Thursday, January 24, 2013

24 April 1943


24 April 1943
Sabtu Suci

                Ketika Gloria dinyanyikan di gereja-gereja…
                Satu hal yang paling menuntunku untuk merenungkan doktrin belas kasih Yesusku ada pada bagian bacaan Injil Santo Yohanes:  “Sambil menangis, Maria tetap berada di luar dekat kubur… Ia tiba-tiba berbalik dan melihat Yesus berdiri tegak… Dan Yesus berkata kepadanya, ‘Maria!’”Masih belum puas mengasihi para pendosa begitu hebatnya, sampai pada saat Ia memberikan nyawaNya kepada mereka, Yesus menyediakan penampakan pertamaNya setelah penderitaanNya itu kepada seorang pendosa yang telah bertobat.
                Tidak pasti apakah Yesus telah memperlihatkan DiriNya kepada ibuNya. Hati kita menuntun untuk mempercayai hal itu, namun 4 Penginjil tidak menyebutkan hal itu. Tak diragukan lagi, bagaimanapun juga, ini adalah penampakan kepada Maria Magdalena. Ia menampakkan diri pertama kalinya dan mewujudkan DiriNya di dalam peranan keduaNya sebagai Allah Putera yang abadi kepada Maria, yang menjadikan DiriNya hosti tak terbatas bagi mereka yang ditebus oleh kasih Kristus. Pertama-tama Ia adalah Manusia dimana padaNya Tuhan bersembunyi. Sebelumnya, di masa penantian, sang Sabda hanyalah Tuhan. Kini IA adalah Allah Manusia membawa daging abadi kita ke dalam surga. Dan maha karya Ilahi ini, dimana daging dilahirkan oleh perempuan menjadi abadi dan kekal, diwahyukan kepada seorang mahkluk yang adalah seorang pendosa… Tidak hanya ini, namun kepadanya, secara tepat kepadanya; IA mengandalkan pesan bagi para rasulNya sendiri: “Pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka bahwa sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu.” Kepada Maria pendosa, bahkan sebelum menghadap Bapa!
                Betapa sebuah sungai pengandalan yang dicurahkan kepadaku bila memikirkan ini! Bagaimana hal ini harus dikatakan,  kembali dikatakan, secara terus menerus dikatakan kepada jiwa-jiwa malang, rapuh dan malu karena mereka telah berdosa, bahwa Yesus mengasihi mereka begitu besarnya sehingga menempatkan mereka sebelum Bapa dan IbuNya. Sebab aku berpikir bahwa jika Ia belum bangkit kepada Bapa, pada waktu kebangkitan itu Ia tidak memperlihatkan Dirinya juga kepada IbuNya. Pada akarnya hal itu merupakan suatu keperluan bagi keadilan pengasih. Yesus datang bagi para pendosa. Untuk itulah, buah-buah pertama dari kebangkitanNya harus pergi kepada dia yang adalah kepala dari keluarga para pendosa yang telah ditebus.
                “Kepada saudara-saudaraKu – kepada BapaKu dan Bapamu – AllahKu dan Allahmu.” Kata-kata ini berdentang bagaikan bel-bel sukacita di dalam hatiku. Saudara-saudara adalah para rasul, dan saudara dan saudarilah kita yang turun daripadanya. Jika beberapa keraguan masih ada di dalam kita, kita jatuh bagaikan batu kubur, tergoncang oleh angin puyuh kasih, dan pengandalan bangkit di dalam hati yang paling terpenjara dan tertekan oleh kenangan akan kesalahan-kesalahan mereka dan oleh refleksi akan besarnya jarak yang memisahkan kita, yang adalah debu, dari Tuhan. Yesus sampai menyatakan: kita adalah saudara-saudara; kita memiliki satu Bapa dan satu Tuhan dengan Kristus.
                Oh! Ia mencengkram kita dengan tangan-tanganNya yang robek – itulah tindakan pertama yang Ia lakukan setelah kematianNya – dan Ia melemparkan kita kepada hati Tuhan di surga, yang tidak lagi tertutup, tetapi terbuka karena kasih, sehingga air mata manis dari perdamaian dengan Bapa kita bisa jatuh di sana.
                Haleluya! Kemuliaan kepadaMu, Tuan dan Tuhan, yang menyelamatkan kami dengan kesakitanMu dan memberikan kami Kasih sebagai jalan keselamatan!


Bergabunglah untuk mendapat cuplikan tulisan Maria Valtorta di e-mail anda:http://groups.yahoo.com/group/penayesus/
Atau cuplikan tulisan dapat dilihat di: http://www.penayesus.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment