah: kebajikan yang luar biasa. Kebajikan yang sejati, layak ditempatkan di hadapan tahkta Tuhan.
            Sehingga Yoakim telah menikahi kebijaksanaan dua kali, “mengasihi dia lebih daripada wanita lainnya”: Kebijaksanaan Tuhan yang menetap di dalam hati seorang wanita yang baik. Anna dari Harun tidak mencari hal lainnya tetapi menggabungkan hidupnya pada ia seorang pria yang hidup benar, sungguh kebahagiaan keluarga itu ada pada kebenaran itu. Dan menjadi bagian dari “wanita yang kuat” ia hanya kurang mahkota anak-anak, kemuliaan dari perempuan yang telah menikah, suatu pembenaran pernikahan, hal yang dibicarakan oleh Salomo, dan baginya kebahagiaan hanya ia tidak mempunyai anak, bunga-bunga dari pohon yang telah menyatu dengan pohon yang berpaut dan karenanya menghasilkan buah baru berkelimpahan, dimana dua kualitas baik berpadu menjadi satu, sebab ia tidak pernah mengalami kekecewaan apapun terhadap suaminya.
            Walaupun ia telah mendekati usia tuanya dan telah menjadi istri Yoakim sejak bertahun-tahun lamanya, ia selalu ada untuk Yoakim “pasangan dari masa mudanya, sukacitanya, pendukung yang paling dikasihi, dan bagai anak rusanya yang paling berahmat”, yang belaiannya selalu memiliki pikatan segar seperti malam pernikahan dan dengan manis kasihnya mengagumkan, tetap menjaganya segar seperti sekuntum bunga diperciki embun dan membara seperti api yang tetap terus membakar. Untuk itulah, di dalam kesedihan mereka, keadaan tanpa anak, mereka berbicara satu sama lain “kata-kata penghiburan di dalam pikiran-pikiran dan kesulitan-kesulitan mereka.”
            Dan Kebijaksanaan Abadi, saat waktunya tiba, di samping mengajarkan mereka untuk membangunkan hati nurani, menerangi mereka juga dengan mimpi-mimpi di malam hari, visiun-visiun dari puisi kemuliaan yang akan datang dari mereka yang adalah: Maria Terkudus, Ibuku. Bila kerendahan hati mereka membuat mereka ragu-ragu, hati mereka bergetar di dalam harapan pada tanda pertama dari janji Tuhan. Sudah ada kepastian di dalam kata-kata Yoakim: “Berharaplah... Kita akan mendapatkan pertolongan dari Tuhan karena kasih kita penuh iman”. Mereka memimpikan seorang anak: mereka mendapatkan Bunda Tuhan.
            Kata-kata dari Kitab Kebijaksanaan tampak tertulis bagi mereka: “Dengan cara itu darinya aku akan mendapatkan kemuliaan di hadapan orang-orang... dengan cara itu darinya, keabadian akan menjadi milikku dan aku akan meninggalkan kenangan selama-lamanya bagi para penerusku”. Namun untuk mendapatkan ini mereka semua harus menjadi guru-guru akan sebuah kebajikan yang benar dan abadi yang tidak dapat dirusak oleh peristiwa apapun. Kebajikan akan iman. Kebajikan akan amal. Kebajikan akan harapan. Kebajikan akan kemurnian. Kemurnian dari pasangan yang menikah! Mereka memilikiya, sebab tidaklah perlu menjadi perawan untuk menjadi murni. Dan ranjang-ranjang murni malam pernikahan dijaga oleh para malaikat, dan dari mereka turunlah anak-anak yang baik yang membuat kebajikan orangtua mereka menjadi aturan hidup mereka.
            Tetapi dimanakah mereka sekarang? Sekarang ini anak-anak tidak lagi diinginkan, juga kemurnian. Untuk itu Aku berkata tentang kasih dan pernikahan yang rusak.

Contoh Velarium: awning pelindung matahari sering terbuat dari terpal


-----------
Bergabunglah untuk mendapat cuplikan tulisan Maria Valtorta di e-mail anda: http://groups.yahoo.com/group/penayesus/
Atau cuplikan tulisan dapat dilihat di: http://www.penayesus.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment