5. Kelahiran
Perawan Maria
26 Agustus 1944
Aku melihat Anna keluar dari taman.
Ia bersandar pada tangan seorang saudaranya, yang mirip dengannya. Ia terlihat
jelas sedang mengandung beberapa bulan dan terlihat capek dan kelelahannya
tidak tersingkirkan oleh kepanasan, sama seperti saat ini hawa panas
melelahkanku.
Walaupun taman agak teduh, tetapi tetap
sangat panas dan tertutup. Udara seperti bisa dipotong bagaikan donat hangat,
sangat berat. Cahaya matahari turun dari langit biru tanpa ampun dan ada debunya
yang membuat atmosfer sedikit kusam. Cuaca pastilah sudah lama kering, sebab
tidak ada irigasi, tanah sungguh telah menjadi debu yang hampir putih. Di luar,
keteduhan terbuka dari naungan putih yang telah berubah sedikit menjadi merah
muda, dimana ia menjadi merah-coklat di
bawah pohon-pohon dan tanah itu lembab. Demikian lembab pula tanah di bawah
tempat-tempat bunga-bunga kecil, di barisan-barisan dimana sayur-sayuran
tumbuh, dan di sekitar semak-semak mawar, melati dan bunga lainnya, dan
khususnya di depan dan di sepanjang pergola yang indah, yang membagi dua kebun
buah itu, dari permulaan ladang-ladang, kini dilucuti dari panenan-panenan
mereka. Rumput di padang, yang menandai batas properti, telah menjadi kering
dan tipis. Hanya di perbatasannya dimana rumput lebih hijau dan tebal, disana
ada sederet semak hawthorn liar, yang telah utuh dipenuhi buah-buah kecilnya
yang berwarna rubi. Ada domba-domba di sana-sininya dengan seorang gembala muda
yang mencari padang rumput dan tempat teduh.
Hawthorne-berry |
Yoakim sedang bekerja di sekitar
deretan pohon-pohon anggur dan zaitun. Ada dua orang laki-laki yang bersamanya
membantunya. Walaupun sudah tua, ia gesit dan bekerja dengan semangat. Mereka
sedang membuka saluran-saluran di ujung sebuah ladang untuk mengairi
tumbuhan-tumbuhan yang kering, dan air ini mengalir di antara rumput dan dan
tanah kering. Aliran membentuk lingkaran-lingkaran dimana pada suatu saat
terlihat mirip seperti kristal kekuningan dan segera mengitari tanah basah,
mengitari pohon-pohon zaitun dan ranting-ranting anggur yang penuh.
Di sepanjang pergola yang teduh, di
bawah dimana lebah-lebah keemasan terbang di sekitarnya, rakus akan gula dari
anggur-anggur yang keemasan itu, Anna berjalan pelan menuju Yoakim, yang
bergegas menghampirinya ketika ia melihat Anna.
“Engkau datang sejauh ini?”
“Rumah panas bagaikan oven.”
“Dan kau menderita karenanya.”
“Penderitaan satu-satunya dari waktu
terakhir ini yang diderita oleh seorang wanita hamil. Penderitaan yang dialami
semua orang: manusia dan kebinatangannya. Janganlah kepanasan, Yoakim”
“Air yang kita harap-harapkan sejak
lama, yang selama tiga hari terlihat tertutup, belum juga datang dan kampung
ini kering. Kita beruntung karena memiliki mata air di dekat kita dan kaya akan
air. Aku telah membuka saluran-saluran. Itu sebuah hal yang meringankan bagi
tumbuh-tumbuhan yang memiliki daun-daunnya yang tertutup dengan debu; cukuplah
untuk membuat mereka tetap hidup. Andaikan saja turun hujan...” Yoakim, dengan
semangat seluruh para petani, melihat ke langit, sementara Anna, kelelahan,
mendinginkan dirinya sendiri dengan sebuah kipas yang terlihat terbuat dari
sebuah daun kering sebuah palma yang dikepang dengan benang berwarna-warni yang
membuat kipas itu kuat.
Kehadiran Anna menghentikan: “Di
sana, jauh dari Hermon yang hebat, awan-awan cepat naik. Ada angin mengutara.
Hal itu akan menyegarkan dan mungkin memberikan hujan.”
“Angin telah muncul selama tiga hari
dan kemudian siap saat bulan naik. Hal itu akan terjadi sama kembali.” Yoakim mengeluh.
“Marilah kita kembali ke rumah.
Bahkan di sini saja orang susah bernafas, dan bagaimanapun kupikir lebih baik
pulang saja...” kata Anna, yang terlihat bagai peneduh zaitun dibanding
biasanya, disebabkan oleh kepucatan yang
ada di seluruh wajahnya.
“Apakah engkau kesakitan?”
“Tidak. Tetapi aku dapat merasakan
kedamaian yang hebat yang aku alami di Bait Allah ketika aku diberikan rahmat,
dan yang kurasakan sekali lagi ketika aku mengetahui bahwa aku sedang mengandung.
Hal itu seperti ekstase, sesuatu tidur yang manis akan tubuh sementara jiwa
bersukacita dan menenangkannya sendiri di dalam sebuah kedamaian yang tak
tertandingi oleh tubuh. Aku telah mengasihi dan tetap mengasihimu, Yoakim, dan
aku telah masuk ke dalam rumahmu dan aku telah mengatakannya sendiri: “Aku
adalah seorang istri dari seorang laki-laki yang baik, aku memiliki kedamaian:
dan aku merasakan hal yang sama di setiap kasih kuatmu menjaga Anna-mu ini.
Tetapi kedamaian ini berbeda. Mengertilah: Kupikir bahwa sang jiwa dari bapa
Yakob kita dipenuhi dengan sebuah damai yang serupa, seperti kenyamanan yang
diberikan oleh minyak yang diolesi dan menenangkan, setelah ia bermimpi tentang
para malaikat. Dan, mungkin lebih tepatnya lagi, hal itu seperti damai penuh
sukacita Tobias setelah Rafael muncul di hadapan mereka. Jika aku menyerap
diriku sendiri di dalam perasaan ini, ia bertumbuh dan semakin bertumbuh di
dalam kekuatan sementara aku menikmatinya. Kemudian naik ke angkasa-angkasa
langit yang biru bagiku... Dan lebih jauh lagi, aku tidak tahu alasan untuk
itu, tetapi sejak aku memiliki sukacita damai ini di dalamku, aku memiliki
sebuah lagu di dalam hatiku: lagu Tobias tua. Kupikir lagu itu ditulis untuk
saat ini... untuk sukacita ini... untuk tanah Israel yang menerimanya... untuk
pendosa Yerusalem dan kini diampuni... Tetapi aku tidak tertawa karena hasrat
seorang ibu... tetapi saat aku berkata: “Bersyukurlah kepada Allah untuk
kemakmuranmu dan diberkatilah Tuhan dari abad ke abad, dimana Ia akan membangun
TabernakelNya di dalammu”, kupikir Ia Yang akan membangun kembali Tabernakel
Tuhan yang sejati di Yerusalem akan menjadi DIA yang akan dilahirkan... Dan aku
juga berpikir bahwa tujuan mahklukku telah dinubuatkan dan bukanlah nasib akan
Kota Suci, ketika lagu itu berkata: “Engkau akan bersinar dengan sebuah cahaya
yang terang: semua orang di dunia akan merendahkan diri mereka sendiri di
hadapanmu: bangsa-bangsa akan datang membawa pemberian-pemberian: mereka akan
memuji Allah di dalam engkau dan akan berpegang pada tanah sucimu, sebab di
dalammu mereka memanggil Nama yang Besar. Engkau akan berbahagia karena
anak-anakmu, sebab mereka akan diberkati dan mereka akan berkumpul di dekat
Allah. Diberkatilah mereka yang mengasihi engkau dan bersukacita di dalam
damaimu...” Dan aku adalah orang yang pertama yang bersukacita, sang ibunya
yang bahagia...
Anna berubah warnanya, saat
mengatakan kata-kata ini dan ia bercahaya bagai sesuatu dibawakan dari
kepucatan akan cahaya bulan menjadi terangnya sebuah cahaya api besar dan
sebagainya. Air mata yang manis, yang tak disadarinya, jatuh di pipi-pipinya
dan ia tersenyum di dalam sukacitanya. Dan sementara itu ia berjalan menuju
rumah, berjalan di antara suaminya dan saudaranya, yang mendengarkan dan
tergerak hati mereka secara mendalam, namun terdiam.
Mereka bergegas karena awan-awan
didorong oleh sebuah angin yang kencang, segera menyeberang dan berkumpul di
langit, saat cuaca menggelap dan menggetarkan peringatan sebuah badai. Ketika
mereka sampai pada beranda kediaman, sebuah kilat pertama menyeberangi langit
dan guntur pertama menggetarkan bergumuruh bagaikan sebuah suara dram yang
besar berpadu secara beruntun pada gugur pertamanya daun-daun kering.
Mereka semua masuk dan Anna menarik
diri, sementara Yoakim berdiri di pintu berbicara dengan para pekerja yang saat
itu ada dengannya: pembicaraan mereka adalah tentang mencari air, sebuah berkat
untuk tanah yang kering. Namun sukacita mereka berubah menjadi ketakutan karena
sebuah badai dashyat datang mendekat dengan kilat dan awan-awan berat berisi
hujan. “Jika awan itu pecah, ia akan menghancurkan anggur-anggur dan
zaitun-zaitun hingga berkeping. Malangnya aku!”
Yoakim juga khawatir akan istrinya,
yang waktunya telah datang untuk melahirkan anaknya. Saudaranya meyakinkan dia
bahwa Anna tidak menderita sama sekali. Namun Yoakim gelisah setiap saat
saudaranya atau wanita lain, yang di antaranya adalah ibu Alphaeus keluar dari
kamar Anna dan masuk kembali lagi ke kamar itu dengan air panas dan baskom dan
kain-kain linen yang kering di dekat nyala tungku di dapur yang besar, ia menghampiri dan memperhatikan, namun
ia tidak tenang juga walaupun mereka sudah memastikan. Juga tidak adanya
jeritan Anna membuatnya khawatir. Ia berkata: “Aku adalah seorang laki-laki dan
aku tidak pernah melihat seorang anak dilahirkan. Tetapi aku ingat jika
terdengar keheningan-keheningan hal itu adalah fatal.”
Saat itu perlahan menjadi gelap dan
malam tiba dengan sebuah badai mengamuk dan sangat keras: memberikan curah
hujan yang berat, angin, kilat, semuanya, kecuali hujan batu yang mungkin jatuh
di tempat lain.
Salah seorang dari para pekerja
memperhatikan dashyatnya angin badai: “Kelihatannya seperti Setan telah keluar
dari Gehenna dengan para iblisnya. Lihatlah awan-awan hitam itu! Kau dapat
mencium bau sulfur di udara dan kau dapat mendengar siulan dan desis-desisnya,
dan suara-suara auman dan sumpah serapahnya. Jika itu adalah dia, dia sedang
mengamuk pada malam itu!”
Pekerja lain tertawa dan mengejek:
“Umpan besar pastilah telah lari daripadanya, atau Mikael telah memukulnya
dengan petir Tuhan, ia telah merampas tanduk-tanduknya dan memotong serta
membakar ekornya.”
Seorang wanita datang dan berteriak:
“Yoakim! Ia akan datang dan sedang terjadi dengan cepat dan baik!” dan wanita
itu menghilang dengan sebuah amphora kecil di tangan-tangannya.
Badai tiba-tiba berhenti, setelah
satu petir terakhir sungguh kerasnya, melempari tiga orang tertancap di dinding
dan di depan rumah, di dalam taman, sebuah kebusukan hitam berasap membekas
pada ingatannya! Sementara sebuah tangisan, yang mirip dengan teriakan kecil
seekor merpati kura-kura pada saat pertama tidak lagi mengintip tetapi
mengeluarkan bunyi-bunyian, terdengar dari balik pintu Anna. Dan pada saat yang
bersamaan sebuah pelangi terentang semi-lingkaran di langit. Ia muncul, dan
terlihat muncul, dari atas Hermon, yang dicium oleh matahari, terlihat seperti
sebuah lembayung lembut yang merah muda; ia naik ke atas pada bulan September
yang jernih dan melalui sebuah atmosfer membersihkan semua yang tidak murni, ia
melintas di atas bukit-bukit Galilea dan mengarah ke selatan, dan di atas
sebuah gunung lagi, dan tampaknya berakhir di ujung lain di kejauhan horison,
dimana ia jatuh dari balik pemandangan sebuah rantai pegunungan tinggi.
“Kita tidak pernah melihat hal
seperti ini!”
“Lihat, lihat!”
“Kelihatannya termasuk di dalam
sebuah lingkaran keseluruhan tanah Israel. Dan lihat! Sudah ada sebuah bintang
di langit ketika matahari belum ada. Betapa sebuah bintang! Bersinar bagai
sebuah intan yang besar!...”
“Dan bulan, di sana, dengan sebuah
bulan purnama, tiga hari lebih awal. Tetapi lihat betapa ia bersinar!”
Para wanita tiba kegirangan dengan
seorang bayi kecil montok terbungkus pada linen-linen polos.
Itulah Maria, sang Ibu. Maria yang sangat
kecil, yang bisa tidur di tangan-tangan seorang anak, seorang Maria yang
panjangnya bagaikan sebuah lengan, dengan sebuah kepala kecil berwarna gading
pucat merah muda. Bibir-bibir kecil mempesonanya tidak lagi menangis tetapi
berada pada posisi ingin untuk menyusu: bibir-bibir itu kecil dimana orang
tidak mengerti bagaimana bibir-bibir itu bisa mengenal puting. Hidung kecil
cantiknya ada di antara dua pipi kecilnya yang bundar, dan saat mereka
menggodanya, mereka melihat dua bagian kecil dari langit, dua bundaran biru
polos yang menatap namun tidak dapat melihat, di antara bulu mata-bulu mata
tipis berwarna muda. Juga rambut pada kepalanya yang bulat blonde
kemerah-mudaan, seperti warna-warna madu tertentu yang hampir berwarna putih.
Telinga-telinganya adalah bagai dua
kerang kecil, transparan, sempurna. Tangan-tangan kecilnya... betapa dua tangan
kecil ini menggapai-gapai di udara dan berakhir masuk ke mulutnya? Kini
tertutup, yang adalah kuntum-kuntum dua
mawar yang memisahkan kelopak-kelopak hijaunya dan menunjukkan sutera di
dalamnya. Ketika terbuka, seperti sekarang, ada dua perhiasan gading, terbuat
dari gading merah muda dan harum-haruman dengan lima batu mulia sebagai
kuku-kuku. Betapa dua tangan kecil ini akan sanggup mengeringkan begitu banyak
air mata?
Dan kaki-kaki kecilnya? Dimanakah
mereka? Untuk sementara waktu kaki-kaki itu hanya menendang, tersembunyi di
dalam linen-linen. Namun kini sang saudara duduk dan membukanya... Oh,
kaki-kaki kecil! Kira-kira empat sentimeter panjangnya. Setiap tapaknya bagai
sebuah karang koral, dengan sebuah salju putih bernadi biru. Ibu-ibu jarinya
adalah karya istimewa bagai pahatan kaum Lilliputian: mereka, juga, dimahkotai
dengan batu mulia pucat berukuran kecil. Namun dimanakah mereka dapat menemukan
sendal-sendal kecil, saat kaki-kaki kecil sebuah boneka akan mengambil
langkah-langkah pertamanya, sendal-sendal kecil tidak muat pada kaki-kaki kecil
demikian? Dan bagaimana kaki-kaki kecil itu dapat pergi jauh dan menanggung
rasa sakit yang berat di bawah salib?
Untuk sementara waktu hal itu tidak
diketahui, dan mereka yang melihat padanya tersenyum dan tertawa pada
tendangannya, dan pada bentuk kaki-kakinya yang bagus, dan paha-paha montok
berlipat, dan pada perut kecilnya, bagai sebuah cawan tertelungkup, pada dada
kecilnya yang sempurna. Di bawah kulit dadanya, lembut bagaikan sutera yang
bagus, gerakan nafasnya dapat terlihat dan detak jantung kecilnya dapat
terdengar, seperti apa yang sedang dilakukan oleh ayahnya yang sedang
bergembira kini, yang mendaratkan bibirnya untuk menciumnya. Ini adalah sebuah jantung
kecil terindah yang pernah diketahui dunia: satu-satunya jantung yang dikandung
tanpa noda dari kaum manusia.
Dan punggungnya? Mereka kini
membalikkannya dan mereka dapat melihat lekukkan pinggang-pinggangnya dan bahu-bahunya
yang montok dan batang leher merah mudanya, yang kuat dimana kepalanya dapat
mengangkat sendiri pada lengkung busur vertebrata. Terlihat seperti kepala
seekor burung yang memantau dunia baru yang dilihatnya. Ia, Yang Murni dan
Bersih, protes dengan sebuah tangisan kecil karena ditatap mata begitu banyak
orang, ia, seluruhnya Perawan, Kudus dan Dikandung Tanpa Noda, Yang tidak akan
ada orang yang melihatnya telanjang lagi, memprotes.
Bungkus, bungkuslah kuntum lili ini
yang tidak akan terbuka di bumi dan yang, akan tetap merupakan kuntum, yang
akan menghasilkan Bunganya, yang bahkan lebih cantik daripada dirinya. Hanya di
Surga sang Lily dari Allah Tritunggal akan membuka kelopak-kelopaknya. Karena
di atas sana Allah Tritunggal akan diterima, di dalam hadirat pemerintahan
keseluruhan, Allah Tritunggal yang di dalam beberapa tahun, tersembunyi di dalam sebuah hati tanpa noda, akan berada
di dalamnya: Bapa, Putera, Mempelai.
Inilah dia lagi, di dalam
linen-linennya, di dalam tangan-tangan bapa duniawinya, yang mirip dengannya. Tidak
saat ini. Kini ia hanya seorang bayi manusia kecil. Maksudku bahwa dia akan
menjadi seperti dia saat ia tumbuh menjadi seorang wanita. Dia tidak mirip
dengan ibunya. Ia memiliki kulit dan mata dan tentu juga rambut ayahnya. Rambut
Yoakim sekarang putih, namun ketika ia masih muda sudah barang tentu berwarna
muda, seperti yang dapat dikatakan orang dari melihat bulu-bulu matanya. Ia
memiliki bentuk-bentuk seperti ayahnya, terlihat lebih sempurna dan lembut
dalam figur seorang wanita, tetapi wanita yang istimewa. Dia juga memiliki
senyum, tatapan, cara berjalan dan tinggi ayahnya. Ketika melihatnya, aku
memikirkan Yesus, aku lihat Anna telah menurunkan tinggi badannya kepada
Cucunya dan warna kulit gading mendalam pada kulitNya. Sementara Maria, tidak
memiliki ciri dari ibunya: sebuah pohon palem yang tinggi dan kuat, namun Maria
memiliki keramahan ayahnya.
Juga para wanita membicarakan
perihal badai dan keadaan bulan, kehadiran bintang dan pelangi yang tidak
seperti biasanya. Bersama dengan Yoakim mereka memasuki kamar ibu yang sedang
berbahagia dan memberikan padanya bayinya.
Anna tersenyum pada apa yang
dipikirkannya: “Ia adalah Bintang” katanya. “Tandanya ada di Surga. Maria,
busur perdamaian! Maria, bintangku! Maria, bulan murni! Maria, mutiara kita!”
“Apakah engkau memanggilnya Maria?”
“Ya. Maria, bintang dan mutiara dan
cahaya dan damai...”
“Tetapi juga berarti kepahitan...
Tidakkah engkau takut memberikan dia ketidak-beruntungan?”
“Tuhan bersamanya. Ia adalah
milikNya dari sebelum ia ada. Ia akan memimpinnya di jalanNya dan semua
kepahitan akan berubah menjadi madu Surgawi. Sekarang aku adalah ibumu...
sedikita lebih lama lagi, sebelum menjadi milik Tuhan...”
Dan visiun berakhir pada tidur yang
pertama dari Anna, seorang ibu, dan Maria, seorang bayi.
-------------------
27 Agustus 1944
Yesus berkata:
“Bangun dan bergegaslah, teman
kecil-Ku. Aku ingin membawamu bersama-Ku pada permenungan surgawi akan
Keperawanan Maria. Engkau akan berbaur dengan pengalaman ini dengan jiwamu
sesegar mana engkau pun diciptakan oleh Bapa, seorang Hawa kecil yang belum
menyadari perihal daging. Engkau akan berbaur dengan jiwa dipenuhi cahaya,
sebab engkau akan tenggelam di dalam karya istimewa Tuhan. Engkau akan berbaur
dengan keberadaanmu menyeluruh banjir di dalam kasih, sebab engkau akan, telah
mengerti tingkat dimana Tuhan dapat mengasihi. Membicarakan konsepsi Maria,
Dikandung Tanpa Noda, berarti masuk ke dalam langit, cahaya, kasih.
Marilah dan baca kemuliaan-kemuliaannya
di dalam Buku Nenek Moyang. “Tuhan memiliki aku pada mula pekerjaanNya, dari
awal, sebelum Penciptaan. Dari keabadian aku dibentuknya, di awal, sebelum bumi
ada, kedalaman belum ada dan aku sudahlah terkandung. Mata air-mata air belum memancarkan
air dan gunung-gunung belum berada di dalam deretannya yang besar, juga belum
ada bukit-bukit menghiasi matahari, saat Aku dilahirkan. Tuhan belum membuat
bumi, sungai-sungai dan landasan dunia, dan Aku ada di sana. Ketika Ia
mempersiapkan Surga-surga Aku hadir, ketika dengan hukum-hukum keabadian Ia
menyertakan kedalaman di bawah permukaan, ketika Ia membenahi Surga-surga
terbentuk dan Ia menahan air dari mata air-mata air, ketika Ia menaruh
batasan-batasan laut dan ia memberikan hukum-hukum pada air, ketika Ia
memerintahkan air-air tidak untuk melebih pinggir pantai, ketika Ia meletakkan
landasan-landasan pada bumi, Aku ada denganNya mengatur semuanya. Aku selalu
bermain dengan penuh sukacita di HadiratNya, Aku bermain di jagad raya...”
Engkau menaruh kata-kata ini di dalam Kebijaksanaan, tetapi mereka berbicara
kepadanya: sang ibu yang cantik, sang ibu yang Kudus, Ibu Perawan Kebijaksanaan
dan Ibu-Ku, Yang sekarang berbicara padamu.
Aku ingin engkau menulis baris
pertama lagu-lagu pada bagian atas buku yang berbicara mengenai dia, agar ia
dapat direnungkan dan penghiburan dan sukacita Tuhan akan diketahui; alasan
tetap, sempurna, kesukaan intim akan Tuhan dan TriTunggal, Yang memerintah dan
mengasihi engkau dan Yang menerima dari manusia begitu banyak alasan untuk
menjadi sedih; alasan mengapa ia menjadikan bangsa manusia, bahkan sejak ujian
pertama dimana manusia seharusnya dihancurkan; alasan akan pengampunan yang
telah engkau terima.
Memiliki Maria yang mencintaiNya!
Oh! Sungguhlah berarti menciptakan Manusia dan mengijinkannya untuk tetap ada
dan memutuskan untuk mengampuninya, untuk memiliki Perawan yang Cantik, Perawan
Kudus, Perawan yang Dikandung Tanpa Noda, Perawan yang Dikasihi, Putri yang
dicintai, Ibu yang paling Murni, Mempelai yang Mengasihi! Tuhan telah
memberikanmu begitu banyak dan akan memberikanmu lebih banyak lagi untuk
memiliki Ciptaan bagi kesukaanNya, Matahari dari matahariNya, Bunga dari
tamanNya. Dan Ia terus memberikan begitu banyak padamu karena dia, karena
permintaannya, karena sukacitanya, karena sukacitanya mengalir ke dalam
sukacita Tuhan dan meningkatkannya dengan kilatan-kilatan yang memenuhi cahaya,
cahaya Firdaus yang hebat dengan pancaran-pancaran indah dan setiap pancaran
adalah sebuah rahmat bagi jagad raya, bagi umat manusia, bagi jiwa-jiwa
terberkati yang membalas dengan sebuah sorak kejayaan Haleluya kepada setiap
generasi akan mukjizat ilahi, diciptakan oleh hasrat Tritunggal Terberkati
untuk melihat pancaran senyuman sukacita sang Perawan.
Tuhan berhasrat untuk menaruh
seorang raja di dalam jagad raya yang IA ciptakan dari ketiadaan. Seorang raja,
yang dari materi alami harus menjadi yang pertama di antara mahkluk-mahkluk
yang diciptakan dari materi dan dianugerahi dengan materi. Seorang raja, yang
dengan roh alaminya harus lebih kecil dari ilahi, bersatu dengan Rahmat
sebagaimana ia di hari pertamanya tanpa cela. Tetapi Pikiran Yang Maha Tinggi,
yang padanya semua kejadian-kejadian jauh di dalam abad ke abad di ketahui, tak
henti-hentinya melihat apa yang sudah, sedang dan akan; dan saat Ia merenungkan
masa lalu, dan memperhatikan masa kini, Ia masuk secara mendalam dengan
pandanganNya ke dalam masa depan yang paling jauh dan mengetahui setiap detil
bagaimana orang terakhir akan mati. Tanpa kebingungan atau berhenti sang
Pikiran Yang Maha Tinggi selalu diketahui bahwa sang raja diciptakan untuk
menjadi Allah manusia di sisiNya di Surga, pewaris Bapa, yang akan tiba dalam
keadaan dewasa di dalam KerajaanNya, setelah hidup di dalam rumah ibuNya –di
bumi, bersama dimana Ia dibuat- selama masa kecilNya, sebagai seorang anak dari
sang Bapa Abadi untuk masanya di bumi. Pikiran Yang Maha Tinggi yang selalu
mengetahui bahwa manusia akan melakukan terhadap dirinya sendiri kejahatan
membunuh Rahmat di dalam dirinya sendiri dan pencurian akan perampokan Surga
dari dirinya sendiri.
Mengapa kemudian Ia menciptakannya?
Pastilah banyak yang menanyakan dirinya sendiri mengapa. Apa kau lebih ingin
tidak ada? Tidakkah hari ini pantas, di dalamnya sendiri, untuk menjalankan
hidup walaupun begitu miskin dan telanjang, dan ditinggalkan celaka di dalam
kejahatan, sehingga engkau dapat mengetahui dan mengagumi Keindahan tak
terbatas bahwa tangan Tuhan telah menabur di dalam jagad raya?
“Baginya yang telah diciptakanNya
bintang-bintang dan planet-planet yang terbang bagaikan petir-petir dan anak
panah-anak panah, mengerutkan kubah Surga, atau meteor-meteor berkilatan indah
di dalam lesatannya, dan tapi terlihat lamban, mempersembahkanmu dengan cahaya
dan musim-musim kebadian selamanya dan namun selalu fana. Mereka memberikan
sebuah halaman baru untuk dibaca di langit, setiap malam, setiap bulan, setiap
tahun, seperti mereka berharap untuk berkata: “Lupakanlah batasanmu,
tinggalkanlah materi yang tercetak yang penuh dengan keburaman, busuk, kotor,
beracun, palsu, sumpah serapah, materi yang membusuk dan bangkitlah, paling
tidak dengan matamu, pada cakrawala kebebasan yang tidak terbatas, buatlah
jiwa-jiwamu terang melihat pada langit yang jernih. Bangunlah sebuah pasokan
cahaya untuk menyingkirkan penjara gelapmu. Bacalah kata yang kami tulis
nyanyikan lagu di samping refrain, yang lebih harmonis daripada yang
dilantunkan organ katedral. Kata yang kami tulis saat bersinar, kata yang kami
tulis saat mengasihi, karena kami selalu membawa pikiran di dalam Dia Yang
memberikan kami sukacita dari keberadaan. Dan kami mengasihi Dia karena
memberikan keberadaan kami, terang kami, gerak kami, kebebasan kami, keindahan
kami di tengah langit biru yang jernih, melebihi yang dapat kami lihat bahkan
lebih luhur: Firdaus. Dan kami memenuhi bagian kedua dari Perintah kasih-Nya,
dengan mengasihi engkau, tetangga-tetangga universal kami, mengasihi engkau
dengan memberikanmu tuntunan dan cahaya, kehangatan dan kecantikan. Bacalah
kata yang kami ucapkan, yang menyelaraskan nyanyian kami, terang kami, senyum
kami: Tuhan!”
Bagi siapa Ia telah membuat laut
biru, cermin sang langit, jalan ke daratan, senyuman air, suara-suara
gelombang? Laut sendiri adalah sebuah kata yang dengan desauan sutera, dengan
senyum-senyum anak-anak gadis gembira, dengan helaan-helaan nafas orang tua-tua
yang ingat dan menangis, dengan teriakan kekerasan, dengan
perselisihan-perselisihan dan auman-auman selalu berbicara dan berkata:
“Tuhan”. Laut adalah untukmu, sebagaimana langit dan bintang-bintang juga. Dan
dengan laut, danau-danau dan sungai-sungai, kolam-kolam dan arus-arus, mata
air-mata air murni, semua yang disediakan untuk merawatmu, untuk melepaskan
dahagamu, untuk membersihkanmu: dan mereka disediakan bagimu untuk melayani
Pencipta mereka, tanpa menenggelamkanmu sebagaimana layaknya engkau.
Bagi siapa Ia telah menciptakan
keluarga-keluarga binatang tak terhitung jumlahnya, burung-burung yang telah
diwarnai dengan indahnya yang terbang seraya bernyanyi, dan binatang-binatang
lain yang bagaikan hamba-hamba berlari, bekerja, memeliharamu dan membantumu,
raja-rajanya?
Bagi siapa Ia telah menciptakan
keluarga-keluarga tumbuhan dan bunga-bunga tak terhitung jumlahnya yang
terlihat bagai kupu-kupu, bagai batu-batu permata dan burung-burung yang tak
henti bergerak, dan keluarga-keluarga dari buah-buah yang bagaikan
perhiasan-perhiasan atau kotak-kotak perhiasan dan menjadi karpet bagi
kaki-kakimu dan pohon-pohon yang membentuk tempat-tempat perteduhan bagi
kepalamu, sebuah relaksasi yang bersahabat dan sukacita bagi pikiranmu,
kaki-tanganmu, pandanganmu dan penciumanmu?
Bagi siapa Ia telah membuat
mineral-mineral di dalam-dalam bumi dan garam-garam yang mencair di dalam
dingin dan musim-musim semi yang mendidih, iodin-iodin dan bromin-bromin, jika
ia tidak menikmatinya, ia yang bukanlah Tuhan, tetapi anak Tuhan? Ia: manusia.
Sukacita Tuhan tidak berkekurangan:
Tuhan tidak memiliki kebutuhan. Ia cukup di dalam DiriNya sendiri. Ia hanya
perlu berkontemplasi dengan DiriNya sendiri untuk bersukacita, merawat DiriNya
sendiri, untuk hidup, untuk beristirahat. Seluruh ciptaan tidak meningkatkan satu
atom sukacita, keindahan, kehidupan, kekuasaanNya yang tak terbatas. Ia membuat
segala sesuatu bagi mahkluk yang Ia ingin tempatkan sebagai raja di dalam
pekerjaan yang dilakukanNya: mahkluk itu adalah manusia.
Sungguh berhargalah hidup untuk
melihat sebuah pekerjaan Tuhan yang demikian dan untuk bersyukur akan kuasaNya
yang memberikanmu kesempatan. Dan engkau harus bersykur karena engkau hidup.
Engkau harusnya bersyukur bahkan jika engkau harus menunggu sampai hari Kiamat
ditebus, sebab engkau telah tidak jujur, sombong, mesum dan pembunuh-pembunuh
pada Orangtua Pertamamu dan engkau masih begitu egois. Namun Tuhan mengijinkan
engkau untuk menikmati keindahan jagad raya, kebaikan jagad raya: dan Ia
memperlakukanmu seolah-olah anak-anak baik, yang diajarkan dan diberikan segala
sesuatu sehingga hidup mereka dapat menjadi lebih bahagia dan lebih
menyenangkan. Apa yang kauketahui, kau ketahui karena terang Tuhan. Apa yang
kautemukan, kautemukan melalui bimbingan Tuhan. Di dalam Kebaikan. Pengetahuan
lain dan penemuan-penemuan yang membawa tanda iblis, yang datang dari Yang Maha
Jahat: Setan.
Pikiran Yang Maha Tinggi, mengetahui
segala sesuatu, sebelum manusia ada, mengetahui bahwa manusia akan menjadi
seorang pencuri dan pembunuh diri sendiri. Dan sebagai Kebaikan yang Abadi
tidak mempunyai batasan-batasan di dalam kebaikan, sebelum Kesalahan ada, Ia
memikirkan artian-artian untuk menghancurkan Kesalahan. Artian-artian: Aku,
sang Sabda. Instrumen untuk memberikan artian-artian instrumen yang efisien:
Maria. Dan sang Perawan diciptakan di dalam Pikiran Tuhan yang agung.
Segala sesuatu diciptakan untukKu,
Putera Bapa yang terkasih. Aku-Raja seharusnya memiliki di bawah karpet-karpet
kaki Kerajaan Ilahi-Ku dan perhiasan-perhiasan yang tidak dimiliki istana
kerajaan manapun, dan nyanyian-nyanyian dan suara-suara dan pelayan-pelayan dan
mentri-mentri di sekitarKu seperti yang tak pernah dimiliki pemerintahan
manapun, dan bunga-bunga dan batu permata, semua yang agung, yang hebat,
keramahan yang mungkin diturunkan dari pikiran seorang Tuhan.
Tetapi Aku harus menjadi Daging juga
Roh. Daging menyelamatkan daging. Daging untuk mengangkat daging, membawanya ke
Surga berabad-abad sebelum waktunya. Sebab daging dihuni oleh roh karya
istimewa Tuhan dan Surga telah diciptakan untuk itu. Agar menjadi daging Aku
memerlukan seorang Ibu. Untuk menjadi Tuhan hal itu juga penting bahwa Bapa
adalah Tuhan.
Kemudian Tuhan menciptakan
mempelaiNya dan berkata padanya: “Marilah bersamaKu. Di sampingKu lihatlah apa
yang Aku kerjakan untuk Putera kita. Lihatlah dan bersukacitalah, Perawan
Abadi, Gadis Abadi dan semoga senyummu memenuhi langit dan memberikan para malaikat
nada awal mereka dan mengajarkan keharmonisan surgawi Firdaus. Aku sedang
memandangmu. Dan aku melihatmu sebagaimana engkau akan menjadi, Wanita yang
Dikandung Tanpa Noda, yang sekarang hanyalah sebuah roh: roh yang di dalamnya
Aku bersukacita. Aku memandangmu dan Aku memberikan biru laut dan cakrawala
mata-matamu, rambutmu berwarna jagung yang kudus, warna putih bagi lili dan
sebuah warna mawari bagi mawar, seperti kulit suteramu. Aku mencontoh
mutiara-mutiara untuk gigi-gigi kecilmu, aku membuat stroberi-stroberi yang
manis memperhatikan bibirmu dan aku memberikan burung kutilang nada-nadamu dan
merpati kura-kura tangisanmu. Dan membaca pikiran-pikiran masa depanmu dan
mendengarkan detak-detak jantungmu, aku memiliki alasan untuk membimbing di
dalam menciptakan. Marilah, sukacitaKu, milikilah dunia-dunia sebagai sesuatu
untuk dimainkan selama engkau menjadi terang yang menari di pikiranKu;
milikilah dunia-dunia bagi senyummu, miliki hiasan-hiasan kepala dan
kalung-kalung dari bintang-bintang; tempatkan bulan di bawah kaki-kaki
lembutmu; buatlah Galate menjadi
selendang bintangmu. Bintang-bintang dan planet-planet adalah untukmu. Mari dan
nikmatilah memandang bunga-bunga yang akan menjadi sukacita kekanakkan bagi
Bayimu dan sebuah bantal bagi Putera rahimmu. Mari dan lihat domba dan
anak-anak domba, burung-burung elang dan merpati-merpati sedang diciptakan.
Tetaplah disampingKu saat aku membuat cekungan-cekungan laut dan alur-alur
sungai dan Aku menaikkan gunung-gunung dan Aku menghiasi mereka dengan salju
dan hutan-hutan. Tinggalah di sini sementara Aku menabur benih-benih dan
pohon-pohon dan anggur-anggur, dan aku membuat pohon zaitun bagimu, milikKu
Yang Damai, dan anggur itu untukmu, ranting anggurKu yang akan menghasilkan
anggur-anggur Ekaristi yang berlimpah. Berlarilah, terbanglah, bersukacitalah,
KasihKu. Dan semoga jagad raya yang diciptakan jam demi jam belajar daripadamu
untuk mengasihi Aku, KasihKu, dan semoga jagad raya menjadi semakin indah
karena senyummu, Ibu dari PuteraKu, Ratu FirdausKu, Kasih akan Tuhanmu”. Dan
lagi, melihat Kesalahan dan mengagumi yang Tanpa Kesalahan: “Datanglah padaKu,
engkau yang menangis karena kepahitan ketidakpatuhan manusia, percabulan
manusia dengan Setan dan ketidak-bersyukuran manusia. Aku akan membawa denganmu
pembalasanKu pada Setan.”
Tuhan, Bapa Pencipta, telah
menciptakan laki-laki dan perempuan dengan hukum yang demikian sempurna akan
kasih sampai engkau bahkan tidak dapat mengerti lagi kesempurnaannya. Dan
engkau menjadi tersesat di dalam keheranan bagaimana spesies-spesies itu sebenarnya,
jika manusia tidak diajarkan oleh Setan bagaimana mendapatkan sesatnya.
Lihatlah pada buah-buah dan benih
tanaman-tanaman. Apakah mereka menghasilkan benih dan buah dengan cara
percabulan, dengan menggunakan satu pembuahan dari seratus sanggama? Tidak.
Serbuk sarinya muncul dari bunga jantan dan didorong oleh hukum meteorik dan
magnetik yang kompleks kemudian dilanjutkan ke ovarium bunga betina. Yang
terakhir terbuka, menerima dan menghasilkan. Ia tidak mencemari dirinya sendiri
dan kemudian menolaknya, seperti yang engkau lakukan untuk menikmati sensasi
yang sama di hari berikutnya. Ia menghasilkan dan sampai musim yang baru, ia
tidak bisa diserbuki, dan jika ya, itu hanya untuk menghasilkan.
Lihatlah pada binatang-binatang.
Mereka semua. Pernahkah engkau melihat seekor binatang jantan dan betina saling
mendekati dengan sebuah pelukan steril atau hubungan mesum? Tidak, Dari dekat
atau jauh, mereka terbang, merangkak, lompat atau berlari, mereka pergi, ketika
sudah waktunya, untuk melakukan ritus pembuahan. Mereka tidak berhenti hanya
karena kesenangan, tetapi lebih jauh lagi, pada akibat-akibat serius dan suci bagi
keturunan, satu-satunya alasan yang harus menjadi alasan manusia, seorang Allah
Manusia dengan asalnya akan Rahmat yang telah Aku buat lengkap, untuk menerima
tindakan kebinatangan, yang perlu sejak engkau diturunkan satu tingkat terhadap
binatang-binatang.
Engkau tidak bertindak seperti
tumbuh-tumbuhan ataupun binatang-binatang. Engkau memiliki Setan sebagai gurumu.
Engkau menginginkannya sebagai gurumu dan kau masih menginginkannya. Dan
pekerjaan-pekerjaan yang kaulakukan adalah apa yang ia harapkan dari sang guru
yang kauingini. Jika saja engkau setia kepada Tuhan, engkau akan memiliki
sukacita akan anak-anak di dalam sebuah cara yang kudus, tanpa kesakitan, tanpa
melelahkan dirimu sendiri di dalam sanggama-sanggama zinah dan memalukan, yang
bahkan binatang-binatang tidak mengenal hal itu, walaupun binatang-binatang
tidak memiliki alasan dan jiwa spiritual.
Bagi laki-laki dan wanita, yang dirusak
oleh Setan, Tuhan memutuskan untuk menentang Manusia lahir dari seorang Wanita,
Yang dimana Tuhan miliki keagungan yang super pada hal yang demikian sehingga
ia melahirkan tanpa mengetahui laki-laki: sebuah bunga yang menghasilkan sebuah
bunga, tanpa memerlukan benih, oleh ciuman unik matahari pada piala murni
Lili-Maria,
Pembalasan Tuhan!
Bisikan, O Setan, kebencianmu ketika
ia datang ke dunia! Anak ini telah mengalahkanmu! Sebelum engkau adalah sang
Pemberontak, sang Pengacau, sang Perusak, engkau telah dikalahkan dan dialah
yang mengalahkanmu. Seribu tentara-tentara yang disusun sia-sia melawan
kuasamu, lengan-lengan laki-laki jatuh di hadapan sisik-sisikmu, o Ia Yang
bertahan, dan tidak ada angin yang mampu menyingkirkan bau busuk nafasmu.
Namun, tumit anak ini, yang begitu mawari yang terlihat bagai dalaman sebuah
kamelia mawari, dan sangatlah halus dan lembut sehingga sutera terlihat kasar
jika dibandingkan, dan begitu kecil sehingga ia dapat memasuki cawan sebuah
tulip dan membuat dirinya sendiri sebuah sepatu kecil dengan satin sayuran
tersebut, yang tumitnya meremukkan kepalamu tanpa ketakutan dan mengirimkanmu
ke sarangmu. Dan tangisannya menyebabkan engkau lari menjauh walaupun engkau
tidak takut akan tentara-tentara. Dan nafasnya memurnikan dunia dari bau
busukmu. Engkau dikalahkan. Namanya, rupanya adalah sebuah tombak, sebuah petir
yang mengoyakkanmu dan memusnahkanmu dan memenjarakanmu di dalam sarangmu di
dalam Neraka, O Kau yang Terkutuk, yang mendukakan Tuhan akan sukacita menjadi
Ayah dari semua manusia yang diciptakan!
Di dalam kesia-siaan engkau telah
merusak mereka, yang telah diciptakan tak bersalah, menuntun mereka pada
pengetahuan dan pengertian dengan cara sensualitas nafsu, mendukakan Tuhan,
pada mahkluk yang dikasihiNya, yang ramah pada anak-anak sesuai aturan-aturan
dimana jika mereka menghargainya, akan menjaga keseimbangan dunia antara jenis
kelamin dan ras-ras, sebuah keseimbangan yang mampu mencegah perang-perang
antara masyarakat dan bencana-bencana antara keluarga-keluarga.
Dengan mematuhi, mereka juga akan
mengetahui kasih. Tak ada lainnya, hanya dengan mematuhi mereka akan mengetahui
kasih dan memilikinya. Sebuah milik yang utuh dan damai akan anugerah dari
Tuhan ini, Yang dari supernatural turun kepada yang rendah, sehingga juga
daging dapat bersukacita dengan patuh, karena ia bersatu dengan roh dan
diciptakan olehNya Yang menciptakan roh.
Kini, manusia, apakah kasihmu,
apakah kasih-kasihmu? Entah percabulan yang tersamar sebagai kasih atau rasa
takut tak tersembuhkan akan kehilangan kasih dari pasanganmu melalui
percabulannya atau orang lain. Engkau tidak pernah merasa yakin memiliki hati
akan suami atau istrimu, sejak nafsu birahi memasuki dunia. Dan engkau gemetar
dan menangis dan ditegangkan oleh kecemburuan, terkadang engkau membunuh untuk
melampiaskan sebuah pengkhinatan, terkadang engkau sedih, dan terkadang engkau
kurang kemauan atau bahkan menjadi tidak waras.
Inilah apa yang telah kaulakukan
Setan, kepada anak-anak Tuhan. Mereka yang telah engkau rusak, yang seharusnya
mengetahui sukacita melahirkan anak-anak tanpa menderita rasa sakit dan yang
akan mengalami sukacita karena dilahirkan tanpa takut mati. Tetapi kini engkau
dikalahkan di dalam seorang wanita dan oleh seorang wanita. Sejak sekarang,
siapapun yang mengasihi dia akan menjadi sekali lagi miliki Tuhan, mengatasi
cobaan-cobaan, sanggup melihat pada kemurniannya Yang Dikandung Tanpa Noda.
Sejak sekarang pada para ibu, walaupun tidak bisa mengandung tanpa rasa sakit,
akan mendapat penghiburan di dalam dia. Sejak sekarang ia akan menjadi penuntun
wanita-wanita yang telah menikah dan sang Ibu dari orang-orang sekarat,
sehingga akan menjadi manis untuk mati beristirahat pada dada yang adalah
sebuah perisai terhadap engkau, engkau Yang Terkutuk, dan melawan murka Tuhan.
Maria, suara kecil, engkau telah
melihat kelahiran Putera Perawan dan pengangkatan sang Perawan ke Surga.
Sehingga engkau telah melihat bahwa orang-orang tak bersalah tidak menyadari
rasa sakit melahirkan juga rasa sakit saat sekarat. Namun jika Ibu Tuhan Yang
Paling Tak Bersalah diberikan anugerah-anugerah surgawi sempurna, semua mereka
yang pada saat Orangtua Pertama tetap tak bersalah dan anak-anak Tuhan, akanlah
dihasilkan tanpa pergolakan karena hal itu adil, dikandung tanpa nafsu birahi, dan mereka akan
meninggal tanpa kecemasan.
Kemenangan agung Tuhan terhadap
pembalasan Setan menaikkan keutuhan dari mahkluk yang dikasihi kepada sebuah
super kesempurnaan yang seharusnya membatalkan paling tidak dalam satu pribadi
rekoleksi kemanusiaan, bertanggungjawab akan racun Setan, sehingga sang Putera
harus dilahirkan bukan dengan pelukan seorang laki-laki suci, tetapi dengan
sebuah pelukan ilahi yang menyebabkan roh berubah warna di dalam api ekstase.
Sang Perawan Keperawanan!...
Marilah. Renungkan keperawanan yang
dalam ini yang memberikan kepusingan menggembirakan di dalam perenungannya!
Apakah kemalangan keperawanan yang dipaksakan pada seorang wanita jika tidak
dinikahi laki-laki? Tak berkurang apapun. Apakah keperawanan akan seorang
wanita yang menginginkan sebuah keperawanan menjadi milik Tuhan, tetapi tidak
dalam tubuhnya dan tidak dalam rohnya, dimana ia membiarkan pikiran-pikiran
asing memasuki dan melayani pikatan-pikatan pikiran-pikiran manusia? Itu adalah
sebuah keperawanan yang palsu. Namun itu bukanlah keperawanan yang utuh
dibandingkan dengan keperawanan Ibu-Ku.
Selalu ada sebuah
pertemanan, juga di dalam Ia Yang Paling Kudus. Pertemanan asli antara roh dan
kesalahan. Yang hanya Pembaptisan yang mengakhirinya. Hal itu mengakhirinya,
tetapi pada kasus seorang wanita dipisahkan dari suaminya karena kematiannya,
hal itu tidak membuat keperawanan utuh seperti sebelumnya di dalam Orangtua Pertama sebelum berdosa.
Sebuah tanda luka tertinggal dan rasa sakit menyebabkan orang mengingatnya, dan
itu selalu siap menjadi sakit bagai penyakit-penyakit tertentu yang dari waktu
ke waktu menjadi semakin parah oleh virus mereka. Di dalam Perawan tidak ada
tanda dari pemisahan pertemanan dengan Kesalahan. Jiwanya nampak cantik dan utuh
seperti ketika Bapa mengandungNya, mengumpulkan semua rahmat di dalam dia.
Ia adalah sang Perawan. Ia adalah
Satu-satunya. Ia adalah Yang Sempurna. Yang Utuh. Dikandung demikian rupa.
Dihasilkan demikian rupa. Tinggal demikian. Dimahkotai demikian. Keabadian
demikian. Ia adalah Perawan. Ia adalah puncak yang tak tersentuh, dari
kemurnian, dari rahmat yang hilang di pinggir jurang yang daripadanya
muncullah: di dalam Tuhan: yang paling sempurna tak tersentuh, Kemurnian,
Rahmat.
Itulah
pembalasan Allah TriTunggal dan Satu. Terhadap mahkluk-mahkluk yang dirusak Ia
membangkitkan Bintang ini kepada kesempurnaan. Terhadap rasa ingin tahu yang
merusak Ia membangkitkan Perawan Sederhana ini, yang hanya puas mengasihi
Tuhan. Melawan ilmu pengetahuan iblis, Perawan Tak Bersalah yang agung inilah.
Di dalamnya tidak hanya tidak mengenal kasih yang sedih: tidak hanya tidak
mengenal kasih yang telah Tuhan berikan kepada orang-orang yang telah menikah.
Lebih banyak lagi. Di dalamnya ada ketiadaan niat-niat, sang warisan dosa. Di
dalamnya hanya ada kebijaksanaan kasih Ilahi ber-es dan putih-panas. Sebuah api
yang menguatkan daging dengan es, sehingga itu akan menjadi sebuah cermin
transparan di altar ketika Tuhan menikahi seorang Perawan dan tidak
merendahkanNya karena kesempurnaanNya merangkul kesempurnaan dia, yang, ketika
menjadi seorang mempelai, hanya rendah dari milikNya oleh satu hal, tunduk
padaNya sebagai seorang wanita, namun tanpa kesalahan sebagaimana DIA adanya.
Bergabunglah untuk
mendapat cuplikan tulisan Maria Valtorta di e-mail anda: http://groups.yahoo.com/group/penayesus/
Atau cuplikan
tulisan dapat dilihat di: http://www.penayesus.blogspot.com/
Fanpage facebook: http:///www.facebook.com/MariaValtortaBahasaIndonesia/
No comments:
Post a Comment