Sunday, January 6, 2013

6. Pemurnian Anna dan Mempersembahkan Maria


6. Pemurnian Anna dan Mempersembahkan Maria

28 Agustus 1944

            Di Yerusalem aku melihat Yoakim dan Anna, bersama dengan Zakharia dan Elizabet, keluar dari sebuah rumah, pastinya milik teman atau saudara, dan mereka berjalan menuju Bait Allah untuk perayaan Pemurniaan (Purifikasi)
            Anna membawa sang bayi, dibungkus dalam kain bedung, tidak, semuanya terbedung di sebuah kain besar akan wool ringan, yang bagaimanapun, pastilah lembut dan hangat. Tidaklah mungkin menjelaskan betapa hati-hatinya dan penuh kasihnya ia membawa dan memperhatikan mahkluk kecilnya, mengangkat ujung kain bagus yang hangat itu untuk melihat apakah Maria bisa bernafas dengan bebas, dan kemudian ia akan membenahinya lagi untuk melindunginya dari udara yang tajam dari hari musim dingin yang jernih itu.
            Elizabet memegang beberapa parsel di tangannya. Yoakim sedang menarik dengan tali dua anak domba yang besar dan sangat putih, yang lebih mirip seperti biri-biri daripada anak domba. Zakharia tidak memegang apa-apa di tangannya. Ia gagah mengenakan kain linennya, yang dapat terlihat di balik sebuah jubah wool yang berat. Zakharia terlihat lebih muda dibandingkan ketika ia terlihat saat kelahiran Yohanes Pembaptis, di dalam kegagahannya. Sedangkan Elizabet terlihat adalah seorang wanita dewasa, namun penampilannya masih segar: dan Elizabet membungkuk di dalam kegembiraan di atas wajah kecil yang sedang tidur, setiap saat Anna melihat sang bayi. Elizabet juga terlihat cantik mengenakan baju berwarna biru hampir violet tua dan kerudung yang menutupi kepalanya jatuh di bahunya, mantelnya berwarna lebih gelap daripada bajunya.
            Namun Yoakim dan Anna sungguh terlihat saleh di dalam pakaian yang mereka kenakan.  Tidak seperti yang diduga, Yoakim tidak memakai jubah coklat tuanya tetapi ia memakai sebuah pakaian panjang berwarna sangat merah mendalam, yang sekarang kita sebut sebagai merah Santo Yosef, dan jumbai-jumbai mantelnya terlihat baru dan indah. Dia juga memakai seperti kerudung bujur sangkar di kepalanya ditopang dengan sebuah pengikat yang terbuat dari kulit. Segala sesuatunya terlihat baru dan terbuat dari kualitas sempurna.
            Annah, oh! Dia tidak memakai pakaian-pakaian gelap sampai hari itu! Bajunya berwarna kuning pucat, hampir seperti warna gading tua, di pinggangnya, di leher dan pergelangan-pergelangan tangannya ada sebuah pengikat yang terlihat seperti perak dan emas. Kepalanya tertutup dengan sebuah kerudung damask yang sangat ringan, tertahan pada dahinya dengan sebuah pelat tipis namun indah. Ia memiliki sebuah kalung filigree melingkar di lehernya dan gelang-gelang di pergelangan tangannya. Ia seperti seorang ratu, juga karena keanggunan akan apa yang dikenakannya terutama jubahnya yang berwarna kuning muda dibatasi dengan pinggiran baju khas pola Yunani yang disulam indah dengan bayangan yang sama.
            “Kau terlihat sama seperti hari engkau menikah. Saat itu, aku hanya sedikit lebih tua dari seorang gadis muda tetapi aku masih ingat betapa indahnya dan bahagianya engkau.” Kata Elizabet.
            “Tetapi aku merasa lebih baik sekarang ini... dan aku memutuskan untuk memakai baju yang sama untuk upacara ini. Aku telah menyimpannya... dan tadinya aku sudah tidak berharap akan mengenakannya lagi untuk ini.”
            “Tuhan telah sangat mengasihimu...” kata Elizabet seraya menghela nafas.
            “Dan itulah mengapa aku memberikan padaNya hal yang paling aku kasihi. Bungaku.”
            “Bagaimana engkau dapat memisahkannya dari hatimu saat waktunya tiba?”
            “Mengingat bahwa aku tidak memilikinya dan bahwa Tuhan memberikannya padaku. Aku akan selalu lebih bahagia saat ini daripada nantinya.” Saat aku tahu ia berada di dalam Bait Allah aku akan berkata pada diriku sendiri: “Ia berdoa di dekat Tabernakel, ia berdoa pada Allah Israel juga untuk ibunya” dan aku akan memiliki kedamaian. Dan sebuah damai yang lebih yang kumiliki dengan mengatakan: “Ia seluruhnya milik Dia. Saat dua orangtua yang bahagia ini telah tua, yang telah menerimanya dari Surga, tidak lagi hidup, Ia, sang Keabadian, akan tetap menjadi Ayahnya”. Percaya padaku, aku percaya penuh, mahkluk kecil ini bukanlah milik kami. Aku tidak dapat melakukan lebih lagi.. Ia meletakkannya di dadaku, sebuah anugerah ilahi yang menghapuskan airmataku dan memenuhi harapan-harapan dan doa-doa kami. Itulah sebabnya mengapa dia adalah milikNya. Kami adalah penjaga-penjaganya yang bahagia... dan biarlah IA terberkati karena ini!”
            Kini mereka sampai pada tembok-tembok Bait Allah.
            “Saat engkau pergi ke Gerbang Nicanor, aku akan pergi memberitahukan imam. Dan nanti aku akan datang juga.” Kata Zakharia. Dan ia menghilang di balik sebuah tikungan yang menuju sebuah halaman yang besar yang dikelilingi dengan beranda-beranda.
Kelompok itu meneruskan berjalan di sepanjang jalan teras-teras. Aku tidak tahu apakah aku telah mengatakan ini sebelumnya: tembok Bait Allah ini tidak berada di tingkat dasar tetapi naik semakin tinggi dan semakin tinggi di teras-teras yang berturut-turut. Setiap teras dicapai dengan langkah-langkah naik dan di setiap teras ada halaman-halaman dan beranda-beranda dan portal-portal indah yang dipahat dalam marmer, tembaga dan emas.
            Sebelum sampai di tempat tujuan mereka, mereka berhenti untuk mengeluarkan isi parsel-parsel: kupikir, kue-kue, yang lebar dan datar dan sangat berminyak, tepung terigu putih, dua burung merpati di dalam sangkar rotan dan beberapa koin-koin perak besar: koin-koin itu lumayan berat namun untungnya baju-baju tidak memiliki kantong pada saat itu, jika tidak akan berlubang-lubang jadinya.
            Di sinilah gerbang Nicanor yang indah, semuanya dipahat di dalam pelat perak tembaga yang berat. Zakharia telah berada di sana di samping seorang imam yang berdiri tegap berpakaian linen.
            Anna diperciki dengan kurasa adalah air yang sudah disucikan dan kemudian ia disuruh untuk berjalan ke altar kurban. Anak itu tidak lagi berada di tangannya. Elizabet yang berhenti di sisi gerbang itu telah membawa anak tersebut.
            Sementara itu, Yoakim masuk dari belakang istrinya, menyeret seekor anak domba yang mengembik. Dan aku... aku melakukan sama seperti yang aku lakukan saat pemurnian Maria: Aku menutup mata agar tidak melihat penyembelihan.
            Zakharia membisikkan sesuatu pada kenalannya, yang mengangguk tersenyum. Ia kemudian mendekati kelompok yang berkumpul dan mengucapkan selamat pada sang ayah dan ibu akan sukacita mereka dan akan kesetiaan mereka pada janji-janji mereka, ia diberikan anak domba yang kedua, tepung terigu dan kue-kue.
            “Jadi anak perempuan ini kudus bagi Allah? Semoga berkatNya menyertai dia dan bersamamu. Kini Anna datang. Ia akan menjadi satu dari guru-gurunya. Hana dari Fanuel dari suku Asyer. Kemarilah, perempuan. Anak kecil ini dipersembahkan kepada Bait Allah sebagai kurban pujian. Engkau akan menjadi gurunya dan ia akan bertumbuh kudus di bawah bimbinganmu.”
            Anna, yang rambutnya telah seluruhnya abu-abu, membelai anak itu, yang terbangun dan melihat padanya dengan mata polosnya yang terkejut pada semua yang terlihat putih dan emas di sinar matahari.
            Upacara itu pastilah sudah selesai. Aku tidak melihat upacara khusus pada saat mempersembahkan Maria.
            Mungkin cukuplah untuk mengatakan pada imam, dan di atas segalanya, Tuhan, pada tempat yang kudus itu “Aku ingin memberikan persembahan kepada Bait Allah dan  pergi ke sana dimana aku melihat cahaya tahun lalu.”
            Mereka pergi ditemani Hana dari Fanuel. Mereka tidak masuk pada Bait Allah yang sebenarnya karena mereka adalah perempuan dan hal itu menyangkut seorang gadis kecil, dapat dimengerti bahwa mereka bahkan tidak pergi ke tempat dimana Maria pergi untuk mempersembahkan Puteranya. Tetapi sangat dekat pada pintu yang terbuka lebar, mereka melihat ke bagian dalamnya setengah gelap yang dari sana terdengar nyanyian-nyanyian manis anak-anak perempuan dan lampu-lampu berharga dinyalakan dan memancarkan sebuah cahaya keemasan pada dua tempat bunga dari kepala-kepala berkerudung putih: dua tempat bunga lili yang asli.
            “Tiga tahun lagi engkau akan berada di sana juga, liliku.” Janji Anna kepada Maria, yang terlihat terbuai di dalam dan tersenyum pada lagu yang pelan.
            “Kau akan berkata bahwa ia mengerti.” Kata Hana Fanuel. “Ia seorang anak yang cantik! Ia akan kusayangi bagai anakku sendiri. Aku berjanji padamu, ibu. Jika aku dipercayakan demikian.”
            “Ya, engkau akan melakukannya, perempuan” Kata Zakharia. “Engkau akan menerimanya di antara anak-anak gadis kudus. Aku juga akan berada di sana. Aku ingin berada di sana pada hari itu untuk menyuruhnya berdoa bagi kami dari saat paling pertama...” dan Zakharia melihat pada istrinya yang mengerti dan menghela nafas.
            Upacara itu selesai dan Hana dari Fanuel undur diri, saat yang lain meninggalkan Bait Allah sambil berbicara satu sama lain.
            Aku mendengar Yoakim berkata: “Tidak hanya dua anak domba yang terbaik, tetapi aku akan memberikan semua anak-anak dombaku untuk sukacita ini dan untuk memuji Tuhan!”
            Aku tidak melihat apa-apa lagi.

-------------------

            Yesus berkata:
            “Salomo di dalam Kebijaksanaannya berkata: “Siapapun yang adalah seorang anak, datanglah padaku”. Dan sungguh dari yang tegar, dari tembok-temboknya, Kebijaksanaan Abadi diucapkan kepada Gadis Abadi: “Datanglah kepadaKu”, rindu memilikinya. Kemudian sang Putera dari Gadis yang paling murni akan berkata: “Biarlah anak-anak kecil datang kepadaKu sebab Kerajaan Surga adalah milik mereka, dan mereka yang tidak menjadi seperti mereka tidak akan memiliki bagian di dalam KerajaanKu”. Suara-suara mengikuti satu sama lain dan ketika suara Surga berteriak kepada Maria kecil: “Datanglah padaKu”, suara dari seorang Laki-laki, memikirkan IbuNya mengatakan demikian: “Datanglah padaKu jika engkau dapat menjadi seperti anak-anak.”
            Aku memberikan IbuKu sebagai sebuah teladan.
            Inilah sang Gadis yang Sempurna dengan hati yang murni dan sederhana bagai seekor merpati, inilah dia yang selama bertahun-tahun terhubung dengan duniawi namun tidak menjadi pemberontak di dalam kekejaman jiwa palsu, busuk dan tersesat. Karena dia tidak menginginkannya. Datanglah padaKu, lihatlah Maria.
            Karena engkau melihat dia, katakan padaku: Apakah tatapan matanya sebagai seorang bayi sangat berbeda dari yang kau lihat saat ia berada di kaki Salib atau pada sukacita Pantekosta atau saat kelopak matanya menutup mata polosnya pada tidurnya yang terakhir? Tidak. Inilah tatapan mata seorang bayi yang tak menentu dan takjub, kemudian ia akan terlihat heran dan sederhana pada saat diberikan kabar malaikat, dan kemudian gembira sebagai Ibu di Bethlehem, kemudian tatapan mata memuji sebagai rasulKu yang pertama dan agung, kemudian ia tersiksa sebagai Ibu yang tersiksa di Golgotha, dan tatapan mata yang bersinar saat Kebangkitan dan Pentakosta, dan terlihat terselubung pada tidurnya yang ekstatik pada visiun terakhir. Namun apakah terbuka pada pandangan pertama, atau tertutup kelelahan pada cahaya terakhir, setelah melihat begitu banyak sukacita dan kengerian, matanya jernih, murni, sepotong ketenangan langit selalu bersinar di bawah dahi Maria. Murka, kepalsuan, kesombongan, percabulan, kebencian, rasa ingin tahu tidak pernah menghinggapinya dengan awan-awan berasap.
            Itulah mata yang melihat pada Tuhan dengan penuh kasih, apakah ia menangis atau tertawa, dan untuk kepentingan Tuhan membelai dan mengampuni dan menanggung segala sesuatu, dan dengan kasih kepada Tuhan, tinggal tetap tak tergoyahkan akan serangan iblis, yang sering menggunakan mata untuk mempengaruhi hati. Mata itu murni, menenangkan, memberkati dimiliki oleh para kudus, para kekasih Allah.
            Aku berkata: “Lampu dari tubuh adalah mata. Jika matamu baik, seluruh tubuhmu akan dipenuhi dengan terang. Tetapi jika matamu tak tenang, seluruh tubuhmu berada di dalam seluruh kegelapan.” Para kudus memiliki mata ini  yang merupakan cahaya jiwa dan keselamatan bagi daging, sebab seperti Maria, mereka melihat hanya kepada Tuhan di sepanjang hidup mereka. Lebih dari itu: mereka ingat Tuhan.
            Aku akan menjelaskan kepadamu, suara kecilKu, arti dari kata-kataKu ini.



Hanna dari Fanuel disebutkan di Injil Lukas(Lukas 2:36)


Contoh Disain Filigree sebagai perhiasan

Contoh Pola Damask

Contoh Pola Pinggiran Baju Yunani

Gerbang Nicanor

Bergabunglah untuk mendapat cuplikan tulisan Maria Valtorta di e-mail anda: http://groups.yahoo.com/group/penayesus/
Atau cuplikan tulisan dapat dilihat di: http://www.penayesus.blogspot.com/

2 comments:

  1. Saya tidak punya komen saya hanya ingin informasi,apakah buku pena Yesus ini ada terjemahan dalam bahasa Indonesia?jika ada bagaimana cara membelinya.

    ReplyDelete
  2. Saya tidak punya komen saya hanya ingin informasi,apakah buku pena Yesus ini ada terjemahan dalam bahasa Indonesia?jika ada bagaimana cara membelinya.

    ReplyDelete