Bukit Zaitun pada masa kini |
10. Kidung Maria memohon Kedatangan Kristus
September 1944
Baru kemarin malam, Jumat, aku mulai
melihat. Aku hanya melihat seorang Maria muda, berusia 12 tahun, wajahnya tidak
lagi membulat seperti anak-anak, namun telah menunjukkan garis-garis masa depan
seorang wanita dengan wajah berbentuk oval sempurna. Rambutnya tidak lagi
terurai sampai ke lehernya dengan ombakan yang lembut namun terkepang dengan
dua kepangan yang lebat pada pundak jatuh sampai pinggang. Rambutnya berwarna
emas pucat, warna yang begitu muda sehingga tercampur dengan perak. Wajahnya tenang
dan dewasa, walaupun wajah itu adalah wajah gadis muda, cantik dan murni,
berpakaian putih. Ia sedang menyulam di sebuah kamar yang sangat kecil, hampir
seluruhnya berwarna putih dan melalui jendela yang terbuka lebar orang dapat
melihat bagian tengah dari Bait Allah itu, undakan-undakan di halaman-halaman
dan teras-teras. Jauh dari dinding yang ada, kota dapat terlihat dengan
jalan-jalannya, rumah-rumah, taman-taman, dan dilatari dengan puncak hijau
berpunuk Bukit Zaitun.
Maria sedang menyulam dan menyanyi
dengan suara perlahan. Aku tidak tahu apakah itu sebuah lagu kudus atau bukan.
Bunyinya:
Seperti sebuah bintang di air yang
jernih
sebuah cahaya bersinar di dalam
hatiku.
Cahaya itu telah bersamaku sejak
masa kecilku
dan ia menuntunku dengan lembut
bersama kasih.
Di kedalaman hatiku ada sebuah lagu.
Dari manakah asalnya?
Manusia, engkau tidak tahu.
Cahaya itu datang dari dimana Yang
Kudus bersemayam.
Aku melihat pada bintangku yang jernih
Dan aku tidak menginginkan apapun,
Tidak juga hal termanis ataupun yang
paling disayangi,
Kecuali cahaya ini yang seluruhnya
adalah milikku.
Engkau membawaku turun dari Surga di
atas.
O bintangku, ke dalam rahim seorang
ibu,
Sekarang hidup di dalamku, namun
jauh di balik tirai
Aku melihat wajah muliaMu, Bapa.
Kapankah Engkau memberikan hambamu
kehormatan
Sebagai hamba yang rendah hati akan
sang Juru Selamat?
Kirimkanlah kami sang Mesias dari
Surga,
Terimalah, Bapa yang Kudus,
persembahan Maria.
Maria sekarang diam. Ia tersenyum
dan menghela nafas, kemudian ia berlutut berdoa. Wajah kecilnya bersinar
terang. Ia menengadah ke atas, pada langit biru jernih musim panas dan wajahnya
seperti menyerap dan kemudian memancarkan sinar di udara. Atau mungkin,
terlihat seperti dari dalam dirinya sebuah matahari tersembunyi memancarkan
cahayanya dan menerangi wajahnya, mewarnai dagingnya yang putih salju dengan
cahaya mawari. Dan cahaya dari wajahnya terpancar ke dunia dan matahari
menyinari dunia: sebuah berkat dan sebuah janji akan banyak kebaikan.
Ketika Maria berdiri sehabis berdoa,
dengan terang ekstase masih di wajahnya, Hanna tua dari Penuel memasuki
kamarnya. Ia masih berdiri, kagum atau terheran akan perilaku dan penampilan
Maria.
Kemudian Hanna memanggilnya:
“Maria!” Dan gadis itu berbalik dengan sebuah senyum, senyum yang berbeda namun
masih tetap sangat cantik dan berkata: “Damai sertamu, Hanna.”
“Apakah kau sedang berdoa? Tidakkah
doa-doamu pernah cukup bagimu?”
“Doa-doaku akan cukup. Tetapi aku
berbicara pada Tuhan. Hanna, kau tidak dapat membayangkan betapa dekat aku
merasakan Dia. Lebih dekat dari sekedar dekat, di dalam hatiku. Semoga Tuhan
mengampuni kesombonganku. Tetapi aku tidak merasa kesepian.
Lihat? Di sana, di
rumah emas dan salju itu, di belakang tirai ganda, di sanalah yang Kudus dari
para Kudus. Tidak pernah ada orang yang diijinkan untuk melihat yang sang
Pendamai, dimana kemuliaan Tuhan bersemayam, kecuali Imam Agung. Namun jiwaku
yang menyembah tidak perlu melihat pada tirai bersulam itu, yang bergetar pada
nyanyian-nyanyian para perawan dan kaum Lewi dan beraroma harum-haruman yang
mahal, sebagaimana aku ingin menyobek kainnya dan melihat sang Kesaksian
bersinar menembusnya. Aku melihatnya! Jangan kira bahwa aku tidak melihatnya
dengan mata menyembah seperti setiap putera Israel. Jangan kira bahwa
kesombongan membutakanku membuatku berpikir akan apa yang sekarang kukatakan
padamu. Aku melihatnya dan di sana tidak ada hamba yang rendah hati di antara
umat Tuhan yang melihatnya dengan lebih rendah hati pada Rumah Allah seperti
aku melihatnya, sebab aku yakin aku adalah yang paling rendah dari semuanya.
Namun apakah yang kulihat? Sebuah selubung. Apa yang kupikir ada di balik
selubung itu? Sebuah Tabernakel. Apakah yang ada di dalamnya? Jika aku
mendengarkan hatiku, aku melihat Tuhan bersinar di dalam kemuliaan kasihNya dan
Ia berkata kepadaku: “Aku mengasihimu” dan aku menjawabNya: “Aku mengasihiMu”
dan aku mati dan aku kembali diciptakan pada setiap detak jantungku di dalam
ciuman yang bersambut... Aku berada di antaramu, guru-guruku dan teman-temanku
terkasih. Namun sebuah lingkaran api mengasingkanku dari kalian. Di dalam
lingkaran, Tuhan dan diriku sendiri. Aku melihat melalui Api Tuhan dan begitu
aku mengasihimu... tetapi aku tidak dapat mengasihimu seturut daging, tidak
juga aku dapat mengasihi siapapun seturut daging. Aku hanya dapat mengasihi Dia
Yang mengasihi aku, seturut roh. Inilah takdirku. Hukum sekular Israel
menginginkan setiap gadis menjadi seorang istri, dan setiap istri menjadi
seorang ibu. Namun, sementara mematuhi Hukum, aku harus mematuhi Suara yang
berbisik kepadaku: “Aku menginginkanmu”; aku adalah seorang perawan dan aku
akan tetap perawan, bagaimanakah aku akan berhasil? Kehadiran manis yang tidak
kelihatan ini yang bersamaku akan menolong aku, sebab itulah keinginanNya. Aku
tidak takut, aku tidak lagi mempunyai ayah ataupun ibu... dan hanya Tuhan yang
tahu betapa kasihku bagi kemanusiaanku terbakar karena sakit. Kini yang
kumiliki hanya Tuhan. Itulah sebabnya aku patuh padaNya tanpa mempertanyakan...
Aku akan melakukan demikian juga terlepas dari ayah dan ibuku, karena aku telah
diajarkan oleh sang Suara bahwa siapapun yang ingin mengikutiNya harus pergi
melampaui ayah dan ibu. Orang tua adalah penjaga yang menjaga hati anak-anak
mereka, yang ingin mereka tuntun pada kebahagiaan sesuai dengan rencana-rencana
mereka... dan mereka tidak menyadari akan rencana-rencana lain yang menuntun
pada kebahagiaan yang tak terbatas... Aku akan meninggalkan baju-baju dan
jubah-jubahku pada orangtuaku, guna mengikuti Suara yang berkata kepadaku:
“Datanglah, mempelaiKu terkasih”. Aku akan meninggalkan apapun pada orangtuaku,
dan mutiara-mutiara air mataku, sebab aku pastilah akan menangis karena tidak
mematuhi mereka, dan instink darahku, karena aku akan melawan sampai mati untuk
mengikuti Suara yang memanggil aku, akan kukatakan pada mereka bahwa ada
sesuatu yang lebih besar dan lebih manis daripada kasih ayah dan ibu dan itu
adalah Suara Tuhan. Tetapi sekarang, dengan kehendakNya, aku bebas dari ikatan
cinta bakti. Tidak, itu pastilah bukan suatu ikatan. Orangtuaku adalah dua
orang baik dan Tuhan pastilah berbicara kepada mereka seperti IA berbicara
padaku. Mereka pastilah telah mengikuti keadilan dan kebenaran. Saat aku
memikirkan mereka, aku membayangkan mereka pada pengharapan diam di antara para
leluhur dan aku bergegas dengan pengorbananku pada kedatangan Mesias untuk
membuka gerbang Surga. Aku adalah tuntunanku sendiri di bumi, atau lebih pada
Tuhan menuntun hambaNya yang malang ini memberikan padanya perintah-perintahNya
dan aku memenuhinya karena itu merupakan suatu sukacita bagiku untuk
mematuhiNya. Saat waktunya tiba, aku akan mengungkapkan rahasiaku kepada sang
mempelai... dan ia akan menerimanya.”
“Tapi, Maria... kata-kata apa yang
akan kautemukan untuk membujuknya? Engkau akan memiliki cinta seorang pria,
Hukum dan kehidupan melawanmu.”
“Aku akan memiliki Tuhan
bersamaku... Tuhan akan menerangi hati sang mempelai... hidup akan kehilangan godaan
inderanya dan menjadi sebuah bunga murni dengan keharuman kebaikan hati.
Hukum... Hana, janganlah sebut aku sebagai penghujat. Kupikir Hukum akan
berubah. Oleh siapakah, menurutmu, jika itu adalah ilahi? Oleh IA satu-satunya
Yang dapat mengubahnya. Oleh Tuhan. Waktunya sudah lebih dekat daripada yang
kaukira, aku katakan padamu. Sebab aku sedang membaca Daniel, sebuah cahaya
besar datang padaku dari kedalaman hatiku dan aku mengerti kata-kata yang
sulit. Tujuh puluh minggu akan diperpendek karena doa-doa orang baik. Apakah
ini berarti bahwa jumlah tahun-tahun sedang diubah? Tidak. Sebuah nubut tidak
pernah salah. Tetapi ukuran waktu nubuatan adalah perjalanan bulan bukan
matahari. Jadi aku berkata: “Sudah dekatlah waktu dari sang Bayi yang akan
terdengar menangis dilahirkan dari seorang Perawan.” Oh! Sejak Cahaya yang mengasihi aku mengatakan padaku begitu banyak hal,
aku ingin Ia mengatakan padaku dimanakah sang ibu yang bahagia itu, yang akan
melahirkan Putera Allah dan Mesias umatNya! Dengan kaki telanjang aku akan
berjalan ke seluruh dunia, tidak dingin ataupun es, tidak debu ataupun panas,
tidak juga binatang buas atau kelaparan akan mencegah aku untuk mencapai dia dan
aku akan berkata kepadanya: “Kabulkanlah hambamu dan hamba di antara para hamba
Kristus untuk tinggal di bawah atapmu. Aku akan mengangkat bebanmu dan
tekananmu, gunakanlah aku sebagai seorang budak yang bekerja mengangkat beban
dan menjaga kawanan ternakmu, suruhlah aku untuk mencuci celemek-celemek
Anakmu... Aku akan bekerja di dapurmu, di tempat pemanggangan, dimanapun kau
ingini... tetapi terimalah aku. Sehingga aku dapat melihat Dia! Dan mendengar
SuaraNya! Dan menerima tatapanNya!” Dan jika sang ibu itu tidak menginginkan
aku, aku akan tinggal di depan pintunya sebagai seorang pengemis, pada cuaca
dingin atau panas, hanya untuk mendengar suara sang kanak-kanak Mesias dan gema
tawaNya, dan melihatNya berlalu lalang... Dan mungkin suatu hari Ia akan menawarkan
aku sepotong roti... Oh! Walaupun jika aku harus sekarat karena kelaparan dan
tak sadarkan diri karena puasa yang berat, aku
tidak akan memakan roti itu.Aku akan memegang roti erat-erat di hatiku
seperti tas yang penuh dengan mutiara dan aku akan mencium parfum wangi tangan
Kristus dan aku tidak akan pernah kelaparan ataupun kedinginan, tetapi
sentuhannya akan memberikanku ekstase dan hangat, ektase dan makanan...”
“Engkau seharusnya menjadi Ibu sang
Kristus, karena kau sungguh mengasihiNya! Itukah sebabnya engkau berharap untuk
tetap menjadi seorang perawan?”
“Oh! Tidak. Aku ini menyedihkan dan
debu. Aku tidak berani mengangkat mataku pada sang Kemuliaan. Itulah sebabnya,
lebih baik daripada Selubung ganda, melampaui yang kuketahui tinggal Hadirat
Yahweh tak terlihat, aku senang melihat pada hatiku. Di sana, ada Tuhan akan
Sinai yang menakutkan. Di sini, di dalamku, aku melihat Bapa kita, Wajah
Pengasih yang tersenyum dan memberkati aku, karena aku kecil seperti seekor
burung yang kecil, sehingga angin menahan tanpa merasakan beratnya dan aku
lemah seperti batang lili dari lembah itu yang hanya dapat mekar dan harum
mewangi dan dapat menghadirkan tiada daya lain kepada angin kecuali harumnya
dan kemanisan yang murni. Tuhan, angin Pengasihku! Bukan karena itu.
Tetapi
karena Putera Allah dan dari seorang Perawan, yang Kudus dari Yang Maha Kudus,
seperti di Surga IA memilih ibuNya dan di bumi berbicara padaNya akan Bapa
SurgawiNya: Kemurnian. Jika Hukum menentukan bahwa, jika para rabi yang telah
membuat Hukum menjadi rumit dengan keluhan-keluhan pengajaran mereka,
mengarahkan pikiran mereka pada horison yang lebih tinggi dan mengarah pada
hal-hal supernatural, meninggalkan manusia dan urusan-urusannya yang membuat
mereka melupakan Akhir yang Maha Tinggi, mereka seharusnya, di atas segalanya,
membuat Kemurnian sebagai pokok subjek dari pengajaran-pengajaran mereka agar
Raja Israel menemukannya saat Ia datang. Dengan ranting-ranting zaitun Yang
Damai, dengan palma-palma Yang Berjaya, menebarkan lili-lili, lili-lili,
lili-lili... Betapa banyaknya Darah Juru Selamat yang harus ditumpahkan untuk
menebus kita! Sungguh betapa banyaknya! Dari ribuan luka-luka yang dilihat oleh
Yesaya pada sang Manusia Kesedihan, aliran Darah jatuh, bagaikan embun dari
celah sebuah vas. Semoga Darah Ilahi ini tidak jatuh dimana terdapat penghinaan
dan penghujatan, namun ke dalam cawan-cawan murni yang harum yang akan
menerimaNya dan mengumpulkanNya untuk tujuan menyebarkannya di antara para jiwa
yang sakit dan menderita lepra dan di antara mereka yang telah mati terhadap
Tuhan. Berikan lili-lili untuk menyeka dengan kuntum-kuntum murni mereka
keringat dan air mata Kristus! Berikan lili-lili untuk hasrat semangatNya akan
kemartiran! Oh! Dimanakah Lili itu berada, yang akan menanggungMu? Dimanakah
Lili yang akan menghapus dahagaMu yang menjadi merah dengan DarahMu, akan mati
karena rasa sakit melihat Engkau sekarat, dan akan menangis pada TubuhMu yang
sudah tanpa darah? Oh! Kristus! Kristus! Keinginanku!...”
Maria kini
diam, menangis dan bersusah hati.
Anna
juga terdiam sebentar dan kemudian dengan suara jernih dari wanita tua yang
merasa tersentuh, ia bertanya: “Adakah lain lagi yang ingin kauajarkan padaku,
Maria?”
Maria terperangah.
Ia pasti mengira, di dalam kerendahan hatinya, bahwa gurunya sedang menegurnya
dan ia berkata: “Oh! Ampunilah aku! Engkau adalah guruku. Aku bukanlah apa-apa.
Tetapi suara itu datang dari dalam hatiku. Aku melihatnya, untuk menghindari
berbicara. Namun seperti sebuah sungai dengan amukan air menghantam pinggirannya,
kita telah menerpa dan membanjiri aku. Mohon janganlah perhatikan kata-kataku
dan marah akan pendapatku itu. Kata-kata misteri harus tetap tinggal pada
kedalaman hati, dimana Tuhan membantu di dalam kebaikanNya. Aku tahu. Namun ini
adalah Hadirat yang Tidak Terlihat begitu manis sehingga memenuhiku dengan
sukacita... Hanna, mohon ampuni hamba kecilmu ini!”
Hanna memeluk
Maria sementara airmatanya mengambang pada kerutan wajah tuanya yang gemetar.
Kemudian turun pada kerutan-kerutannya, seperti air di tanah bergelombang yang
menjadi riak yang bergetar. Namun guru tua itu tidak tertawa, justru sebaliknya
ia menangis menunjukkan rasa hormat yang terdalam.
Maria berada di
dalam pelukan Hanna, wajah kecilnya tertambat pada dada sang guru. Dan semuanya
kemudian berakhir.
--------------------
Yesus berkata:
“Maria mengingat
Tuhan. Ia memimpikan Tuhan. Ia mengira ia bermimpi. Ia hanya melihat lagi
apa yang telah ia lihat di dalam keindahan Surga Tuhan, padaa saat ia
diciptakan untuk disatukan pada tubuh yang dikandung di bumi. Ia berbagi
dengan Tuhan salah satu milik Tuhan, walaupun dengan tingkatan yang lebih sedikit,
namun pas. Itulah milik untuk mengingat, melihat dan melihat lebih dahulu, yang
merupakan atribut kepandaian yang kuasa dan utuh tidak bercacat dengan
Kesalahan.
Manusia diciptakan di
dalam citra dan mirip Tuhan. Salah satu kemiripannya adalah kemampuan jiwa
untuk mengingat, melihat dan melihat terlebih dahulu. Hal ini menerangkan kuasa
untuk membaca masa depan. Kuasa ini terkadang datang langsung karena kehendak
Tuhan, terkadang merupakan kumpulan ingatan, yang terbit seperti matahari pagi,
menyinari sebuah titik pada horison selama berabad-abad, telah terlebih dahulu
dilihat dalam visi akan Tuhan.
Misteri-misteri itu
terlalu dalam untuk secara penuh dimengerti olehmu. Namun pikirkanlah. Dapatkah
Kepandaian yang Maha Tinggi, sang Pikiran yang mengetahui segalanya, Pandangan
yang melihat segalanya, memberikanmu sesuatu yang berbeda dari Dia, yang telah
menciptakanmu dengan perbuatan akan kehendakNya dan nafas akan kasihNya yang
tak berkesudahan, dan telah menjadikanmu anak-anakNya baik asalmu dan tujuanmu?
Ia memberikan padamu di dalam bagian yang terkecil, sebagai mahkluk yang tidak
dapat berisi Pencipta. Tetapi bagian yang sempurna dan utuh, walaupun sangat
kecil.
Betapa harta akan
kepandaian Tuhan berikan pada manusia, Adam! Yang Jatuh membuatnya cacat, namun
pengorbananKu kembali menyatakannya dan membuka Kepandaian yang indah itu,
kemakmurannya, sains-nya bagimu. Betapa agung pikiran manusia dipersatukan
Tuhan oleh RahmatNya, berbagi dengan Tuhan kuasa pengetahuan!... Pikiran
manusia disatukan dengan Tuhan oleh Rahmat.
Tidak ada cara lain. Mereka yang
ingin mengetahui mencari rahasia-rahasia melampaui manusia harus mengingat itu.
Semua pengetahuan yang tidak berasal dari sebuah jiwa di dalam rahmat –dan
tidak berada di dalam rahmat yang melawan Hukum Tuhan, yang sangat jelas di
dalam perintah-perintahNya – pengetahuan yang demikian berasal dari Setan. Hal
itu jarang berhubungan dengan kebenaran saat hal-hal manusia dipertimbangkan,
tidak pernah berhubungan dengan kebenaran yang menyangkut hal-hal manusia
super. Sang Iblis sesungguhnyalah bapa kepalsuan dan menuntun pada jalan kepalsuan.
Tidak ada metode lain untuk mengetahui kebenaran, kecuali dia yang datang dari
Tuhan, Yang berbicara dan berkata atau memperingatkan, sebagaimana seorang ayah
mengingatkan puteranya akan rumah kebapakannya dan berkata padanya: “Tidakkah
engkau ingat saat biasanya engkau melakukan hal ini denganKu, engkau
melihatnya, engkau mendengarkan yang lainnya? Tidakkah engkau ingat ketika Aku
biasanya memberi cium perpisahan? Ingatkah engkau saat engkau melihat Aku untuk
pertama kalinya dan engkau mengagumi cahaya terang yang bersinar di wajahKu
pada jiwa murnimu, dimana setelah baru saja diciptakan olehKu masihlah murni
dan bebas dari segala kejahatan yang kemudian menodaimu? Ingatkah ketika engkau
mengerti saat pertama kalinya, di dalam detak kasih, apakah Kasih itu? Yang
merupakan misteri Keberadaan dan Pemrosesan kita?” Dan apakah kemampuan
terbatas seorang manusia di dalam rahmat tak dapat menjangkau, Roh sains
menjernihkan dan mengajarkan.
Namun untuk memiliki Roh, Rahmat
diperlukan. Untuk memiliki Kebenaran dan Sains, Rahmat disyaratkan. Untuk
memiliki Bapa, Rahmat adalah penting. Rahmat adalah sebuah tenda dimana tiga
Pribadi tinggal, ialah yang Mendamaikan yang mana Bapa yang Kekal beristirahat
dan berbicara, tidak dari dalam sebuah awan, namun menampakkan wajahNya kepada
anak-anakNya yang setia. Para kudus dan orang-orang baik mengingat Tuhan.
Mereka ingat kata-kata yang mereka dengarkan di dalam Pikiran Pencipta dan yang
Kebaikan yang Maha Tinggi pulihkan di dalam hati untuk mengangkat mereka
seperti burung elang untuk merenungkan Kebenaran dan Pengetahuan akan Waktu.
Maria penuh Rahmat. Rahmat yang utuh
dan Tritunggal di dalam dia. Rahmat yang utuh dan Tritunggal mempersiapkan dia
seperti seorang mempelai untuk pernikahan, seperti Ranjang Pernikahan untuk
sang Keturunan, seperti seorang Pribadi Ilahi bagi misi dan keibuannya. Ia
menutup lingkaran Nubuatan Perjanjian Lama dan membuka periode “Para Juru
Bicara Tuhan” akan Perjanjian Baru.
Bahtera Sejati akan Sabda Tuhan,
melihat pada Hatinya yang Tak Bernoda, ia menemukan kata-kata pengetahuan
abadi, yang merupakan jari-jari Tuhan yang telah tertulis di sana, dan ia
mengingat, sebagaimana seperti semua para kudus, bahwa ia telah mendengarnya
ketika jiwa abadinya diciptakan Allah Bapa, sang Pencipta dari semua yang
hidup... Dan jika ia tidak mengingat semuanya tentang misi masa depannya,
alasannya adalah Tuhan meninggalkan beberapa celah di dalam setiap kesempurnaan
manusia, menurut sebuah Hukum penjagaan Ilahi, untuk kebaikan dan sebagai
imbalan bagi para mahkluk.
Maria, Hawa kedua, harus mencapai
bagiannya dari usahanya untuk menjadi Ibu Kristus, dengan niat baik seorang
yang setia, bahwa Tuhan membenarkan juga dari KristusNya untuk menjadikanNya
Juru Selamat.
Roh Maria tadinya berada di Surga.
Moralnya dan tubuhnya berada di bumi dan haruslah berjalan di bumi dan pada
daging untuk mencapai roh dan menggabungkannya pada Roh di dalam sebuah pelukan
yang berbuah.”
---------------------
Sebuah catatanku. Sepanjang hari
kemarin kupikir aku akan melihat pemberitaan akan kematian orangtua Maria yang
diberikan kepada Maria oleh Zakharia, aku tidak tahu mengapa. Aku juga
berpikir, dengan caraku, bahwa Yesus akan mengulas hal itu “kenangan akan Tuhan
oleh para kudus”. Pagi ini, ketika visiun mulai, aku berkata kepada diriku
sendiri: “Nah di sinilah, mereka akan mengatakan pada Maria bahwa ia telah
menjadi yatim-piatu” dan hatiku telah bergetar karena aku pastilah akan
mengalami kesedihanku sendiri beberapa hari ini. Namun sungguh-sungguh tidak
ada akan apa yang kupikir akan kulihat atau kudengar terjadi. Tidak ada satu
katapun terucap secara tak sengaja. Aku sangat gembira akan hal ini karena hal
itu memastikan bahwa tidak ada yang terjadi menurut kemauanku, dan bahkan tidak
dari sebuah rekomendasiku yang jujur pun yang berhubungan dengan satu situasi.
Semuanya berasal dari sumber yang berbeda. Ketakutanku yang terus menerus
berhenti... sampai waktu yang berikutnya sebab aku selalu takut tertipu dan
menipu.
Bergabunglah untuk
mendapat cuplikan tulisan Maria Valtorta di e-mail anda: http://groups.yahoo.com/group/penayesus/
Atau cuplikan
tulisan dapat dilihat di: http://www.penayesus.blogspot.com/
Fanpage facebook: http:///www.facebook.com/MariaValtortaBahasaIndonesia/
No comments:
Post a Comment