Thursday, January 3, 2013

5. Kelahiran Perawan Maria


5. Kelahiran Perawan Maria

26 Agustus 1944

            Aku melihat Anna keluar dari taman. Ia bersandar pada tangan seorang saudaranya, yang mirip dengannya. Ia terlihat jelas sedang mengandung beberapa bulan dan terlihat capek dan kelelahannya tidak tersingkirkan oleh kepanasan, sama seperti saat ini hawa panas melelahkanku.
            Walaupun taman agak teduh, tetapi tetap sangat panas dan tertutup. Udara seperti bisa dipotong bagaikan donat hangat, sangat berat. Cahaya matahari turun dari langit biru tanpa ampun dan ada debunya yang membuat atmosfer sedikit kusam. Cuaca pastilah sudah lama kering, sebab tidak ada irigasi, tanah sungguh telah menjadi debu yang hampir putih. Di luar, keteduhan terbuka dari naungan putih yang telah berubah sedikit menjadi merah muda, dimana  ia menjadi merah-coklat di bawah pohon-pohon dan tanah itu lembab. Demikian lembab pula tanah di bawah tempat-tempat bunga-bunga kecil, di barisan-barisan dimana sayur-sayuran tumbuh, dan di sekitar semak-semak mawar, melati dan bunga lainnya, dan khususnya di depan dan di sepanjang pergola yang indah, yang membagi dua kebun buah itu, dari permulaan ladang-ladang, kini dilucuti dari panenan-panenan mereka. Rumput di padang, yang menandai batas properti, telah menjadi kering dan tipis. Hanya di perbatasannya dimana rumput lebih hijau dan tebal, disana ada sederet semak hawthorn liar, yang telah utuh dipenuhi buah-buah kecilnya yang berwarna rubi. Ada domba-domba di sana-sininya dengan seorang gembala muda yang mencari padang rumput dan tempat teduh.
Hawthorne-berry

            Yoakim sedang bekerja di sekitar deretan pohon-pohon anggur dan zaitun. Ada dua orang laki-laki yang bersamanya membantunya. Walaupun sudah tua, ia gesit dan bekerja dengan semangat. Mereka sedang membuka saluran-saluran di ujung sebuah ladang untuk mengairi tumbuhan-tumbuhan yang kering, dan air ini mengalir di antara rumput dan dan tanah kering. Aliran membentuk lingkaran-lingkaran dimana pada suatu saat terlihat mirip seperti kristal kekuningan dan segera mengitari tanah basah, mengitari pohon-pohon zaitun dan ranting-ranting anggur yang penuh.
            Di sepanjang pergola yang teduh, di bawah dimana lebah-lebah keemasan terbang di sekitarnya, rakus akan gula dari anggur-anggur yang keemasan itu, Anna berjalan pelan menuju Yoakim, yang bergegas menghampirinya ketika ia melihat Anna.
            “Engkau datang sejauh ini?”
            “Rumah panas bagaikan oven.”
            “Dan kau menderita karenanya.”
            “Penderitaan satu-satunya dari waktu terakhir ini yang diderita oleh seorang wanita hamil. Penderitaan yang dialami semua orang: manusia dan kebinatangannya. Janganlah kepanasan, Yoakim”
            “Air yang kita harap-harapkan sejak lama, yang selama tiga hari terlihat tertutup, belum juga datang dan kampung ini kering. Kita beruntung karena memiliki mata air di dekat kita dan kaya akan air. Aku telah membuka saluran-saluran. Itu sebuah hal yang meringankan bagi tumbuh-tumbuhan yang memiliki daun-daunnya yang tertutup dengan debu; cukuplah untuk membuat mereka tetap hidup. Andaikan saja turun hujan...” Yoakim, dengan semangat seluruh para petani, melihat ke langit, sementara Anna, kelelahan, mendinginkan dirinya sendiri dengan sebuah kipas yang terlihat terbuat dari sebuah daun kering sebuah palma yang dikepang dengan benang berwarna-warni yang membuat kipas itu kuat.
            Kehadiran Anna menghentikan: “Di sana, jauh dari Hermon yang hebat, awan-awan cepat naik. Ada angin mengutara. Hal itu akan menyegarkan dan mungkin memberikan hujan.”
            “Angin telah muncul selama tiga hari dan kemudian siap saat bulan naik. Hal itu akan terjadi sama kembali.” Yoakim mengeluh.
            “Marilah kita kembali ke rumah. Bahkan di sini saja orang susah bernafas, dan bagaimanapun kupikir lebih baik pulang saja...” kata Anna, yang terlihat bagai peneduh zaitun dibanding biasanya, disebabkan oleh kepucatan yang  ada di seluruh wajahnya.
            “Apakah engkau kesakitan?”
            “Tidak. Tetapi aku dapat merasakan kedamaian yang hebat yang aku alami di Bait Allah ketika aku diberikan rahmat, dan yang kurasakan sekali lagi ketika aku mengetahui bahwa aku sedang mengandung. Hal itu seperti ekstase, sesuatu tidur yang manis akan tubuh sementara jiwa bersukacita dan menenangkannya sendiri di dalam sebuah kedamaian yang tak tertandingi oleh tubuh. Aku telah mengasihi dan tetap mengasihimu, Yoakim, dan aku telah masuk ke dalam rumahmu dan aku telah mengatakannya sendiri: “Aku adalah seorang istri dari seorang laki-laki yang baik, aku memiliki kedamaian: dan aku merasakan hal yang sama di setiap kasih kuatmu menjaga Anna-mu ini. Tetapi kedamaian ini berbeda. Mengertilah: Kupikir bahwa sang jiwa dari bapa Yakob kita dipenuhi dengan sebuah damai yang serupa, seperti kenyamanan yang diberikan oleh minyak yang diolesi dan menenangkan, setelah ia bermimpi tentang para malaikat. Dan, mungkin lebih tepatnya lagi, hal itu seperti damai penuh sukacita Tobias setelah Rafael muncul di hadapan mereka. Jika aku menyerap diriku sendiri di dalam perasaan ini, ia bertumbuh dan semakin bertumbuh di dalam kekuatan sementara aku menikmatinya. Kemudian naik ke angkasa-angkasa langit yang biru bagiku... Dan lebih jauh lagi, aku tidak tahu alasan untuk itu, tetapi sejak aku memiliki sukacita damai ini di dalamku, aku memiliki sebuah lagu di dalam hatiku: lagu Tobias tua. Kupikir lagu itu ditulis untuk saat ini... untuk sukacita ini... untuk tanah Israel yang menerimanya... untuk pendosa Yerusalem dan kini diampuni... Tetapi aku tidak tertawa karena hasrat seorang ibu... tetapi saat aku berkata: “Bersyukurlah kepada Allah untuk kemakmuranmu dan diberkatilah Tuhan dari abad ke abad, dimana Ia akan membangun TabernakelNya di dalammu”, kupikir Ia Yang akan membangun kembali Tabernakel Tuhan yang sejati di Yerusalem akan menjadi DIA yang akan dilahirkan... Dan aku juga berpikir bahwa tujuan mahklukku telah dinubuatkan dan bukanlah nasib akan Kota Suci, ketika lagu itu berkata: “Engkau akan bersinar dengan sebuah cahaya yang terang: semua orang di dunia akan merendahkan diri mereka sendiri di hadapanmu: bangsa-bangsa akan datang membawa pemberian-pemberian: mereka akan memuji Allah di dalam engkau dan akan berpegang pada tanah sucimu, sebab di dalammu mereka memanggil Nama yang Besar. Engkau akan berbahagia karena anak-anakmu, sebab mereka akan diberkati dan mereka akan berkumpul di dekat Allah. Diberkatilah mereka yang mengasihi engkau dan bersukacita di dalam damaimu...” Dan aku adalah orang yang pertama yang bersukacita, sang ibunya yang bahagia...
            Anna berubah warnanya, saat mengatakan kata-kata ini dan ia bercahaya bagai sesuatu dibawakan dari kepucatan akan cahaya bulan menjadi terangnya sebuah cahaya api besar dan sebagainya. Air mata yang manis, yang tak disadarinya, jatuh di pipi-pipinya dan ia tersenyum di dalam sukacitanya. Dan sementara itu ia berjalan menuju rumah, berjalan di antara suaminya dan saudaranya, yang mendengarkan dan tergerak hati mereka secara mendalam, namun terdiam.
            Mereka bergegas karena awan-awan didorong oleh sebuah angin yang kencang, segera menyeberang dan berkumpul di langit, saat cuaca menggelap dan menggetarkan peringatan sebuah badai. Ketika mereka sampai pada beranda kediaman, sebuah kilat pertama menyeberangi langit dan guntur pertama menggetarkan bergumuruh bagaikan sebuah suara dram yang besar berpadu secara beruntun pada gugur pertamanya daun-daun kering.
            Mereka semua masuk dan Anna menarik diri, sementara Yoakim berdiri di pintu berbicara dengan para pekerja yang saat itu ada dengannya: pembicaraan mereka adalah tentang mencari air, sebuah berkat untuk tanah yang kering. Namun sukacita mereka berubah menjadi ketakutan karena sebuah badai dashyat datang mendekat dengan kilat dan awan-awan berat berisi hujan. “Jika awan itu pecah, ia akan menghancurkan anggur-anggur dan zaitun-zaitun hingga berkeping. Malangnya aku!”
            Yoakim juga khawatir akan istrinya, yang waktunya telah datang untuk melahirkan anaknya. Saudaranya meyakinkan dia bahwa Anna tidak menderita sama sekali. Namun Yoakim gelisah setiap saat saudaranya atau wanita lain, yang di antaranya adalah ibu Alphaeus keluar dari kamar Anna dan masuk kembali lagi ke kamar itu dengan air panas dan baskom dan kain-kain linen yang kering di dekat nyala tungku di dapur yang besar, ia menghampiri dan memperhatikan, namun ia tidak tenang juga walaupun mereka sudah memastikan. Juga tidak adanya jeritan Anna membuatnya khawatir. Ia berkata: “Aku adalah seorang laki-laki dan aku tidak pernah melihat seorang anak dilahirkan. Tetapi aku ingat jika terdengar keheningan-keheningan hal itu adalah fatal.”
            Saat itu perlahan menjadi gelap dan malam tiba dengan sebuah badai mengamuk dan sangat keras: memberikan curah hujan yang berat, angin, kilat, semuanya, kecuali hujan batu yang mungkin jatuh di tempat lain.
            Salah seorang dari para pekerja memperhatikan dashyatnya angin badai: “Kelihatannya seperti Setan telah keluar dari Gehenna dengan para iblisnya. Lihatlah awan-awan hitam itu! Kau dapat mencium bau sulfur di udara dan kau dapat mendengar siulan dan desis-desisnya, dan suara-suara auman dan sumpah serapahnya. Jika itu adalah dia, dia sedang mengamuk pada malam itu!”
            Pekerja lain tertawa dan mengejek: “Umpan besar pastilah telah lari daripadanya, atau Mikael telah memukulnya dengan petir Tuhan, ia telah merampas tanduk-tanduknya dan memotong serta membakar ekornya.”
            Seorang wanita datang dan berteriak: “Yoakim! Ia akan datang dan sedang terjadi dengan cepat dan baik!” dan wanita itu menghilang dengan sebuah amphora kecil di tangan-tangannya.
            Badai tiba-tiba berhenti, setelah satu petir terakhir sungguh kerasnya, melempari tiga orang tertancap di dinding dan di depan rumah, di dalam taman, sebuah kebusukan hitam berasap membekas pada ingatannya! Sementara sebuah tangisan, yang mirip dengan teriakan kecil seekor merpati kura-kura pada saat pertama tidak lagi mengintip tetapi mengeluarkan bunyi-bunyian, terdengar dari balik pintu Anna. Dan pada saat yang bersamaan sebuah pelangi terentang semi-lingkaran di langit. Ia muncul, dan terlihat muncul, dari atas Hermon, yang dicium oleh matahari, terlihat seperti sebuah lembayung lembut yang merah muda; ia naik ke atas pada bulan September yang jernih dan melalui sebuah atmosfer membersihkan semua yang tidak murni, ia melintas di atas bukit-bukit Galilea dan mengarah ke selatan, dan di atas sebuah gunung lagi, dan tampaknya berakhir di ujung lain di kejauhan horison, dimana ia jatuh dari balik pemandangan sebuah rantai pegunungan tinggi.
            “Kita tidak pernah melihat hal seperti ini!”
            “Lihat, lihat!”
            “Kelihatannya termasuk di dalam sebuah lingkaran keseluruhan tanah Israel. Dan lihat! Sudah ada sebuah bintang di langit ketika matahari belum ada. Betapa sebuah bintang! Bersinar bagai sebuah intan yang besar!...”
            “Dan bulan, di sana, dengan sebuah bulan purnama, tiga hari lebih awal. Tetapi lihat betapa ia bersinar!”
            Para wanita tiba kegirangan dengan seorang bayi kecil montok terbungkus pada linen-linen polos.
            Itulah Maria, sang Ibu. Maria yang sangat kecil, yang bisa tidur di tangan-tangan seorang anak, seorang Maria yang panjangnya bagaikan sebuah lengan, dengan sebuah kepala kecil berwarna gading pucat merah muda. Bibir-bibir kecil mempesonanya tidak lagi menangis tetapi berada pada posisi ingin untuk menyusu: bibir-bibir itu kecil dimana orang tidak mengerti bagaimana bibir-bibir itu bisa mengenal puting. Hidung kecil cantiknya ada di antara dua pipi kecilnya yang bundar, dan saat mereka menggodanya, mereka melihat dua bagian kecil dari langit, dua bundaran biru polos yang menatap namun tidak dapat melihat, di antara bulu mata-bulu mata tipis berwarna muda. Juga rambut pada kepalanya yang bulat blonde kemerah-mudaan, seperti warna-warna madu tertentu yang hampir berwarna putih.
            Telinga-telinganya adalah bagai dua kerang kecil, transparan, sempurna. Tangan-tangan kecilnya... betapa dua tangan kecil ini menggapai-gapai di udara dan berakhir masuk ke mulutnya? Kini tertutup,  yang adalah kuntum-kuntum dua mawar yang memisahkan kelopak-kelopak hijaunya dan menunjukkan sutera di dalamnya. Ketika terbuka, seperti sekarang, ada dua perhiasan gading, terbuat dari gading merah muda dan harum-haruman dengan lima batu mulia sebagai kuku-kuku. Betapa dua tangan kecil ini akan sanggup mengeringkan begitu banyak air mata?
            Dan kaki-kaki kecilnya? Dimanakah mereka? Untuk sementara waktu kaki-kaki itu hanya menendang, tersembunyi di dalam linen-linen. Namun kini sang saudara duduk dan membukanya... Oh, kaki-kaki kecil! Kira-kira empat sentimeter panjangnya. Setiap tapaknya bagai sebuah karang koral, dengan sebuah salju putih bernadi biru. Ibu-ibu jarinya adalah karya istimewa bagai pahatan kaum Lilliputian: mereka, juga, dimahkotai dengan batu mulia pucat berukuran kecil. Namun dimanakah mereka dapat menemukan sendal-sendal kecil, saat kaki-kaki kecil sebuah boneka akan mengambil langkah-langkah pertamanya, sendal-sendal kecil tidak muat pada kaki-kaki kecil demikian? Dan bagaimana kaki-kaki kecil itu dapat pergi jauh dan menanggung rasa sakit yang berat di bawah salib?
            Untuk sementara waktu hal itu tidak diketahui, dan mereka yang melihat padanya tersenyum dan tertawa pada tendangannya, dan pada bentuk kaki-kakinya yang bagus, dan paha-paha montok berlipat, dan pada perut kecilnya, bagai sebuah cawan tertelungkup, pada dada kecilnya yang sempurna. Di bawah kulit dadanya, lembut bagaikan sutera yang bagus, gerakan nafasnya dapat terlihat dan detak jantung kecilnya dapat terdengar, seperti apa yang sedang dilakukan oleh ayahnya yang sedang bergembira kini, yang mendaratkan bibirnya untuk menciumnya. Ini adalah sebuah jantung kecil terindah yang pernah diketahui dunia: satu-satunya jantung yang dikandung tanpa noda dari kaum manusia.
            Dan punggungnya? Mereka kini membalikkannya dan mereka dapat melihat lekukkan pinggang-pinggangnya dan bahu-bahunya yang montok dan batang leher merah mudanya, yang kuat dimana kepalanya dapat mengangkat sendiri pada lengkung busur vertebrata. Terlihat seperti kepala seekor burung yang memantau dunia baru yang dilihatnya. Ia, Yang Murni dan Bersih, protes dengan sebuah tangisan kecil karena ditatap mata begitu banyak orang, ia, seluruhnya Perawan, Kudus dan Dikandung Tanpa Noda, Yang tidak akan ada orang yang melihatnya telanjang lagi, memprotes.
            Bungkus, bungkuslah kuntum lili ini yang tidak akan terbuka di bumi dan yang, akan tetap merupakan kuntum, yang akan menghasilkan Bunganya, yang bahkan lebih cantik daripada dirinya. Hanya di Surga sang Lily dari Allah Tritunggal akan membuka kelopak-kelopaknya. Karena di atas sana Allah Tritunggal akan diterima, di dalam hadirat pemerintahan keseluruhan, Allah Tritunggal yang di dalam beberapa tahun, tersembunyi  di dalam sebuah hati tanpa noda, akan berada di dalamnya: Bapa, Putera, Mempelai.
            Inilah dia lagi, di dalam linen-linennya, di dalam tangan-tangan bapa duniawinya, yang mirip dengannya. Tidak saat ini. Kini ia hanya seorang bayi manusia kecil. Maksudku bahwa dia akan menjadi seperti dia saat ia tumbuh menjadi seorang wanita. Dia tidak mirip dengan ibunya. Ia memiliki kulit dan mata dan tentu juga rambut ayahnya. Rambut Yoakim sekarang putih, namun ketika ia masih muda sudah barang tentu berwarna muda, seperti yang dapat dikatakan orang dari melihat bulu-bulu matanya. Ia memiliki bentuk-bentuk seperti ayahnya, terlihat lebih sempurna dan lembut dalam figur seorang wanita, tetapi wanita yang istimewa. Dia juga memiliki senyum, tatapan, cara berjalan dan tinggi ayahnya. Ketika melihatnya, aku memikirkan Yesus, aku lihat Anna telah menurunkan tinggi badannya kepada Cucunya dan warna kulit gading mendalam pada kulitNya. Sementara Maria, tidak memiliki ciri dari ibunya: sebuah pohon palem yang tinggi dan kuat, namun Maria memiliki keramahan ayahnya.
            Juga para wanita membicarakan perihal badai dan keadaan bulan, kehadiran bintang dan pelangi yang tidak seperti biasanya. Bersama dengan Yoakim mereka memasuki kamar ibu yang sedang berbahagia dan memberikan padanya bayinya.
            Anna tersenyum pada apa yang dipikirkannya: “Ia adalah Bintang” katanya. “Tandanya ada di Surga. Maria, busur perdamaian! Maria, bintangku! Maria, bulan murni! Maria, mutiara kita!”
            “Apakah engkau memanggilnya Maria?”
            “Ya. Maria, bintang dan mutiara dan cahaya dan damai...”
            “Tetapi juga berarti kepahitan... Tidakkah engkau takut memberikan dia ketidak-beruntungan?”
            “Tuhan bersamanya. Ia adalah milikNya dari sebelum ia ada. Ia akan memimpinnya di jalanNya dan semua kepahitan akan berubah menjadi madu Surgawi. Sekarang aku adalah ibumu... sedikita lebih lama lagi, sebelum menjadi milik Tuhan...”
            Dan visiun berakhir pada tidur yang pertama dari Anna, seorang ibu, dan Maria, seorang bayi.

-------------------

27 Agustus 1944

            Yesus berkata:
            “Bangun dan bergegaslah, teman kecil-Ku. Aku ingin membawamu bersama-Ku pada permenungan surgawi akan Keperawanan Maria. Engkau akan berbaur dengan pengalaman ini dengan jiwamu sesegar mana engkau pun diciptakan oleh Bapa, seorang Hawa kecil yang belum menyadari perihal daging. Engkau akan berbaur dengan jiwa dipenuhi cahaya, sebab engkau akan tenggelam di dalam karya istimewa Tuhan. Engkau akan berbaur dengan keberadaanmu menyeluruh banjir di dalam kasih, sebab engkau akan, telah mengerti tingkat dimana Tuhan dapat mengasihi. Membicarakan konsepsi Maria, Dikandung Tanpa Noda, berarti masuk ke dalam langit, cahaya, kasih.
            Marilah dan baca kemuliaan-kemuliaannya di dalam Buku Nenek Moyang. “Tuhan memiliki aku pada mula pekerjaanNya, dari awal, sebelum Penciptaan. Dari keabadian aku dibentuknya, di awal, sebelum bumi ada, kedalaman belum ada dan aku sudahlah terkandung. Mata air-mata air belum memancarkan air dan gunung-gunung belum berada di dalam deretannya yang besar, juga belum ada bukit-bukit menghiasi matahari, saat Aku dilahirkan. Tuhan belum membuat bumi, sungai-sungai dan landasan dunia, dan Aku ada di sana. Ketika Ia mempersiapkan Surga-surga Aku hadir, ketika dengan hukum-hukum keabadian Ia menyertakan kedalaman di bawah permukaan, ketika Ia membenahi Surga-surga terbentuk dan Ia menahan air dari mata air-mata air, ketika Ia menaruh batasan-batasan laut dan ia memberikan hukum-hukum pada air, ketika Ia memerintahkan air-air tidak untuk melebih pinggir pantai, ketika Ia meletakkan landasan-landasan pada bumi, Aku ada denganNya mengatur semuanya. Aku selalu bermain dengan penuh sukacita di HadiratNya, Aku bermain di jagad raya...” Engkau menaruh kata-kata ini di dalam Kebijaksanaan, tetapi mereka berbicara kepadanya: sang ibu yang cantik, sang ibu yang Kudus, Ibu Perawan Kebijaksanaan dan Ibu-Ku, Yang sekarang berbicara padamu.
            Aku ingin engkau menulis baris pertama lagu-lagu pada bagian atas buku yang berbicara mengenai dia, agar ia dapat direnungkan dan penghiburan dan sukacita Tuhan akan diketahui; alasan tetap, sempurna, kesukaan intim akan Tuhan dan TriTunggal, Yang memerintah dan mengasihi engkau dan Yang menerima dari manusia begitu banyak alasan untuk menjadi sedih; alasan mengapa ia menjadikan bangsa manusia, bahkan sejak ujian pertama dimana manusia seharusnya dihancurkan; alasan akan pengampunan yang telah engkau terima.
            Memiliki Maria yang mencintaiNya! Oh! Sungguhlah berarti menciptakan Manusia dan mengijinkannya untuk tetap ada dan memutuskan untuk mengampuninya, untuk memiliki Perawan yang Cantik, Perawan Kudus, Perawan yang Dikandung Tanpa Noda, Perawan yang Dikasihi, Putri yang dicintai, Ibu yang paling Murni, Mempelai yang Mengasihi! Tuhan telah memberikanmu begitu banyak dan akan memberikanmu lebih banyak lagi untuk memiliki Ciptaan bagi kesukaanNya, Matahari dari matahariNya, Bunga dari tamanNya. Dan Ia terus memberikan begitu banyak padamu karena dia, karena permintaannya, karena sukacitanya, karena sukacitanya mengalir ke dalam sukacita Tuhan dan meningkatkannya dengan kilatan-kilatan yang memenuhi cahaya, cahaya Firdaus yang hebat dengan pancaran-pancaran indah dan setiap pancaran adalah sebuah rahmat bagi jagad raya, bagi umat manusia, bagi jiwa-jiwa terberkati yang membalas dengan sebuah sorak kejayaan Haleluya kepada setiap generasi akan mukjizat ilahi, diciptakan oleh hasrat Tritunggal Terberkati untuk melihat pancaran senyuman sukacita sang Perawan.
            Tuhan berhasrat untuk menaruh seorang raja di dalam jagad raya yang IA ciptakan dari ketiadaan. Seorang raja, yang dari materi alami harus menjadi yang pertama di antara mahkluk-mahkluk yang diciptakan dari materi dan dianugerahi dengan materi. Seorang raja, yang dengan roh alaminya harus lebih kecil dari ilahi, bersatu dengan Rahmat sebagaimana ia di hari pertamanya tanpa cela. Tetapi Pikiran Yang Maha Tinggi, yang padanya semua kejadian-kejadian jauh di dalam abad ke abad di ketahui, tak henti-hentinya melihat apa yang sudah, sedang dan akan; dan saat Ia merenungkan masa lalu, dan memperhatikan masa kini, Ia masuk secara mendalam dengan pandanganNya ke dalam masa depan yang paling jauh dan mengetahui setiap detil bagaimana orang terakhir akan mati. Tanpa kebingungan atau berhenti sang Pikiran Yang Maha Tinggi selalu diketahui bahwa sang raja diciptakan untuk menjadi Allah manusia di sisiNya di Surga, pewaris Bapa, yang akan tiba dalam keadaan dewasa di dalam KerajaanNya, setelah hidup di dalam rumah ibuNya –di bumi, bersama dimana Ia dibuat- selama masa kecilNya, sebagai seorang anak dari sang Bapa Abadi untuk masanya di bumi. Pikiran Yang Maha Tinggi yang selalu mengetahui bahwa manusia akan melakukan terhadap dirinya sendiri kejahatan membunuh Rahmat di dalam dirinya sendiri dan pencurian akan perampokan Surga dari dirinya sendiri.
            Mengapa kemudian Ia menciptakannya? Pastilah banyak yang menanyakan dirinya sendiri mengapa. Apa kau lebih ingin tidak ada? Tidakkah hari ini pantas, di dalamnya sendiri, untuk menjalankan hidup walaupun begitu miskin dan telanjang, dan ditinggalkan celaka di dalam kejahatan, sehingga engkau dapat mengetahui dan mengagumi Keindahan tak terbatas bahwa tangan Tuhan telah menabur di dalam jagad raya?
            “Baginya yang telah diciptakanNya bintang-bintang dan planet-planet yang terbang bagaikan petir-petir dan anak panah-anak panah, mengerutkan kubah Surga, atau meteor-meteor berkilatan indah di dalam lesatannya, dan tapi terlihat lamban, mempersembahkanmu dengan cahaya dan musim-musim kebadian selamanya dan namun selalu fana. Mereka memberikan sebuah halaman baru untuk dibaca di langit, setiap malam, setiap bulan, setiap tahun, seperti mereka berharap untuk berkata: “Lupakanlah batasanmu, tinggalkanlah materi yang tercetak yang penuh dengan keburaman, busuk, kotor, beracun, palsu, sumpah serapah, materi yang membusuk dan bangkitlah, paling tidak dengan matamu, pada cakrawala kebebasan yang tidak terbatas, buatlah jiwa-jiwamu terang melihat pada langit yang jernih. Bangunlah sebuah pasokan cahaya untuk menyingkirkan penjara gelapmu. Bacalah kata yang kami tulis nyanyikan lagu di samping refrain, yang lebih harmonis daripada yang dilantunkan organ katedral. Kata yang kami tulis saat bersinar, kata yang kami tulis saat mengasihi, karena kami selalu membawa pikiran di dalam Dia Yang memberikan kami sukacita dari keberadaan. Dan kami mengasihi Dia karena memberikan keberadaan kami, terang kami, gerak kami, kebebasan kami, keindahan kami di tengah langit biru yang jernih, melebihi yang dapat kami lihat bahkan lebih luhur: Firdaus. Dan kami memenuhi bagian kedua dari Perintah kasih-Nya, dengan mengasihi engkau, tetangga-tetangga universal kami, mengasihi engkau dengan memberikanmu tuntunan dan cahaya, kehangatan dan kecantikan. Bacalah kata yang kami ucapkan, yang menyelaraskan nyanyian kami, terang kami, senyum kami: Tuhan!”
            Bagi siapa Ia telah membuat laut biru, cermin sang langit, jalan ke daratan, senyuman air, suara-suara gelombang? Laut sendiri adalah sebuah kata yang dengan desauan sutera, dengan senyum-senyum anak-anak gadis gembira, dengan helaan-helaan nafas orang tua-tua yang ingat dan menangis, dengan teriakan kekerasan, dengan perselisihan-perselisihan dan auman-auman selalu berbicara dan berkata: “Tuhan”. Laut adalah untukmu, sebagaimana langit dan bintang-bintang juga. Dan dengan laut, danau-danau dan sungai-sungai, kolam-kolam dan arus-arus, mata air-mata air murni, semua yang disediakan untuk merawatmu, untuk melepaskan dahagamu, untuk membersihkanmu: dan mereka disediakan bagimu untuk melayani Pencipta mereka, tanpa menenggelamkanmu sebagaimana layaknya engkau.
            Bagi siapa Ia telah menciptakan keluarga-keluarga binatang tak terhitung jumlahnya, burung-burung yang telah diwarnai dengan indahnya yang terbang seraya bernyanyi, dan binatang-binatang lain yang bagaikan hamba-hamba berlari, bekerja, memeliharamu dan membantumu, raja-rajanya?
            Bagi siapa Ia telah menciptakan keluarga-keluarga tumbuhan dan bunga-bunga tak terhitung jumlahnya yang terlihat bagai kupu-kupu, bagai batu-batu permata dan burung-burung yang tak henti bergerak, dan keluarga-keluarga dari buah-buah yang bagaikan perhiasan-perhiasan atau kotak-kotak perhiasan dan menjadi karpet bagi kaki-kakimu dan pohon-pohon yang membentuk tempat-tempat perteduhan bagi kepalamu, sebuah relaksasi yang bersahabat dan sukacita bagi pikiranmu, kaki-tanganmu, pandanganmu dan penciumanmu?
            Bagi siapa Ia telah membuat mineral-mineral di dalam-dalam bumi dan garam-garam yang mencair di dalam dingin dan musim-musim semi yang mendidih, iodin-iodin dan bromin-bromin, jika ia tidak menikmatinya, ia yang bukanlah Tuhan, tetapi anak Tuhan? Ia: manusia.
            Sukacita Tuhan tidak berkekurangan: Tuhan tidak memiliki kebutuhan. Ia cukup di dalam DiriNya sendiri. Ia hanya perlu berkontemplasi dengan DiriNya sendiri untuk bersukacita, merawat DiriNya sendiri, untuk hidup, untuk beristirahat. Seluruh ciptaan tidak meningkatkan satu atom sukacita, keindahan, kehidupan, kekuasaanNya yang tak terbatas. Ia membuat segala sesuatu bagi mahkluk yang Ia ingin tempatkan sebagai raja di dalam pekerjaan yang dilakukanNya: mahkluk itu adalah manusia.
            Sungguh berhargalah hidup untuk melihat sebuah pekerjaan Tuhan yang demikian dan untuk bersyukur akan kuasaNya yang memberikanmu kesempatan. Dan engkau harus bersykur karena engkau hidup. Engkau harusnya bersyukur bahkan jika engkau harus menunggu sampai hari Kiamat ditebus, sebab engkau telah tidak jujur, sombong, mesum dan pembunuh-pembunuh pada Orangtua Pertamamu dan engkau masih begitu egois. Namun Tuhan mengijinkan engkau untuk menikmati keindahan jagad raya, kebaikan jagad raya: dan Ia memperlakukanmu seolah-olah anak-anak baik, yang diajarkan dan diberikan segala sesuatu sehingga hidup mereka dapat menjadi lebih bahagia dan lebih menyenangkan. Apa yang kauketahui, kau ketahui karena terang Tuhan. Apa yang kautemukan, kautemukan melalui bimbingan Tuhan. Di dalam Kebaikan. Pengetahuan lain dan penemuan-penemuan yang membawa tanda iblis, yang datang dari Yang Maha Jahat: Setan.
            Pikiran Yang Maha Tinggi, mengetahui segala sesuatu, sebelum manusia ada, mengetahui bahwa manusia akan menjadi seorang pencuri dan pembunuh diri sendiri. Dan sebagai Kebaikan yang Abadi tidak mempunyai batasan-batasan di dalam kebaikan, sebelum Kesalahan ada, Ia memikirkan artian-artian untuk menghancurkan Kesalahan. Artian-artian: Aku, sang Sabda. Instrumen untuk memberikan artian-artian instrumen yang efisien: Maria. Dan sang Perawan diciptakan di dalam Pikiran Tuhan yang agung.
            Segala sesuatu diciptakan untukKu, Putera Bapa yang terkasih. Aku-Raja seharusnya memiliki di bawah karpet-karpet kaki Kerajaan Ilahi-Ku dan perhiasan-perhiasan yang tidak dimiliki istana kerajaan manapun, dan nyanyian-nyanyian dan suara-suara dan pelayan-pelayan dan mentri-mentri di sekitarKu seperti yang tak pernah dimiliki pemerintahan manapun, dan bunga-bunga dan batu permata, semua yang agung, yang hebat, keramahan yang mungkin diturunkan dari pikiran seorang Tuhan.
            Tetapi Aku harus menjadi Daging juga Roh. Daging menyelamatkan daging. Daging untuk mengangkat daging, membawanya ke Surga berabad-abad sebelum waktunya. Sebab daging dihuni oleh roh karya istimewa Tuhan dan Surga telah diciptakan untuk itu. Agar menjadi daging Aku memerlukan seorang Ibu. Untuk menjadi Tuhan hal itu juga penting bahwa Bapa adalah Tuhan.
            Kemudian Tuhan menciptakan mempelaiNya dan berkata padanya: “Marilah bersamaKu. Di sampingKu lihatlah apa yang Aku kerjakan untuk Putera kita. Lihatlah dan bersukacitalah, Perawan Abadi, Gadis Abadi dan semoga senyummu memenuhi langit dan memberikan para malaikat nada awal mereka dan mengajarkan keharmonisan surgawi Firdaus. Aku sedang memandangmu. Dan aku melihatmu sebagaimana engkau akan menjadi, Wanita yang Dikandung Tanpa Noda, yang sekarang hanyalah sebuah roh: roh yang di dalamnya Aku bersukacita. Aku memandangmu dan Aku memberikan biru laut dan cakrawala mata-matamu, rambutmu berwarna jagung yang kudus, warna putih bagi lili dan sebuah warna mawari bagi mawar, seperti kulit suteramu. Aku mencontoh mutiara-mutiara untuk gigi-gigi kecilmu, aku membuat stroberi-stroberi yang manis memperhatikan bibirmu dan aku memberikan burung kutilang nada-nadamu dan merpati kura-kura tangisanmu. Dan membaca pikiran-pikiran masa depanmu dan mendengarkan detak-detak jantungmu, aku memiliki alasan untuk membimbing di dalam menciptakan. Marilah, sukacitaKu, milikilah dunia-dunia sebagai sesuatu untuk dimainkan selama engkau menjadi terang yang menari di pikiranKu; milikilah dunia-dunia bagi senyummu, miliki hiasan-hiasan kepala dan kalung-kalung dari bintang-bintang; tempatkan bulan di bawah kaki-kaki lembutmu;  buatlah Galate menjadi selendang bintangmu. Bintang-bintang dan planet-planet adalah untukmu. Mari dan nikmatilah memandang bunga-bunga yang akan menjadi sukacita kekanakkan bagi Bayimu dan sebuah bantal bagi Putera rahimmu. Mari dan lihat domba dan anak-anak domba, burung-burung elang dan merpati-merpati sedang diciptakan. Tetaplah disampingKu saat aku membuat cekungan-cekungan laut dan alur-alur sungai dan Aku menaikkan gunung-gunung dan Aku menghiasi mereka dengan salju dan hutan-hutan. Tinggalah di sini sementara Aku menabur benih-benih dan pohon-pohon dan anggur-anggur, dan aku membuat pohon zaitun bagimu, milikKu Yang Damai, dan anggur itu untukmu, ranting anggurKu yang akan menghasilkan anggur-anggur Ekaristi yang berlimpah. Berlarilah, terbanglah, bersukacitalah, KasihKu. Dan semoga jagad raya yang diciptakan jam demi jam belajar daripadamu untuk mengasihi Aku, KasihKu, dan semoga jagad raya menjadi semakin indah karena senyummu, Ibu dari PuteraKu, Ratu FirdausKu, Kasih akan Tuhanmu”. Dan lagi, melihat Kesalahan dan mengagumi yang Tanpa Kesalahan: “Datanglah padaKu, engkau yang menangis karena kepahitan ketidakpatuhan manusia, percabulan manusia dengan Setan dan ketidak-bersyukuran manusia. Aku akan membawa denganmu pembalasanKu pada Setan.”
            Tuhan, Bapa Pencipta, telah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan hukum yang demikian sempurna akan kasih sampai engkau bahkan tidak dapat mengerti lagi kesempurnaannya. Dan engkau menjadi tersesat di dalam keheranan bagaimana spesies-spesies itu sebenarnya, jika manusia tidak diajarkan oleh Setan bagaimana mendapatkan sesatnya.
            Lihatlah pada buah-buah dan benih tanaman-tanaman. Apakah mereka menghasilkan benih dan buah dengan cara percabulan, dengan menggunakan satu pembuahan dari seratus sanggama? Tidak. Serbuk sarinya muncul dari bunga jantan dan didorong oleh hukum meteorik dan magnetik yang kompleks kemudian dilanjutkan ke ovarium bunga betina. Yang terakhir terbuka, menerima dan menghasilkan. Ia tidak mencemari dirinya sendiri dan kemudian menolaknya, seperti yang engkau lakukan untuk menikmati sensasi yang sama di hari berikutnya. Ia menghasilkan dan sampai musim yang baru, ia tidak bisa diserbuki, dan jika ya, itu hanya untuk menghasilkan.
            Lihatlah pada binatang-binatang. Mereka semua. Pernahkah engkau melihat seekor binatang jantan dan betina saling mendekati dengan sebuah pelukan steril atau hubungan mesum? Tidak, Dari dekat atau jauh, mereka terbang, merangkak, lompat atau berlari, mereka pergi, ketika sudah waktunya, untuk melakukan ritus pembuahan. Mereka tidak berhenti hanya karena kesenangan, tetapi lebih jauh lagi, pada akibat-akibat serius dan suci bagi keturunan, satu-satunya alasan yang harus menjadi alasan manusia, seorang Allah Manusia dengan asalnya akan Rahmat yang telah Aku buat lengkap, untuk menerima tindakan kebinatangan, yang perlu sejak engkau diturunkan satu tingkat terhadap binatang-binatang.
            Engkau tidak bertindak seperti tumbuh-tumbuhan ataupun binatang-binatang. Engkau memiliki Setan sebagai gurumu. Engkau menginginkannya sebagai gurumu dan kau masih menginginkannya. Dan pekerjaan-pekerjaan yang kaulakukan adalah apa yang ia harapkan dari sang guru yang kauingini. Jika saja engkau setia kepada Tuhan, engkau akan memiliki sukacita akan anak-anak di dalam sebuah cara yang kudus, tanpa kesakitan, tanpa melelahkan dirimu sendiri di dalam sanggama-sanggama zinah dan memalukan, yang bahkan binatang-binatang tidak mengenal hal itu, walaupun binatang-binatang tidak memiliki alasan dan jiwa spiritual.
            Bagi laki-laki dan wanita, yang dirusak oleh Setan, Tuhan memutuskan untuk menentang Manusia lahir dari seorang Wanita, Yang dimana Tuhan miliki keagungan yang super pada hal yang demikian sehingga ia melahirkan tanpa mengetahui laki-laki: sebuah bunga yang menghasilkan sebuah bunga, tanpa memerlukan benih, oleh ciuman unik matahari pada piala murni Lili-Maria,
            Pembalasan Tuhan!
            Bisikan, O Setan, kebencianmu ketika ia datang ke dunia! Anak ini telah mengalahkanmu! Sebelum engkau adalah sang Pemberontak, sang Pengacau, sang Perusak, engkau telah dikalahkan dan dialah yang mengalahkanmu. Seribu tentara-tentara yang disusun sia-sia melawan kuasamu, lengan-lengan laki-laki jatuh di hadapan sisik-sisikmu, o Ia Yang bertahan, dan tidak ada angin yang mampu menyingkirkan bau busuk nafasmu. Namun, tumit anak ini, yang begitu mawari yang terlihat bagai dalaman sebuah kamelia mawari, dan sangatlah halus dan lembut sehingga sutera terlihat kasar jika dibandingkan, dan begitu kecil sehingga ia dapat memasuki cawan sebuah tulip dan membuat dirinya sendiri sebuah sepatu kecil dengan satin sayuran tersebut, yang tumitnya meremukkan kepalamu tanpa ketakutan dan mengirimkanmu ke sarangmu. Dan tangisannya menyebabkan engkau lari menjauh walaupun engkau tidak takut akan tentara-tentara. Dan nafasnya memurnikan dunia dari bau busukmu. Engkau dikalahkan. Namanya, rupanya adalah sebuah tombak, sebuah petir yang mengoyakkanmu dan memusnahkanmu dan memenjarakanmu di dalam sarangmu di dalam Neraka, O Kau yang Terkutuk, yang mendukakan Tuhan akan sukacita menjadi Ayah dari semua manusia yang diciptakan!
            Di dalam kesia-siaan engkau telah merusak mereka, yang telah diciptakan tak bersalah, menuntun mereka pada pengetahuan dan pengertian dengan cara sensualitas nafsu, mendukakan Tuhan, pada mahkluk yang dikasihiNya, yang ramah pada anak-anak sesuai aturan-aturan dimana jika mereka menghargainya, akan menjaga keseimbangan dunia antara jenis kelamin dan ras-ras, sebuah keseimbangan yang mampu mencegah perang-perang antara masyarakat dan bencana-bencana antara keluarga-keluarga.
            Dengan mematuhi, mereka juga akan mengetahui kasih. Tak ada lainnya, hanya dengan mematuhi mereka akan mengetahui kasih dan memilikinya. Sebuah milik yang utuh dan damai akan anugerah dari Tuhan ini, Yang dari supernatural turun kepada yang rendah, sehingga juga daging dapat bersukacita dengan patuh, karena ia bersatu dengan roh dan diciptakan olehNya Yang menciptakan roh.
            Kini, manusia, apakah kasihmu, apakah kasih-kasihmu? Entah percabulan yang tersamar sebagai kasih atau rasa takut tak tersembuhkan akan kehilangan kasih dari pasanganmu melalui percabulannya atau orang lain. Engkau tidak pernah merasa yakin memiliki hati akan suami atau istrimu, sejak nafsu birahi memasuki dunia. Dan engkau gemetar dan menangis dan ditegangkan oleh kecemburuan, terkadang engkau membunuh untuk melampiaskan sebuah pengkhinatan, terkadang engkau sedih, dan terkadang engkau kurang kemauan atau bahkan menjadi tidak waras.
            Inilah apa yang telah kaulakukan Setan, kepada anak-anak Tuhan. Mereka yang telah engkau rusak, yang seharusnya mengetahui sukacita melahirkan anak-anak tanpa menderita rasa sakit dan yang akan mengalami sukacita karena dilahirkan tanpa takut mati. Tetapi kini engkau dikalahkan di dalam seorang wanita dan oleh seorang wanita. Sejak sekarang, siapapun yang mengasihi dia akan menjadi sekali lagi miliki Tuhan, mengatasi cobaan-cobaan, sanggup melihat pada kemurniannya Yang Dikandung Tanpa Noda. Sejak sekarang pada para ibu, walaupun tidak bisa mengandung tanpa rasa sakit, akan mendapat penghiburan di dalam dia. Sejak sekarang ia akan menjadi penuntun wanita-wanita yang telah menikah dan sang Ibu dari orang-orang sekarat, sehingga akan menjadi manis untuk mati beristirahat pada dada yang adalah sebuah perisai terhadap engkau, engkau Yang Terkutuk, dan melawan murka Tuhan.
            Maria, suara kecil, engkau telah melihat kelahiran Putera Perawan dan pengangkatan sang Perawan ke Surga. Sehingga engkau telah melihat bahwa orang-orang tak bersalah tidak menyadari rasa sakit melahirkan juga rasa sakit saat sekarat. Namun jika Ibu Tuhan Yang Paling Tak Bersalah diberikan anugerah-anugerah surgawi sempurna, semua mereka yang pada saat Orangtua Pertama tetap tak bersalah dan anak-anak Tuhan, akanlah dihasilkan tanpa pergolakan karena hal itu adil,  dikandung tanpa nafsu birahi, dan mereka akan meninggal tanpa kecemasan.
            Kemenangan agung Tuhan terhadap pembalasan Setan menaikkan keutuhan dari mahkluk yang dikasihi kepada sebuah super kesempurnaan yang seharusnya membatalkan paling tidak dalam satu pribadi rekoleksi kemanusiaan, bertanggungjawab akan racun Setan, sehingga sang Putera harus dilahirkan bukan dengan pelukan seorang laki-laki suci, tetapi dengan sebuah pelukan ilahi yang menyebabkan roh berubah warna di dalam api ekstase.
            Sang Perawan Keperawanan!...
            Marilah. Renungkan keperawanan yang dalam ini yang memberikan kepusingan menggembirakan di dalam perenungannya! Apakah kemalangan keperawanan yang dipaksakan pada seorang wanita jika tidak dinikahi laki-laki? Tak berkurang apapun. Apakah keperawanan akan seorang wanita yang menginginkan sebuah keperawanan menjadi milik Tuhan, tetapi tidak dalam tubuhnya dan tidak dalam rohnya, dimana ia membiarkan pikiran-pikiran asing memasuki dan melayani pikatan-pikatan pikiran-pikiran manusia? Itu adalah sebuah keperawanan yang palsu. Namun itu bukanlah keperawanan yang utuh dibandingkan dengan keperawanan Ibu-Ku.
            Selalu ada sebuah pertemanan, juga di dalam Ia Yang Paling Kudus. Pertemanan asli antara roh dan kesalahan. Yang hanya Pembaptisan yang mengakhirinya. Hal itu mengakhirinya, tetapi pada kasus seorang wanita dipisahkan dari suaminya karena kematiannya, hal itu tidak membuat keperawanan utuh seperti sebelumnya  di dalam Orangtua Pertama sebelum berdosa. Sebuah tanda luka tertinggal dan rasa sakit menyebabkan orang mengingatnya, dan itu selalu siap menjadi sakit bagai penyakit-penyakit tertentu yang dari waktu ke waktu menjadi semakin parah oleh virus mereka. Di dalam Perawan tidak ada tanda dari pemisahan pertemanan dengan Kesalahan. Jiwanya nampak cantik dan utuh seperti ketika Bapa mengandungNya, mengumpulkan semua rahmat di dalam dia.
            Ia adalah sang Perawan. Ia adalah Satu-satunya. Ia adalah Yang Sempurna. Yang Utuh. Dikandung demikian rupa. Dihasilkan demikian rupa. Tinggal demikian. Dimahkotai demikian. Keabadian demikian. Ia adalah Perawan. Ia adalah puncak yang tak tersentuh, dari kemurnian, dari rahmat yang hilang di pinggir jurang yang daripadanya muncullah: di dalam Tuhan: yang paling sempurna tak tersentuh, Kemurnian, Rahmat.
Itulah pembalasan Allah TriTunggal dan Satu. Terhadap mahkluk-mahkluk yang dirusak Ia membangkitkan Bintang ini kepada kesempurnaan. Terhadap rasa ingin tahu yang merusak Ia membangkitkan Perawan Sederhana ini, yang hanya puas mengasihi Tuhan. Melawan ilmu pengetahuan iblis, Perawan Tak Bersalah yang agung inilah. Di dalamnya tidak hanya tidak mengenal kasih yang sedih: tidak hanya tidak mengenal kasih yang telah Tuhan berikan kepada orang-orang yang telah menikah. Lebih banyak lagi. Di dalamnya ada ketiadaan niat-niat, sang warisan dosa. Di dalamnya hanya ada kebijaksanaan kasih Ilahi ber-es dan putih-panas. Sebuah api yang menguatkan daging dengan es, sehingga itu akan menjadi sebuah cermin transparan di altar ketika Tuhan menikahi seorang Perawan dan tidak merendahkanNya karena kesempurnaanNya merangkul kesempurnaan dia, yang, ketika menjadi seorang mempelai, hanya rendah dari milikNya oleh satu hal, tunduk padaNya sebagai seorang wanita, namun tanpa kesalahan sebagaimana DIA adanya.


Bergabunglah untuk mendapat cuplikan tulisan Maria Valtorta di e-mail anda: http://groups.yahoo.com/group/penayesus/
Atau cuplikan tulisan dapat dilihat di: http://www.penayesus.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment