Monday, January 7, 2013

7. Sang Putera telah menaruh KebijaksanaanNya pada Bibir IbuNya


7. Sang Putera telah menaruh KebijaksanaanNya pada Bibir IbuNya

29 Agustus 1944

            Aku melihat Anna lagi: dari kemarin malam aku melihatnya: sedang duduk di jalan masuk pada pergola yang teduh, sibuk dengan jahitannya. Ia mengenakan pakaian berwarna abu-abu pasir, sangat sederhana dan sangat lebar, mungkin karena udara sedang sangat panas.
            Di ujung pergola, pemotong-pemotong terlihat sedang memotong jerami. Tetapi pastilah bukan jerami dari panen pertama karena anggur-anggur hampir berwarna keemasan dan buah-buah pohon apel terlihat berwarna kuning mengkilat dan merah lilin. Ladang jagung dipenuhi bunga-bunga poppy bergelombang bagai api-api kecil dan bunga cornflower yang kaku dan jernih berbentuk bagai bintang-bintang dan sebiru langit timur.
            Maria kecil datang dari pergola yang teduh: ia sudah dapat bergerak cepat dan mandiri. Langkah pendeknya stabil dan sendal putihnya tidak goyah di antara kerikil-kerikil. Gaya anggunnya telah serupa dengan langkah mulus seekor merpati yang sedikit bergelombang, dan ia berpakaian putih seluruhnya – seperti seekor merpati kecil – mengenakan pakaian linen yang menjuntai ke bawah mata-mata kakinya. Baju yang lebar yang ujungnya bergelombang pada leher dengan sebuah pita biru dan lengan-lengan pendek memperlihatkan lengan-lengan yang montok. Ia terlihat seperti malaikat kecil: rambutnya bagai sutera dan madu-blonde, tidak terlalu keriting namun anggun berombak pada ujungnya: matanya berwarna biru langit, wajah kecil manisnya mawari dan tersenyum. Juga angin yang bertiup menghembus pada lengan-lengan bajunya lebar menggembungkan linen pada bahu-bahunya membuat penampilannya bagaikan malaikat kecil yang memiliki sayap-sayap setengah terbuka siap untuk terbang.
            Di tangannya ia memegang bunga-bunga poppy, bunga cornflower dan bunga lainnya yang tumbuh di ladang jagung, tetapi aku tak tahu apa nama mereka. Maria berjalan dan ketika hampir mendekat ibunya ia mulai berlari, berteriak kegirangan dan, seperti seekor merpati kecil, ia melompat dan mendarat pada lutut ibunya: Anna membuka lututnya untuk menerima Maria. Ia telah meminggirkan jahitannya agar Maria tidak cedera karenanya dan membuka lengan-lengannya untuk memeluk Maria.
            Itulah kejadian kemarin sore. Pagi ini Maria muncul kembali dan berlanjut sebagai berikut.
            “Mami, mami!”Sang merpati putih telah seluruhnya berada di sangkar antara lutut-lutut kaki ibunya,  menyentuh rumput pendek dengan kaki-kaki kecilnya dan menyembunyikan wajahnya di pangkuan ibunya, supaya hanya rambut keemasannya saja yang dapat terlihat menutupi tengkuk lehernya yang kemudian Anna membungkuk untuk mencium sayang padanya.
            Kemudian Maria mengangkat kepalanya dan memberikan bunga-bunga pada ibunya. Semua untuk maminya dan setiap bunga ia akan menceritakan cerita yang ditemukannya.
            Yang biru dan besar ini, adalah sebuah bintang yang turun dari Surga untuk memberikan ciuman dari Tuhan untuk mamiku. Ini: ciumlah bunga angkasa ini di sana, di hatinya, dan mami akan melihat bahwa begitulah rasanya Tuhan.
            Yang satu lagi, malahan biru lebih pucat seperti warna mata papi, telah tertulis di daun-daunnya bahwa Allah sangat mengasihi papi karena ia sangat baik.
            Dan ini satu yang kecil, satu-satunya yang ditemukan (adalah myosote), ialah yang dibuat Tuhan untuk berkata kepada Maria bahwa IA mengasihi dia.
            Dan yang merah-merah ini, apakah mami tahu apakah mereka? Mereka adalah bagian-bagian dari baju raja Daud, dinodai dengan darah musuh-musuh Israel dan ditaburkan di medan-medan perang dan di medan-medan kejayaan. Mereka berasal dari robekan-robekan baju kebesaran kepahlawan di dalam perjuangan untuk Tuhan.
            Lalu satu yang putih dan lembut ini yang terlihat seperti terbuat dari tujuh cawan sutera menatap ke langit, dipenuhi harum-haruman, dan tumbuh di sana, di dekat mata air – papi memetiknya di antara duri-durinya untuk Maria – dibuat dengan baju Salomo. Salomo memakainya, dulu, bertahun-tahun yang lalu, pada bulan yang sama dimana cucu perempuannya dilahirkan, ketika ia berjalan di tengah-tengah kerumunan banyak orang Israel di hadapan Tabut perjanjian dan Tabernakel, di dalam jubah-jubah kemuliaannya yang indah. Dan ia bersukacita karena awan kembali untuk mengitari kemuliaannya, dan ia menyanyikan kidung dan doa bagi sukacitanya.
            “Aku ingin selalu seperti bunga ini, dan seperti raja yang bijaksana aku ingin menyanyikan seluruh hidupku kidung-kidung dan doa-doa di hadapan Tabernakel”  kata Maria mengakhiri.
            “Bagaimana engkau mengetahui hal-hal yang kudus ini, sayangku? Siapa yang mengatakannya padamu? Ayahmu?”
            “Bukan. Aku tidak tahu siapa. Mungkin salah satu dari para malaikat yang Tuhan kirimkan untuk berbicara pada orang-orang baik. Mami, ceritakan padaku sebuah cerita lagi ya?”
            “Oh, sayangku! Cerita yang mana yang ingin kautahu?”
            Maria berpikir, mendalam hanyut di dalam pikiran-pikirannya. Ekspresi wajahnya seharusnya diabadikan di dalam sebuah foto. Bayangan-bayangan akan pikirannya tercermin pada wajah kekanakkannya. Ada senyuman-senyuman dan helaan-helaan nafas, cahaya matahari dan awan-awan, memikirkan sejarah Israel. Kemudian ia memutuskan: “Ceritakan sekali lagi tentang Gabriel dan Daniel, dimana Kristus dijanjikan.”
            Dan ia mendengarkan, dengan matanya terpejam, mengulangi dengan kata-kata dengan nada rendah apa yang diucapkan oleh ibunya, seolah ingin mengingatnya dengan lebih baik. Ketika Anna mengakhirinya, Maria bertanya: “Berapa lama lagikah kita akan memiliki Immanuel?”
            “Kira-kira tiga puluh tahun, sayangku.”
            “Lama sekali! Dan aku akan berada di dalam Bait Allah. Katakan padaku, apakah aku harus berdoa sangat sungguh-sungguh, begitu sungguh-sungguh, siang dan malam, malam dan siang, dan aku ingin menjadi hanya milik Tuhan, seluruh hidupku, untuk tujuan ini, apakah Bapa yang Abadi akan memberikanku rahmat dengan mengirimkan sang Mesias kepada umat-Nya lebih cepat?”
            “Aku tidak tahu, sayang. Nabi menyatakan: “Tujuh puluh minggu”. Aku pikir sebuah nubuat bisa saja salah. Tetapi Allah begitu baik” ia segera menambahkan, melihat air mata muncul pada bulu-bulu mata berwarna muda anaknya, “Allah begitu baik sehingga aku percaya bahwa jika engkau benar sungguh-sunguh berdoa, begitu sungguh-sungguhnya, Ia akan mendengarkan doamu.”
            Sekali lagi senyuman muncul pada wajah kecilnya, yang diangkatnya pada ibunya dan pada cahaya-cahaya matahari, menembus ranting-ranting anggur yang menyebabkan air matanya bersidar bagai tetes-tetes embun  di ranting lumut cemara yang sangat tipis.
            “Nanti aku akan berdoa dan aku akan menjadi seorang perawan untuk ini.”
            “Tetapi tahukah kau apakah artinya itu?”
            “Artinya bahwa ia tidak mengetahui cinta manusia, tetapi hanya cinta Tuhan. Itu berarti bahwa ia tidak memiliki pikiran lain kecuali bagi Allah. Itu berarti ia tetap sebagai anak-anak di dalam daging dan malaikat di dalam hati. Itu berarti ia tidak melihat lainnya kecuali melihat Tuhan, dan telinganya untuk mendengarkan Dia, dan mulutnya untuk memuji Dia, tangan-tangannya untuk mempersembahkan dirinya sebagai seorang kurban, kaki-kakinya untuk mengikuti Dia dengan cepat, dan hati dan hidupnya untuk diberikan kepadaNya.”
            “Semoga Tuhan memberkatimu! Tapi nanti engkau tidak akan pernah memiliki anak, padahal engkau begitu menyayangi bayi-bayi dan anak-anak domba dan merpati... Kau tahu itu? Seorang bayi adalah untuk ibunya seperti anak domba putih dan berbulu keriting, ia seperti seekor merpati dengan bulu-bulu sutera dan mulut koral untuk disayangi dan dicium dan didengarkan berkata: “Mami!”
            “Tidak apa-apa. Aku akan menjadi milik Tuhan. Aku akan berdoa di dalam Bait Allah. Dan mungkin suatu hari aku akan bertemu dengan sang Immanuel. Sang Perawan yang adalah IbuNya pastilah telah lahir, karena Nabi besar mengatakannya, dan ia berada di dalam Bait Allah... Aku akan menjadi temannya... dan hamba perempuannya. Oh! Ya. Andai saja aku dapat bertemu dengannya, dengan terang Tuhan, aku ingin melayani dia, Yang Terberkati. Dan nantinya, ia akan membawa aku pada Puteranya, ia akan mengantar aku pada Puteranya, dan aku akan melayaniNya juga... Pikirkan saja, mami!... Melayani sang Mesias!” Maria menyudahi dengan pikiran ini yang menggirangkannya dan pada bersamaan seluruhnya membuatnya rendah hati. Dengan tangan-tangannya menyilang di dadanya dan kepala kecilnya sedikit membungkuk ke depan dan dibilas dengan emosi, ia si kanak-kanak yang ekspresinya  sama seperti Maria yang menerima kabar gembira dari malaikat, yang aku lihat.
            Ia melanjutkan: “Tetapi apakah Raja Israel, sang Allah Terurapi, mengijinkan aku melayaniNya?”
            “Jangan meragukan hal itu. Apakah Raja Salomo tidak berkata: “Ada 60 ratu dan 80 selir dan para gadis yang tak terhitung jumlahnya?” Kau dapat melihat bahwa di dalam istana Raja akan ada sejumlah gadis yang tak terhitung jumlahnya melayani raja.”
            “Oh! Jika demikian kau mengerti bahwa aku haruslah seorang perawan? Aku harus. Jika ia ingin seorang perawan sebagai ibuNya, itu berarti bahwa Ia mengasihi keperawanan di atas segalanya. Aku ingin Dia menyayangiku, gadisNya, karena keperawanan yang akan membuatnya bagai kekasihNya. Ibu... Inilah yang aku inginkan... Aku juga ingin jadi seorang pendosa, seorang pendosa besar, andai saja aku tidak takut melawan Tuhan... Katakan padaku, mami, dapatkah seorang pendosa tidak mengasihi Tuhan?”
            “Tetapi apa maksudmu, sayangku? Aku tidak mengerti.”
            “Maksudku: untuk berbuat dosa agar dikasihi oleh Tuhan, Yang menjadi Juru Selamat. Yang tersesat, diselamatkanNya. Bukankah begitu? Aku ingin diselamatkan oleh sang Juru Selamat untuk menerima perhatian kasihNya. Itulah sebabnya mengapa aku ingin berdosa, tetapi tidak melakukan sebuah dosa yang akan membuatNya merasa jijik. Bagaimana Ia dapat menyelamatkan aku jika aku tidak tersesat?
            Anna terdiam membisu. Ia tidak tahu harus berkata apa.
            Yoakim menolong Anna. Ia mendekati mereka berjalan tak bersuara di rerumputan, di belakangnya ada bibit-bibit anggur rimbun yang rendah. “Ia telah menyelamatkanmu sebelumnya, sebab Ia tahu bahwa engkau mengasihiNya dan engkau ingin mengasihiNya saja. Jadi engkau sudah ditebus dan engkau dapat menjadi seorang perawan seperti yang kauharapkan.” Kata Yoakim.
            “Benarkah, ayah?” Maria memeluk lutut Yoakim dan melihat padanya dengan mata biru jernihnya, sungguh mirip ayahnya dan begitu gembira karena harapan yang didapat dari ayahnya ini.
            “Benar, sayang kecilku. Lihat! Aku bawakan padamu burung gereja kecil ini, yang saat ia mencoba terbang pertama kali ia jatuh di dekat mata air. Aku bisa meninggalkannya di sana tetapi sayap-sayap lemahnya tidak cukup kuat untuk terbang lagi, dan kaki-kaki kecilnya tidak dapat berdiri pada batu-batu berlumut yang licin. Ia akan jatuh ke dalam air. Tetapi aku tidak menunggu itu terjadi. Aku mengambilnya dan sekarang aku memberikannya padamu. Kau boleh melakukan apapun padanya. Kenyataannya adalah bahwa ia telah diselamatkan sebelum sebelum ia jatuh ke dalam bahaya. Tuhan telah melakukan hal yang sama padamu. Sekarang, katakan padaku, Maria: aku sudah mengasihinya sebelum menyelamatkannya, atau aku akan mengasihinya sesudah menyelamatkannya?”
            “Engkau telah mengasihinya sekarang, sebab engkau tidak membiarkannya celaka di dalam air dingin.”
            “Dan Tuhan telah lebih mengasihimu, sebab Ia telah mengasihimu sebelum engkau berdosa.”
            “Dan aku akan mengasihiNya dengan segenap hatiku. Segenap hatiku. Burung gereja kecilku yang cantik, aku seperti engkau. Allah telah mengasihi kita, dengan menyelamatkan kita... Sekarang aku akan merawatmu dan kemudian aku akan membiarkan engkau pergi. Dan engkau di dalam hutan dan aku di dalam Bait Allah akan menyanyi puji-pujian pada Tuhan, dan kita akan berkata: “Mohon kirimkanlah Ia Yang Kaujanjikan kepada mereka yang mengharapkan Dia.” Oh! Papi, kapan kau akan membawaku ke Bait Allah?”
            “Segera, sayangku. Tetapi tidakkah kau menyesal meninggalkan ayahmu?”
            “Ya, sangat! Tetapi engkau akan ikut... ya bagaimanapun, jika itu tidak menyakitkan, pengorbanan macam apakah itu?”
            “Dan akankah kau mengingat kami?”
            “Aku akan ingat selalu. Setelah berdoa untuk sang Immanuel aku akan berdoa untukmu. Agar Tuhan memberikanmu sukacita dan panjang umur... hingga hari Ia menjadi sang Juru Selamat. Lalu aku akan meminta Dia untuk membawamu ke angkasa Yerusalem.”
            Visiun itu berakhir pada saat Maria bergelayut erat-erat pada tangan ayahnya.

--------------------


            Yesus berkata:
            “Aku sudah bisa mendengar komentar-komentar para dokter yang merepet berkeberatan: “Bagaimana bisa seorang anak kecil belum berusia 3 tahun berbicara seperti itu? Itu terlalu dibesar-besarkan”. Dan mereka tidak berpikir bahwa mereka telah membuat aku menjadi seorang monster dengan menaruh perbuatan-perbuatan orang dewasa pada masa kecilKu sendiri.
            Kepandaian tidak diberikan kepada setiap orang dengan cara yang sama dan pada waktu yang sama. Gereja menetapkan usia 6 tahun adalah usia yang sudah dapat berpikir karena, itulah usia dimana seorang anak bodoh pun dapat membedakan yang baik dan yang buruk, paling tidak pada hal-hal mendasar yang penting. Tetapi ada anak-anak yang jauh sebelum usia itu sudah mampu untuk berpikir dan mengerti dan menginginkan dengan kebijaksanaan yang berkembang secara cukup. Anak-anak kecil, Imelde Lambertini, Rosa da Viterbo, Nellie Organ, Nennolina, dapat memastikan hal ini padamu, o susahnya dokter-dokter, untuk percaya bahwa IbuKu dapat berpikir dan berbicara seperti itu. Aku telah menyebutkan 4 nama secara acak di antara ribuan anak-anak kudus yang menghuni FirdausKu, setelah berpikir sebagai orang-orang dewasa bertahun-tahun lebih lama atau lebih cepat.
            Apakah berpikir? Sebuah anugerah dari Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan bisa memberikannya seperti yang diinginkanNya, kepada siapa yang Ia inginkan dan kapan Ia inginkan. Berpikir sebenarnya adalah satu dari hal-hal yang membuatmu lebih seperti Tuhan, Roh Kepandaian dan Berpikir. Berpikir dan kepandaian adalah rahmat-rahmat yang diberikan Tuhan kepada manusia di Firdaus duniawi. Betapa mereka dipenuhi hidup ketika Rahmat itu hidup, tetap utuh dan aktif di dalam roh kedua orang tua pertama mereka!
            Di dalam Kitab Yesus Bin Sirak dinyatakan: “Semua kebijaksanaan berasal dari Allah, itu adalah milikNya sendiri selamanya”. Untuk itu kebijaksanaan apakah yang dimiliki manusia seandainya mereka tetap menjadi anak-anak Allah?
            Kesenjangan-kesenjangan di dalam kepandaianmu adalah buah-buah alami kejatuhanmu dari Rahmat dan kejujuran. Dengan kehilangan Rahmat engkau memusnahkan Kebijaksanaan selama berabad-abad. Seperti sebuah meteor yang tersembunyi di balik awan-awan masal, Kebijaksanaan tidak lagi mencapai engkau dengan cahaya-cahaya terangnya, tetapi melalui kabut pelanggaran-pelanggaran yang kau buat semakin tebal dan semakin tebal.
            Kemudian Kristus datang dan Ia mengembalikan Rahmat, pemberian tertinggi akan kasih Tuhan. Tetapi engkau tidak tahu bagaimana untuk menjaga perhiasan ini agar jernih dan murni? Tidak, kau tidak tahu. Saat engkau tidak menghancurkannya dengan kehendak individu untuk berdosa, engkau menodainya dengan kesalahan-kesalahan kecilmu yang terus-menerus, kelemahan-kelemahanmu, keterikatanmu pada kejahatan. Usaha-usaha seperti itu, bahkan walaupun mereka tidak pada pernikahan yang layak dengan kejahatan septum, merupakan sesuatu yang melemahkan cahaya Rahmat dan aktivitasnya. Dan kemudian, memperlemah keindahan cahaya kepandaian yang Tuhan telah berikan kepada orangtua pertama, engkau selama berabad-abad dan berabad-abad kebusukan, yang yang menggunakan pengaruh merusak pada tubuh dan pikiran.
            Tetapi Maria tidak hanya Murni, sang Hawa baru yang diciptakan untuk sukacita Tuhan: ia adalah super Hawa, karya istimewa dari Yang Maha Tinggi, ia Penuh Rahmat, Ibu sang Sabda di dalam pikiran Tuhan.
            Yesus bin Sirakh berkata: “Sumber Kebijaksanaan adalah sang Sabda”. Akankah jika demikian sang Putera tidak menaruh KebijaksanaanNya pada bibir IbuNya?
            Jika mulut seorang Nabi dimurnikan dengan bara, sebab ia harus mengulangi bagi orang-orang kata-kata yang sang Sabda, sang Kebijaksanaan, dipercayakan padaNya, tidakkah Kasih akan membersihkan dan meninggikan kemampuan bicara Mempelainya yang masih kecil Yang akan mengandung sang Sabda, agar ia tidak lagi dapat berbicara seperti anak kecil dan kemudian sebagai seorang wanita dewasa, tetapi hanya dan selalu sebagai mahkluk angkasa yang meleleh di dalam cahaya besar dan kebijaksanaan Tuhan?
            Mukjizat tidaklah ada pada kehebatan kepandaian yang ditunjukkan oleh Maria di masa kanak-kanaknya, yang sesudahnya oleh Aku. Mukjizat ada di dalam mengandung Kepandaian Yang Tak Terbatas, yang tinggal di sana, dengan batasan-batasan yang cocok, sehingga orang-orang banyak tergetar dan perhatian setan tidak dibangunkan.
            Aku akan bicara lagi mengenai subjek ini yang merupakan bagian dari “kenangan” yang dimiliki oleh para kudus akan Tuhan.


Bunga Cornflower

Bunga Poppy

Bunga Mysote


Bergabunglah untuk mendapat cuplikan tulisan Maria Valtorta di e-mail anda: http://groups.yahoo.com/group/penayesus/
Atau cuplikan tulisan dapat dilihat di: http://www.penayesus.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment